Point Coffee Membuat Kursi-kursi Indomaret Semakin Eksklusif

Point Coffee Membuat Kursi-kursi Indomaret Semakin Eksklusif Mojok.co

Point Coffee Membuat Kursi-kursi Indomaret Semakin Eksklusif (unsplash.com)

Duduk-duduk di Indomaret semakin repot karena kehadiran Point Coffee. 

Saya termasuk orang yang bersyukur dengan adanya kursi di depan Indomaret. Hanya dengan modal duit Rp5.000 untuk beli jajanan di Indomaret, saya bisa duduk-duduk sambil mengusir stress dalam kepala. Betul kata orang, psikolog terlalu mahal untuk gaji saya yang pas-pasan. 

Saya rasa kursi-kursi Indomaret memang diperuntukan bagi orang-orang seperti saya. Melihat lalu-lalang kendaraan di jalan, pengunjung yang keluar-masuk toko, dan kasir dalam toko bisa meredam sejenak pikiran-pikiran di dalam kepala. Setidaknya saya jadi menyadari, setiap orang di muka bumi ini berjuang dan punya masalah masing-masing. 

Sayangnya, nyamannya merenung di kursi Indomaret ini terancam oleh keberadaan Point Coffee. Waralaba kopi yang masih saudara bisnis dari Indomaret ini memang tengah gencar-gencarnya melebarkan sayap. Menengok medsos Mekari , di akhir 2023 lalu setidaknya ada 1.200 outlet di 120 kota di Indonesia. 

Kehadiran Point Coffee bikin pengunjung nggak bebas duduk

Salah seorang kawan saya bercerita, dirinya tidak diizinkan duduk-duduk di salah satu gerai Indomaret. Padahal dia sudah membeli jajanan dan minuman yang dijual di Indomaret. Kata teman saya, dia diusir karena kursi di sana diperuntukkan pembeli Point Coffee. 

Saya pribadi belum pernah mengalaminya, tapi mendengar cerita itu, saya langsung khawatir suatu saat akan diusir juga. Sebab, sebelum kawan saya cerita, sebenarnya saya sudah pernah mendengar cerita pengunjung diusir dari kursi-kursi Indomaret. Namun, pada saat itu, saya nggak tau penyebabnya. 

Kemarin, saya membuat janji bertemu dengan teman saya di Jalan Klampis Surabaya. Karena cukup lama dan cuaca Surabaya sangat panas, saya memilih untuk ngadem di Indomaret. Awalnya saya cukup senang karena kursi di sana disusun begitu rapi. Bahkan, dikasih pagar pembatas di samping pintu masuk. Di saat bersamaan saya juga heran, tempat serapi dan sebersih itu kok nggak ada orang yang duduk. 

Setelah saya masuk ke dalam, saya dapati ada gerai Point Coffee di salah satu sudut ruangan. Seketika saya ingat cerita teman saya. Kursi-kursi di depan tadi mungkin sudah menjadi ladang bisnis Point Coffee, sehingga tak semua orang boleh duduk. 

Menu yang jauh dari jangkauan dompet saya

Mengingat cerita kawan saya diusir, saya berniat membeli Poin Coffee agar bisa duduk-duduk bebas di sana. Toh waktu menunggu kawan saya cukup lama. Niat tinggal niat. Ketika membaca menu Point Coffee seketika dompet saya menjerit. 

Minuman di Point Coffee sebenarnya beragam, tapi kebanyakan harganya di atas Rp20.000, bahkan ada yang Rp30.000. Jelas harga-harga itu nggak cocok untuk dompet saya. 

Dari website Point Coffee, rata-rata harganya di atas Rp20.000, bahkan ada yang Rp30.000. Harga tersebut jauh berbeda dengan franchise lain yang berani saya beli. Misal, belikopi yang hanya Rp10.000 atau Rp12.000. Tapi, tak usah jauh-jauh ke belikopi, biasanya di Indomaret saya hanya beli Fruit Tea varian lemon yang harganya cuma Rp6.000. Itu sudah cukup untuk bisa duduk di kursi Indomaret.

Akhirnya, waktu itu saya memang membeli Fruit Tea saja. Saya memutuskan untuk mencari ruko yang sedang tutup untuk menunggu teman saya. Rasanya juga tak jauh berbeda dengan Indomaret.

Ya, pengalaman inilah yang membuat saya berpikir bahwa kursi Indomaret sudah tak bisa lagi penghilang stress. Sebaliknya, penguras dompet. Ini bukan berarti saya pelit pada diri saya sendiri ya. Tapi, selain mental perlu sehat, saya juga harus lebih hemat jika ekonomi tak ingin cepat sekarat. Jika keuangan sekarat, ya sama saja mental ikutan nggak sehat. Betul tidak?

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA  4 Aturan Tidak Tertulis Saat Belanja di Indomaret yang Terpaksa Harus Saya Tulis

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version