Preman Pensiun episode 2 musim 1 dibuka dengan adegan Amin, sopir Kang Bahar, mencuci mobil, lalu datang seorang perempuan dan meledek si Amin.
“Nyucinya yang bersih!”
“Mau sekalian dimandiin?” Amin balas meledek.
“Dasar genit!”
“Judes!” Perempuan itu melengos dan pergi.
Sebelum pergi, Amin memanggilnya lagi.
“Imas, CD pesanan buat kamu di atas meja.”
Perempuan itu ternyata Imas yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Kang Bahar. Imas tersenyum dan berterima kasih kepada Amin. Amin nyeletuk, “Baru tahu kamu saya baik”. Imas cuma menjulurkan lidah.
Masih di tengah mencuci mobil, tiba-tiba Kang Mus datang dengan motor vespa jadulnya. Ia berhenti tepat di belakang mobil yang dicuci Amin. Saat melihat Kang Mus datang, entah kenapa Amin sempat-sempatnya nyeletuk lagi, “Eh Kang Mus, makin ganteng ajaaa!”
Kang Mus yang sedang menaruh helm terlihat kaget campur kesal di mukanya. Tiba-tiba Amin dihampiri dan bunyi plak! Tamparan bersarang di pipi Amin. Amin kaget, saya pun kaget.
“Kok saya ditampar?”
“Kamu jangan coba-coba bohongin saya, ya!”
Amin bingung. Ia bertanya apa yang bohong dari ucapannya. Kang Mus menjelaskan bahwa dia itu tambah tua dan keriput, makanya ia merasa sedang diledek oleh ucapan Amin. Kang Mus langsung menuju teras rumah, sebelum itu ia meminta Amin untuk menyuruh Imas membuat kopi untuknya.
Kang Mus mengucapkan salam “Assalamualaikum” dan Amin menjawab salam itu. Kang Mus melihat Amin, Amin terperanjat dan bilang Kang Mus jangan marah, jawab salam itu hukumnya wajib kalau dengar. Kang Mus melanjutkan salam dan Kang Bahar keluar dari rumah. Kang Mus langsung disuruh duduk di tempat duduk.
Tanpa basa-basi Kang Mus langsung menyampaikan kendala yang terjadi di “tempat kerja” kepada Kang Bahar.
“Ini harus Akang yang nego, sudah urusan level atas.” Mendengarnya, Kang Bahar mengernyitkan dahi.
“Semenjak si Eceu (istri Kang Bahar) sakit, saya udah nggak fokus.” Kang Bahar lalu menyuruh Kang Mus untuk tetap menangani sendiri masalah di “tempat kerja”. setelah mengatakan itu, Kang Bahar masuk ke rumah lagi.
Saat Kang Bahar masuk rumah, Kang Mus memegang kepala seperti orang pusing sambil berdesis geram. Dia lantas bangkit dari tempat duduknya, menuju vespa. Amin tiba-tiba datang, bertanya Kang Mus hendak ke mana karena kopi sudah siap. Kang Mus tidak menggubris dan langsung pergi. Amin bengong.
Imas yang baru datang bertanya, “Mana Kang Mus?”
“Udah pulang,” jawab Amin.
Imas jadi kesal, dia mengira Amin cuman ngakalin supaya dibuatin kopi.
“Memang kamu tadi nggak dengar suara motornya?” Eh, si Amin malah menirukan suara motor Kang Mus, “Trang trang trang tang tang tang,” begitu.
Ujung-ujungnya, Amin menyuruh Imas menaruh kopi di teras rumah biar nanti Amin yang minum.
Adegan berpindah ke pasar, terlihat si Komar menggoda seorang perempuan yang masih muda sedang menjaga barang dagangan. Komar bertanya dengan nada genit, “Masih muda kok jagain dagangan, udah nggak sekolah?”
“Udah lulus, Om,” jawab perempuan itu.
