Setelah membaca artikel Mbak Winda Ariani tentang jurusan Aktuaria yang konon menjadi profesi yang bisa bikin mendadak kaya. Saya cuma bisa tertegun dan membatin “WOW”. Setelah selesai membaca, saya pun mulai membandingkan dengan pekerjaan yang saya tekuni dan terjadilah insecure. Iya, INSECURE. Lha boro-boro mendadak kaya, bisa untuk makan 2x sampai akhir bulan sudah alhamdulillah.
Perkenalkan jurusan saya, Ilmu Perpustakaan. Sekarang saya sudah menjadi alumni di salah satu PTN di Semarang. Jangan tanya Ilmu Perpustakaan belajar tentang apa, karena you know tahu sendiri jawabannya. Ilmu Perpustakaan membahas tentang perpustakaan dan informasi. Namun, tidak hanya terbatas pada lingkup perpustakaan, kami juga belajar tentang manusia-manusia di dalamnya, pemustaka, dan pustakawan.
Jika mengambil pengertian dari wikipedia, pustakawan adalah seorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang menemukan buku, majalah, dan informasi lain. Namun, seiring berkambangnya teknologi informasi, pustakawan tidak hanya sekadar membantu mencari informasi dalam bentuk buku, tetapi juga membantu mencarikan informasi dalam bentuk digital. Iya, pustakawan sebenarnya juga ahli dalam mencari informasi di internet, mencari jurnal-jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional. Semasa kuliah pun kami juga diajari tentang bagaimana menggunakan query, mencari informasi lewat basic search maupun advanced search, dan tetek bengek lainnya.
Serius nih ya, kalian harus membuka mata lebih lebar lagi, karena memang jurusan Ilmu Perpustakaan itu sebenarnya cakupannya luas, tidak sedangkal yang kalian kira. Pustakawan tidak hanya menunggu buku di perpustakaan, tapi lebih daripada itu. Pustakawan juga bertanggung jawab dan terlibat atas literasi informasi, pendidikan pemakai, database, organisasi informasi, komunikasi informasi, marketing informasi, aplikasi teknologi informasi, kemas ulang informasi, penerbitan media, temu balik informasi, dan masih banyak lainnya. Jadi, jika kalian menganggap pustakawan hanya sebatas bekerja menata buku, melayani peminjaman dan pengembalian buku di perpustakaan, berarti kalian harus lebih sering main ke perpustakaan!
Kerja pustakawan itu berat. Hal-hal yang berkaitan dengan informasi seolah menjadi beban tersendiri bagu pustakawan saat ini di antara hiruk pikuk hidup yang penuh hoaks. Saya sendiri pun yang menjadi alumni Ilmu Perpustakaan, kadang merasa gagal dalam membantu masyarakat dalam memberikan informasi. Lha gimana je, zaman yang sudah berkembang begini kok ya masih ada yang percaya bahwa vaksin itu buatan asing untuk memusnahkan anak-anak bangsa. Hellooww, buibu, ayo ngopi dulu sama saya~
Selain itu, masih banyak juga konten-konten informasi di internet yang nggak masuk dinalar tapi oleh sebagian orang masih dipercaya dan dipraktekkan, misalnya cara menghilangkan jerawat dengan celana dalam. Dan itu benar-benar diterapkan. YARABB. AMPUNI DOSA HAMBA. Saya merasa gagal segagal-gagalnya menjadi orang yang terlibat untuk mem-filter informasi. Sepertinya, literasi informasi masyarakat +62 ini memang harus lebih digencarkan lagi. Iya, HARUS, WAJIB!!1!
Oke, cukup sekian perkenalan dengan jurusan Ilmu Perpustakaan, sudah tahu gambaran dan tanggung jawab menjadi pustakawan kan? Iya, berat. Bagaimana prospek karier pustakawan? Bagaimana gajinya? Ya jangan tanya, kalian pun pasti juga sudah tahu jawabnnya.
