Preman Pensiun episode 17 dimulai dengan dialog antara Imas dan Amin.
“Imas mau ke mana?” tanya Amin sambil berlari kecil menghampiri Imas.
“Ke pasar,” jawab Imas dengan ketus.
“Mau Aa’ Amin antar?” tawar Amin dengan semringah.
“Emangnya Aa’ Amin dibolehin pergi sama Bapak?”
“Kalau Imas mau dianterin sama Aa’ Amin, nanti Aa’ Amin izin dulu sama Bapak.”
“Imas mau dianter pake apa gitu?”
“Pake angkot.”
“Heeehhh, kalau pake angkot, mending Imas sendiri. Kirain pake mobil Bapak.”
“Aa’ Amin nggak berani.”
“Aaah, ya udah.” Imas berlalu meninggalkan Amin.
Adegan berpindah ke pasar, di sana terlihat Komar dan anak buahnya, Iwan, sedang memperhatikan Dikdik yang datang mengantarkan Imas ke pasar. Melihat kedekatan Imas dengan Dikdik, Komar tidak terima dan langsung lapor ke Kang Mus, tapi Kang Mus malah terkesan cuek dan menganggap kedekatan Dikdik dan Imas wajar sehingga tidak perlu dipermasalahkan.
Adegan berlanjut ke kediaman Kang Bahar. Kinasih dan Kirani telah tiba bersama dengan anak-anaknya. Semenjak istri Kang Bahar meninggal, anak-anaknya berusaha sesering mungkin datang ke rumah untuk menghibur Kang Bahar.
Di teras Rumah, Kinasih dan Kirani berbicara tentang kekhawatiran mereka terhadap nasib ayah mereka di rumah. Kinanti yang sudah mulai sibuk bekerja terpaksa sering meninggalkan Kang Bahar di rumah sendirian. Meskipun sebenarnya di rumah ada Imas dan Amin, tapi mereka berdua hanyalah pekerja di kediaman Kang Bahar. Sementara itu, di ruang tamu terlihat Kang Bahar sedang asyik bermain dengan cucu-cucunya. Kehadiran cucunya di rumah setidaknya membuat rumahnya menjadi ramai.
Adegan berpindah ke Komar yang sedang buang air kecil di sebuah gang. Di saat sedang nikmat-nikmatnya, tiba-tiba Kang Mus menelepon dan menyuruhnya segera datang di warung tempat biasa mereka kumpul. Ketika Komar sampai di lokasi, sudah ada Gobang yang menemani Kang Mus.
Rupanya Kang Mus hendak mengajak berdiskusi soal manuver licik Jamal yang semakin hari semakin berbahaya. Kang Mus bingung karena belum dapat kesempatan memberitahukan pergerakan Jamal kepada Kang Bahar. Soalnya Kang Bahar masih berkabung karena ditinggal istri dan malah pengin pensiun dari bisnis pengamanan.
Di kesempatan kali ini, Komar usul agar Kang Mus segera bertindak meski belum ada perintah dari Kang Bahar. Gobang selaku koordinator wilyah terminal pun mengatakan akan terus membantu Kang Mus dan siap menunggu perintah lanjutan untuk mengantisipasi bahaya dari manuver licik Jamal.
Adegan beralih di tempat lain, terlihat 3 sekawan pencopet Junaedi, Saep, dan Ubed sedang duduk dengan wajah sama-sama murung. Junaedi murung karena tidak kunjung mendapat kabar dari Mike. Saep bersedih karena Resty tidak bisa dihubungi. Sementara Ubed merana karena belum mendapat kepastian kabar dari Eva.
Tiba-tiba hape mereka bertiga berdering secara bergantian. Mereka secara berurutan ditelepon oleh wanita mereka masing-masing. Mike, Resty, dan Eva mengabarkan kepada masing-masing alasan ia akhir-akhir ini sulit dihubungi.
