Segudang masalah
Sebelum meredup seperti sekarang ini, ada beberapa masalah yang sempat hadir dalam bus ini. Saya rasa, alasan-alasan itulah yang lambat laun menjadi penyebab dari menurunnya jumlah penumpang bus.
Pertama, tarif yang dikenakan PO Borobudur kepada penumpang Jember-Banyuwangi dan sebaliknya terlampau tinggi jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Saya pribadi merasa tarif dan fasilitas yang diberikan nggak sebanding. Maka nggak usah heran kalau orang-orang akhirnya lebih memilih naik kereta api atau bahkan bepergian menggunakan kendaraan sendiri.
Selain itu, ketidakpastian waktu tempuh juga menjadi masalah yang kerap menghantui para penumpang. Waktu tempuh yang tak bisa diprediksi ini membuat banyak penumpang berkawan dengan keterlambatan. Beberapa kali saya harus menunggu di terminal tanpa kepastian waktu keberangkatan. Tentu saja hal ini tak jarang membuat calon penumpang geram dan akhirnya beralih ke moda transportasi lain yang lebih pasti jadwalnya, misalnya kereta api.
Tak cukup sampai di situ. PO Borobudur yang kerap ngetem ternyata juga dikeluhkan para penumpang. Selain memperlambat perjalanan, ngetem bikin penumpang nggak nyaman, lho. Penumpang mana sih yang nggak kapok naik bus yang ngetemnya lama banget?
Pada akhirnya PO Borobudur makin sepi dan ditinggalkan para penumpangnya. Sesekali saya masih menjadi penumpang armada raja jalanan Jember-Banyuwangi ini. Sesekali saya juga berpapasan dengan armadanya yang lalu-lalang di jalanan meski jumlahnya tak sebanyak dulu. Siapa tahu dengan sentuhan perubahan yang tepat, bus ini dapat kembali memikat hati para penumpangnya dan mendapat tempat istimewa lagi di jalanan Jember-Banyuwangi. Semoga…
Penulis: Anik Sajawi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jalan Mastrip: Jalan Paling Problematik di Jember, Hanya Orang Sabar yang Sanggup Melewatinya.