Pos Bloc Jakarta: Mengarungi Masa Lalu dengan Cara Kekinian

Pos Bloc Jakarta: Mengarungi Masa Lalu dengan Cara Kekinian

Pos Bloc Jakarta: Mengarungi Masa Lalu dengan Cara Kekinian (Slleong via Wikimedia Commons)

Pos Bloc Jakarta keren banget, lho, bangunan tua yang disulap jadi tempat nongkrong kekinian~

Jakarta merupakan kota yang memiliki sejarah panjang. Kita mungkin telah mengetahuinya lewat pelajaran Sejarah saat sekolah dulu atau membaca buku-buku bertemakan sejarah Nusantara. Berbagai penguasa silih berganti menguasai Jakarta, mulai dari Tarumanegara, Sunda, Fatahillah, lalu bangsa asing seperti VOC, pemerintah kolonial Hindia Belanda, Jepang, hingga akhirnya kembali ke tangan bangsa kita lewat kemerdekaan.

Para penguasa ini tentu meninggalkan warisan yang sebagian sudah lenyap, dan sebagian lainnya masih bisa kita lihat dan rasakan hingga kini. Salah satu peninggalan penguasa masa lalu yang tetap eksis hingga kini adalah gedung-gedung peninggalan dari masa kolonial Belanda. Gedung atau bangunan tua itu tersebar di beberapa daerah di Jakarta seperti Kawasan Kota Tua, Glodok, Pasar Baru, Jatinegara, hingga Menteng.

Bangunan tua yang dijadikan tempat nongkrong

Kondisi dari bangunan-bangunan tua peninggalan tersebut ada yang masih bagus dan terawat,—umumnya dijadikan museum—ada pula yang kurang terawat hingga terlihat kusam dan rapuh. Tapi ada juga lho bangunan tua yang disulap menjadi tempat hangout kekinian dengan tetap mempertahankan gaya klasiknya. Tempat nongkrong tersebut bernama Pos Bloc Jakarta yang berada di bangunan tua bernama Gedung Filateli Jakarta.

Pos Bloc terletak di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sebelum menjadi tempat nongkrong kekinian, gedung ini adalah sebuah kantor pos yang telah beroperasi sejak zaman penjajahan Belanda. Pada tahun 1999, untuk menghindari penghancuran, gedung kantor pos tua ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Berikutnya pada September 2021, Pos Bloc yang merupakan hasil kolaborasi antara PT Pos Indonesia dan PT Ruang Kreatif Pos dibuka.

Apa aja sih yang ada di Pos Bloc?

Gedung tua ini benar-benar klasik. Atapnya berbentuk setengah lingkaran dengan kaca-kaca patri tua yang masih bisa kita lihat. Lantainya adalah lantai marmer berwarna gelap yang masih awet selama lebih dari satu abad. Dindingnya berwarna putih dengan tiang-tiang yang berdiri gagah. Saya sendiri sebenarnya nggak terlalu paham mengenai arsitektur, tapi saya suka dengan vibes klasik gedung ini.

Begitu masuk dari pintu depan, kita akan disambut ruangan besar dengan tempat duduk yang berbentuk seperti tangga di bagian tengah ruangan. Di samping kanan dan kiri tempat duduk tersebut ada tenant yang menjual makanan dan minuman dengan harga relatif aman di kantong. Selanjutnya di bawah tempat duduk menyerupai tangga ini ada photobooth yang bisa dijadikan spot untuk mengabadikan kenang-kenangan berkunjung ke Pos Bloc.

Udah? Itu aja? Oh, tentu saja nggak.

Ruangan besar itu sebenarnya biasa digunakan untuk berbagai macam acara menarik yang diadakan tiap minggu. Kalian bisa melihat jadwalnya di akun Instagram Pos Bloc Jakarta di sini. Umumnya acara tersebut berupa konser musik gratis, pameran seni dan budaya, talkshow, stand up comedy, dan masih banyak lagi.

Di sebelah kanan dan kiri ruangan besar itu ada lorong dengan gaya kolonial yang mengarah ke tenant-tenant lain. Ada yang letaknya di luar ruangan, ada pula yang berada di dalam ruangan. Makanan dan minuman yang dijual beragam mulai dari western food hingga oriental food dengan harga terjangkau. Saya jamin kalian bakal bingung memilih mau jajan apa di sana. Terakhir kali saya ke sana ada tempat karaokeannya juga, lho.

Buat teman-teman yang ingin menunaikan ibadah salat nggak usah khawatir. Sebab di bagian belakang gedung Pos Blac ada masjid.

Transaksi serba cashless

Informasi selanjutnya saya rasa sangat penting bagi kalian yang ingin membeli makanan, minuman, ataupun barang-barang produksi lokal di Pos Bloc Jakarta. Pasalnya, sistem pembayaran di tempat ini nggak menggunakan uang tunai atau cash, melainkan non-tunai atau cashless, dan ini berlaku di semua tenant. Jadi, pastikan saldo uang digital kalian atau uang di rekening kalian cukup ya.

Pengalaman saya di salah satu tenant minuman, begitu selesai menentukan pesanan di hadapan pelayan, dia langsung menyodorkan kode QR yang terpampang di layar tabletnya pada saya, menunjukkan bahwa sistem pembayaran di sana nggak bisa pakai uang tunai. Mungkin bagi beberapa orang, sistem cashless seperti ini cukup ribet, tapi ketahuilah bahwa target pasar dari Pos Bloc adalah muda-mudi generasi yang sudah melek digital seperti Gen Z dan milenial.

Saat saya datang ke sana, rata-rata pengunjung yang datang adalah muda-mudi di bawah 30 tahun. Sebagian besar mereka justru senang dengan cashless karena lebih simpel dan nggak perlu membawa uang cash. Cukup bermodalkan aplikasi uang digital atau mobile banking di HP ataupun kartu debit pembayaran sudah bisa dilakukan.

Mengarungi masa lalu dengan cara kekinian di Pos Bloc

Kesimpulannya, Pos Bloc Jakarta merupakan ruang temu muda-mudi sekaligus ruang kreatif denga balutan sejarah. Secara nggak langsung, Pos Bloc menawarkan kesempatan pada anak-anak muda untuk mempelajari sejarah, khususnya sejarah tentang bangunan tua Gedung Filateli Jakarta yang kini disulap menjadi tempat nongkrong menyenangkan. Secara tak langsung, mereka yang suka nongkrong di sini jadi penasaran mengenai latar belakang berdirinya gedung serta kejadian historis yang telah terjadi di gedung tersebut.

Saya sendiri merasa bahwa di masa lalu gedung itu memiliki andil besar dalam dunia komunikasi karena dulunya pos dan giro menjadi andalan bagi masyarakat untuk mengirimkan pesan san uang. Hingga akhirnya gedung itu hanya menerima pelayanan filateli (pengumpulan prangko) dan dihidupkan kembali dengan cara yang kekinian.

Singkatnya, Pos Bloc Jakarta cocok buat kalian yang ingin melepas penat usai beraktivitas. Tempat ini bisa menjadi sarana untuk membahagiakan diri lewat nongkrong bersama teman dan mengikuti kegiatan yang menarik.

Tertarik berkunjung ke Pos Bloc?

Penulis: Muhammad Arifuddin Tanjung
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Yakin Biaya Hidup di Jakarta Mahal? Ini Soal Mindset, Bung!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version