Konten “pinjem dulu seratus” adalah parodi buat orang-orang yang suka pinjam uang tapi nggak segera dikembalikan. Bukannya bikin tukang ngutang minggat, orang malah bakal makin pilih pinjol.
Tidak bayar utang memang perbuatan yang buruk, tapi lebih buruk lagi mereka yang tidak mau memberikan utang. Dalam Islam, hukum pinjam-meminjam sudah diatur sebagaimana mestinya, baik dari sisi yang meminjam dan yang dipinjami. Memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan sangatlah dianjurkan. Bahkan Allah SWT berjanji dalam Al-Qur’an, bahwa orang-orang yang memberikan pinjaman akan dilipatgandakan pahala serta rezekinya.
Di pihak peminjam tentu bukan tak ada pahalanya. Disebutkan pula dalam Al-Qur’an bahwa melunasi utang adalah wajib dan harus tepat waktu. Tentu kita tahu bahwa membayar tepat waktu adalah sebentuk tanggung jawab yang bernilai kebaikan. Sebagaimana kebaikan, pasti mendapat pahala, toh!
Daftar Isi
Meningkatnya kasus terlilit pinjol
Masih ingat dengan war tiket konser Coldplay? Buat yang beli tiketnya tentu tidak bakal lupa. Konser yang akan diselenggarakan pada 15 November tahun ini menjadi indikator meningkatnya permintaan pinjaman online alias pinjol.
Bersamaan dengan itu, promo-promo pinjol bertebaran di mana-mana yang mengakibatkan banyak orang tertarik untuk mendapat pinjaman uang buat beli tiket Coldplay. Apalagi harga tiketnya pun begitu mahal bagi saya yang hanya anak nelayan. Bisa bermusim-musim bapak saya perlu berlayar ke laut.
Peristiwa di atas tejadi sekitar Mei lalu. Nah, yang terbaru, yaitu bulan Agustus kemarin, terjadi sudah kasus pembunuhan mahasiswa UI oleh seniornya sendiri. Diketahui bahwa motif pelaku melakukan hal “bajingan” itu karena trading Kripto yang gagal sebesar 80 juta. Ia membunuh hanya untuk mencuri barang-barang berharga korban untuk melunasi utang onlen-nya sebesar 15 juta.
Uang seperti pedang bermata dua. Ia bisa membuat bahagia dan terang mata di satu sisi dan membuat sengsara dan gelap mata di sisi lain. Maka, jangan pernah bermain-main dengan uang, atau uang akan mempermainkanmu. Camkan!
Kapitalisme menjadi biang kerok?
Di sini tak usah dijelaskan kelebihan kapitalisme, saya sebut kelemahannya saja. Sistem persaingan bebas di mana yang kecil sering kali ditindas oleh yang besar ini sangatlah tidak sehat. Di Indonesia sendiri, kapitalisme berkembang dan terus membesar sejak orde baru. Saat itu, modal asing mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia dan kesenjangan antara pemodal besar dan kecil semakin jauh.
Kapitalisme juga berdampak setidak-tidaknya terhadap dua hal. Pertama, meningginya tingkat pengangguran di mana yang kaya semakin kaya raya dan yang miskin semakin terpuruk dalam kemiskinan. Jumlah lapangan pekerjaan tak berbading lurus dengan pelamar kerja, apalagi ditambah saat ini masih tercatat belum melunasi pinjol, semakin sulitlah pekerjaan didapatkan.
Kemudian yang kedua, gaya hidup tinggi. Benarkah? Saya duga begitu. Bertaburnya konten flexing, bak sampah di sungai yang membuat Pandawara Group angkat tangan kemarin, bikin tabiat-tabiat konsumerisme bergejolak dalam jiwa.
Semua orang, baik si kaya apalagi si miskin, tak mau kalah dalam hal pamer-memamer kemewahan hidup yang mereka citrakan. Bahkan saat ini orang-orang tak mau disebut miskin di media sosial. Kalau kaya mending, sih. Lha ini udah uang hasil ngutang malah gaya-gaya-an tiap malam ngopa-ngopi di kafe yang tempatnya bagus, instagramable, dan tentunya mahal. Lalu kalau duit habis, sementara kebutuhan hidup harus serba uang, mau gimana lagi jika tak ngutang dulu. Pinjam dulu seratus…
Konten “Pinjam Dulu Seratus” bikin orang tetap pilih pinjol
Konten yang tengah viral saat ini adalah parodi buat orang-orang yang sering pinjam duit, namun tidak segera dikembalikan. Tidak sedikit kasus tukang ngutang yang ketika ditagih malah marah-marah tak jelas. “Padahal harusnya saya yang marah, Cuk!” batin si pemilik uang. Sebab itu jualah hubungan sosial pertetanggan, pertemanan, persahabatan, dan kekeluargaan jadi hancur.
Konten tersebut tentu dibuat untuk menyindir keras tukang ngutang agar mereka jera dan membayar tepat waktu. Namun, bisa jadi kemungkinannya terbalik. Mereka akan cenderung insecure untuk ngutang kepada teman lagi dan memilih solusi utang daring sebagai solusi. Akhirnya, kasus-kasus pinjol, dengan sistemnya yang melilit betul pemakai jasanya itu, tetap bermunculan.
Mungkin ajaran untuk pantang berutang kalau tidak benar-benar butuh—dan jika terpaksa ngutang harus dibayar tepat waktu—harus didakwahkan kembali. Atau orang-orang semacam Pak Jusuf Hamka harus jadi teladan. Kata Pak Hamka, “Gua mau jadi orang kaya beneran, bukan cuma terlihat kaya!” Artinya bahwa mereka yang sering flexing harta, ternyata hanya pura-pura.
Penulis: Abd. Muhaimin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pengalaman Saya Terjebak Belasan Aplikasi Pinjol Sampai Rp60 Juta.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.