Di Indonesia, saya rasa kesadaran diri tentang pentingnya perpustakaan masih tegolong rendah dibanding negara berkembang lainnya. Tapi ya tidak menutup kenyataan kalau di beberapa daerah sudah sadar dan menganggap penting keberadaan perpustakaan. Misalnya di Jogja, hampir semua tempat dari sekolah SD sampai Univeristas menyediakan perpustakaan, belum lagi tempat ngopi yang ada perpustakaannya, macam Berdikari, BasaBasi dan lainnya. Hmmm, bagus sih. Saya suka, makanya saya lebih memilih Jogja sebagai destinasi karier sebagai seorang calon pustakawan. Iya, meskipun saya sudah bekerja di perpustakaan, membantu pemustaka menemukan buku, majalah dan informasi lain, saya belum mau menyebut diri saya seorang pustakawan. Pasalnya, bagi saya tanggung jawab seorang pustakawan nggak cuma berperan di perpustakaan. Harus lebih dari itu, dan semoga kelak saya bisa menjadi pustakawan yang kafah, mampu memberantas hoaks-hoaks dan membantu menyediakan informasi yang sehat bagi masyarakat Indonesia. Amiiin.
Oh iya, bicara lagi perihal gaji pustakawan, sebenarnya gaji tergantung pada instansi tempat bekerja. Ada yang 1/3 UMR, 1/2 UMR, UMR, UMR dan tunjangan, dan PNS. Iya, pustakawan bisa jadi PNS. Baru tahu ya? Lha wong bapak saja tak kasih tahu aja nggak nyangka kalau pustakawan bisa jadi PNS.
Kalau gaji saya? Alhamdulillah, UMK. Karena saat ini saya bekerja di salah satu perpustakaan daerah yang berlokasi di Bantul. Tapi saya bersyukur, sebab gaji itu cukup untuk makan 2x selama sebulan, bisa ngopi, bisa main, tapi nggak bisa nabung. Hehehe.
Pernah, dulu, setelah lulus kuliah, teman saya melamar menjadi pustakawan di sebuah sekolah negeri, gajinya berapa? 500 ribu. Ya alhamdulillah sih, lebih tinggi daripada gaji guru honorer yang konon cuma 300 ribu itu. Tapi ya gimana ya, 500 ribu itu nggak sebanding dengan yang dia keluarkan selama kuliah. Masak iya UKT mahal, kerja cuma dihargai 500 ribu? Yo emohlah~
Bekerja menjadi pustakawan bukan ladang basah. Menjadi pustakawan tidak serta merta bisa membuat kita cepat kaya, apalagi dibanding dengan gaji aktuaria dan pekerjaan lainnya. Pustakawan sangat terbatas dengan anggaran dana, sehingga jarang ada kasus pustakawan korupsi. Mungkin ada, tapi tidak sampai ratusan juta, apalagi milyaran. Memang sih ada beberapa kasus-kasus penyelewengan dana atau korupsi di lingkup perpustakaan. Tapi pelakunya kan bukan pustakawan. Pokoknya menjadi pustakawan harus siap bekerja di lahan kering, gaji UMR (syukur kelak bisa jadi PNS) dan tidak bersentuhan langsung dengan anggaran dana. Jadi nggak bisa mlipir-mlipir masukin ke saku. Eh.
Tapi ya bagaimanapun, mau bergaji berapa pun. Mau yang bikin cepat kaya ataupun nggak kaya-kaya. Mau berprofesi sebagai pustakawan, guru, aktuaria, dokter, perawat. Mau bergaji UMK, UMR, Swasta, PNS dan sebagainya. Ini hanya perihal korelasi niat mengabdi dan rasa syukur diri. Pasalnya, tidak semua perihal bangga dengan materiil, kita juga perlu bangga menjadi manusia seutuhnya.
Yok, sambat yok. Urip kok nggak sugeh-sugeh~
BACA JUGA Pertama Kali Pinjam Buku di Perpus, Rasanya Pengin Nabok Pegawainya atau tulisan Rinawati lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.