Komar cemberut. Dia meminta jangan dipanggil om dan dipanggil aa saja. Tapi si perempuan perempuan itu nggak mau, katanya nggak sopan manggil orang tua pakai aa. Komar nggak terima dibilang tua. Katanya, yang tua itu Ki Ahim yang sudah ngos-ngosan jalannya.
Dasar tua-tua keladi, Komar malah mengajak perempuan itu menikah dengannya. Biar nggak jaga pasar lagi karena dia yang akan nanggung semua kebutuhan perempuan itu. Perempuan itu langsung menolak, katanya nggak mau nikah sama bapak-bapak. Komar tetap merayu si supaya pikir-pikir dulu. Si perempuan tetap tegas bilang nggak. Komar cemberut. Sambil makan tomat, dia pergi entah ke mana.
Adegan kembali ke rumah Kang Bahar, Amin terlihat ingin meminum kopi yang tadi diseduh untuk Kang Mus. Tiba-tiba Kang Bahar memanggil. Amin yang hampir menyeruput kopi terhenti dan bilang “Siappp”. Saat hendak menyeruput lagi Amin dipanggil kembali, “Saya mau berangkat nih.” Amin lalu berkata siap lagi.
Masih saat Amin mau menyeruput kopi, Kang Bahar tiba-tiba sudah keluar dengan istrinya, Amin langsung bangun, menuju mobil. Ia membuka pintu mobil dan tidak bisa. Ya gimana mau bisa, mobilnya saja masih terkunci. Amin kebingungan mencari di kantong, Kang Bahar cuma melihat si Amin. Amin baru sadar kunci tertinggal di teras rumah.
Amin izin mengambil kunci, saat hendak mengambil kunci Amin terpeleset karena terburu-buru. Amin bangkit dari jatuhnya, dan sempat-sempatnya ingin menyeruput kopi lagi. Saat hendak menyeruput Kang Bahar menyahut tanda tak sabar, Amin langsung pergi ke mobil tanpa menyeruput kopinya.
Adegan berganti ke seorang lelaki yang berperawakan besar dan berkulit putih. Laki-laki itu nanti dikenal sebagai Ujang. Ia meminta “pajak” ke pedagang yang ada di jalanan. Tiba-tiba adegan berpindah ke tempat makan bakso, seorang perempuan dan laki-laki berjalan masuk ke warung bakso dan memesan. Sembari makan mereka mendiskusikan sesuatu, si perempuan bilang, “Kalau cuman 2-3 bulan sepertinya susah. Kita kan udah lama lulus.” Laki-laki yang duduk di sebelahnya cuman manggut-manggut saja.
Ujang tiba-tiba lewat depan warung bakso dan mengenali wajah perempuan itu, dia lalu menelepon seseorang. Adegan berganti ke basecamp di jalanan, terlihat Komar makan roti ditemani Maman Suherman. Komar bercerita kalau di pasar ada perempuan cantik, anaknya Supardi yang suka jualan di pasar.
Komar cerita kalau dia suka dengan perempuan itu dan mau menjadikannya istri muda.
“Di pasar masih ada yang modelan begitu?” tanya Maman. “Kalau istri muda, gua juga mau atuh.”
Mereka cekikikan. Maman bergetar nggak jelas, Komar bingung si Maman kenapa. Maman menjawab bahwa hapenya getar.
Ternyata yang ditelepon oleh Ujang adalah Maman Suherman, bosnya. Ujang melaporkan kejadian tadi di warung bakso, ternyata perempuan itu adalah istri Maman Suherman. Ujang melapor bahwa istri Maman selingkuh di warung bakso. Ini nih, akibat perbuatan sotoy si Ujang yang membuat istrinya Maman dipukul habis. Masak makan bakso dibilang selingkuh? Ujang, ada-ada saja, hassshhh.