Padahal, tanpa sepengetahuan mereka, Mike, Resty, dan Eva adalah orang yang sama. Seorang wanita yang ternyata penipu karena sedang terlilit utang puluhan juta rupiah.
Di sebuah kafe, si penipu dengan nama Mike, Resty, dan Eva itu sedang diinterogasi orang yang mengutanginya. Rupa-rupanya wanita itu telah menghilang selama seminggu sehingga ia harus dicari menggunakan bantuan penagih utang.
Setelah diinterogasi, wanita itu pergi menggunakan angkot sambil menangis tersedu-sedu. Di dalam angkot, secara kebetulan ada Komar yang melihatnya. Komar yang notabenya laki-laki mata keranjang langsung terpikat penipu ini. Setelah sama-sama turun dari angkot, Komar berusaha menghibur wanita penipu ini agar berhenti menangis dan membawanya ke tempat nongkrongnya di dekat Pasar.
Saat mengetahui profesi yang sedang dijalani Komar, wanita penipu ini mengajak Komar makan siang bersama. Wanita ini berusaha mendapat empati Komar dengan mengarang cerita bohong tentang kengenesan keluarganya dan statusnya sebagai tulang punggung keluarga. Wanita ini juga membujuk Komar menerimanya bekerja di bagian keuangan dalam bisnis keamanan pasarnya. Karena terpesona, Komar menerima wanita penipu itu begitu saja.
Adegan kembali ke kediaman Kang Bahar. Terlihat Kang Bahar sedang menerima telepon dari seseorang. Ternyata orang tersebut bernama Sobar. Sobar mengucapkan terima kasih atas kinerja anak buah Kang Bahar yang dengan cepat melacak keberadaan orang yang berutang kepadanya. Sobar ini juga memberi tahu bahwa komisi atas jasa tersebut sudah diberikan kepada anak buah Kang Bahar.
Mendengar hal itu, Kang Bahar merasa kebingungan. Kang Bahar hanya menjawab seperlunya saja. Setelah Sobar menutup teleponnya, Kang Bahar langsung menghubungi Kang Mus. Dalam teleponnya, Kang Bahar berkata kepada Kang Mus begini:
“Sobar barusan telepon Akang, dia bilang, dia pake jasa orang kita, dia tidak sebut namanya orangnya. Tapi akang juga tidak mau tahu siapa dia. Cari orang kita itu, bilang sama dia, bilang sama semua orang, boleh cari uang, tapi jangan jual nama Akang.”
“Saya tahu siapa orangnya, Kang,” sahut Kang Mus.
“Saya tidak mau tahu siapa orangnya, cari, cari sampai ketemu! Akang tetap diam di rumah, Akang sudah pensiun,” jawab Kang Bahar.
Preman Pensiun episode 17 ditutup dengan pertemuan Jamal dengan dua anak buahnya. Dikdik dan Ujang, di markas besar. Saat Jamal dan Kang Mus beradu tatap, Kang Mus berkata:
“Salam dari Kang Bahar, jangan jual namanya!”
Setelah itu Kang Mus langsung menghantam dengan keras perut Jamal hingga tersungkur kesakitan. Kemudian Kang Mus melanjutkan perkataannya:
“Kita kerja untuk Kang Bahar, jangan berpikir untuk berbohong, curang, atau tidak setia. Kalau tidak bisa, tidak siap, tidak sanggup, kita boleh pergi!” Kang Mus lalu berlalu meninggalkan Jamal yang masih meringis kesakitan.
Pada Preman Pensiun episode 17 ini, diceritakan bagaimana Kang Mus mulai sedikit kebingungan menghadapi kelicikan Jamal. Ditambah dengan keputusan Kang Bahar yang bertekad pensiun semakin membuatnya menanggung tanggung jawab yang besar. Di sisi lain, kecerobohan Komar yang dengan mudah memperkerjakan seorang penipu tentunya akan berakibat fatal di kemudian hari.
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.