Singkat cerita, perbuatan Maman dan Komar di pasar menjadi masalah utama dalam Preman Pensiun episode 2 musim 1 ini. Komar yang suka menggoda anaknya Supardi ketahuan oleh Kang Mus, ternyata yang melaporkan adalah Supardi sendiri. Karena ulah Komar yang genit, anaknya Supardi tidak mau lagi bantu-bantu di pasar. Kang Mus lalu menyidak Komar yang sedang pipis sembarangan. Komar yang sedang asyik main pancuran langsung dijambak Kang Mus.
Komar diancam akan dibotak oleh Kang Mus kalau macam-macam lagi sama anaknya Supardi, plus akan dilaporkan istrinya kalau dia suka godain perempuan di pasar. Komar meringis kesakitan saat dijambak, memohon kepada Kang Mus supaya dimaafkan. “Jangan lapor ke istri saya kang, dia galak. Dia terakhir marah ke saya, saya digampar pakai tutup panci.” Kang Mus lalu melepas Komar.
Lalu adegan pindah ke rumah Kang Bahar, istri Maman Suherman yang dipukul suaminya itu pergi meminta tolong kepada Kang Bahar. Kang Bahar kaget melihat bekas kekerasan di wajah istrinya Maman Suherman, ia bertanya kenapa dipukul demikian. Istrinya Maman Suherman menjelaskan ia dipukul karena salah paham, dituduh selingkuh. Ujang oh Ujang, berkat ente rumah tangga orang jadi begitu.
Istri Maman Suherman menjelaskan lagi, padahal dia sudah izin dan bilang kalau mau kumpul buat membahas reuni sekolah. Makan bakso ya karena lapar dan ada sedikit waktu, eh malah dikira selingkuh. Teman yang diajak makan bakso juga habis dibanting oleh Maman Suherman.
Kang Bahar lalu memanggil Kang Mus. Awalnya Kang Mus menjelaskan masalah pedagang kaki lima yang mulai “terganggu” oleh kebijakan pemkot yang ingin merapikan trotoar jalan, namun Kang Bahar bertanya soal Maman Suherman. Kang Bahar sampai bertanya tiga kali di mana Maman, tapi Kang Mus menjawab tidak tahu, akhirnya Kang Bahar hanya meminta supaya Maman Suherman dibawa ke hadapannya. Kang Mus mengiyakan, dan Kang Bahar masuk ke rumah.
Setelah berkeliling dibantu oleh Komar akhirnya Maman ditemukan oleh Kang Mus. Maman dibawa ke hadapan Kang Bahar, sementara Kang Bahar menunggu di padang ilalang tempat biasa para anak buah berkumpul. Kang Bahar melihat Maman Suherman, matanya menatap dalam dan penuh arti. Tajam, ia berkata, “Saya pernah mendengar suatu syair, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk pria, bukan dari kepalanya untuk jadi atasannya, bukan pula dari kaki untuk dijadikan alasnya, melainkan dari sisinya untuk jadi teman hidupnya, dekat dengan lengan untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.”
Kang Bahar memanggil Maman, “Biar saya tunjukkan di mana letak tulang rusuk. Kadieu!” Maman maju ketakutan dan gemetar, Kang Bahar membentak sekali lagi “Geura!”
Maman maju ke depan Kang Bahar, Kang Bahar langsung meninju perut Maman Suherman. Tiga kali bunyi pukulan, Kang Mus hanya mengernyit kesakitan melihatnya. Seakan dia juga merasakan apa yang dirasakan Maman Suherman.
Kang Bahar berjalan meninggalkan Maman Suherman, ia menghampiri Kang Mus. Kang Bahar menyampaikan satu pesan, “Sepertinya tulang rusuknya patah tiga, bawa dia ke Cimande!” Kang Mus lalu menghampiri Maman Suherman yang tergeletak menahan sakit. Kang Mus yang melihat Maman kesakitan langsung bingung, “Man, kamu masih bisa bangun kan? Badan kamu meni besar, saya nggak bisa gendong.”
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.