Pada dasarnya, media sosial memang diciptakan untuk berbagi, khususnya adalah berbagi hal-hal menyenangkan dalam hidup. Konsep berbagi ini ada yang sesederhana mengunggah foto makanan enak, koleksi makeup, atau dekorasi rumah. Konsep lainnya adalah unggahan yang terkesan oversharing, seperti memamerkan saldo di rekening, yang mana biasanya nominalnya cukup besar.
Kita sebagai rakyat jelata hanyalah objek yang diseret untuk menonton pertunjukan orang-orang ber-privilese tinggi itu. Mereka membuat konten berisi hal-hal yang memang nggak dimiliki kebanyakan orang. Konten seperti ini merupakan komposisi standar yang diracik oleh orang-orang kaya di internet agar mendapatkan sorotan atau istilah kerennya: exposure.
Saya memang nggak pernah menangkap maksud baik dari seseorang yang menjadikan jumlah uang di rekening sebagai konten. Pamer saldo ini sama saja dengan konten-konten flexing lainnya, hanya saja dalam versi yang lebih nggatheli. Atau bahasa lainnya, caper. Kalau ada hal yang perlu kita tutupi selain aurat dan aib, menurut saya salah satunya adalah saldo di rekening.
Namun, tampaknya bagi beberapa orang, memamerkan kekayaan adalah sesuatu yang urgensinya cukup tinggi. Ada yang berdalih bahwa konten tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi, ada yang memang bodoh saja dan menjadikan ajang pamer tersebut untuk mendongkrak engagement.
Lho, kan setiap orang bebas mengunggah apa pun di media sosial. Termasuk mempublikasikan jumlah uangnya, yang mana rekeningnya atas nama dia sendiri, uangnya pun uang milik dia sendiri, dan bukan hasil dari mencuri. Lantas, bagian mana yang salah?
Nggak ada yang bilang salah kok, Bestie. Tapi, ya jangan kaget kalau kamu bakal dijadikan badut oleh netizen dan dibilang caper.
Kemarin yang sempat ramai di Twitter adalah postingan menfess di akun autobase berupa screenshot saldo rekening dengan nominal 49 jutaan rupiah. Pengirim menfess tersebut mengklaim bahwa nominal tersebut merupakan uang jajannya selama satu bulan. Hm, angka yang cukup fantastis bagi sobat pejuang gaji UMR.
Yang lebih menyebalkan lagi, pengirim menfess tersebut dengan bodohnya polosnya melemparkan pertanyaan, “Aku semester 1 dikasih uang jajan sebulan segini, sedikit nggak sih menurut kalian? Atau kebanyakan?”
Tadinya saya sempat ingin menahan amarah dan menjawab dengan penuh kesabaran. “Kalau uang segitu dipakai untuk jajan tas mewah, ya sedikit banget bahkan kurang. Tapi, kalau buat makan sehari-hari sama jajan seblak, bisa turah dan buat DP rumah itu, Nder.”
Tapi, saya menyadari bahwa orang seperti itu memang nggak berniat untuk mendapatkan jawaban, karena dia sudah tahu jawabannya. Ha wong dia caper. Dia paham betul bahwa uang jajan puluhan juta sebulan adalah nominal yang sangat banyak, terlebih bagi rakyat Twitter. Kecuali kalau dia bertanya seperti itu ke grup WA yang isinya sirkel Nagita Slavina, mungkin dia akan dilabeli sobat miskin karena hanya punya 49 juta di rekening.
Belum sempat reda keheranan saya soal uang jajan 49 juta itu, saya melihat ada kasus serupa, namun kali ini konsepnya sedikit berbeda. Konsep flexing kali ini dibalut dengan sikap (sok) humble alias merendah untuk meroket. Hal ini bermula dari unggahan InstaStory anak dari salah satu pesohor di tanah air. Saya nggak perlu sebut nama, lah. Jadi, blio ini membagikan InstaStory berupa screenshot percakapan yang menyatakan bahwa blio melakukan transaksi melalui M-banking, namun ternyata salah memasukkan nominal, yang seharusnya 200 ribu menjadi dua miliar rupiah.
Apakah masuk akal? Bagi netizen semi-julid seperti saya, jelas tidak.
Pertama, sebodoh-bodohnya dan sesembrono-sembrononya orang saat menggunakan M-banking, nggak mungkin salah ketik sampai sefatal itu. Kalau kelebihan satu atau dua angka nol, sih, masih saya maklumi. Lha, ini kok kelebihan sampai empat angka? Memangnya touchscreen ponselnya error atau bagaimana?
Kedua, coba kasih tahu saya rekening jenis apa yang bisa sekali transfer langsung dua miliar? Sependek pengetahuan saya, setiap bank dan setiap jenis rekening pasti memiliki limit transaksi. Bahkan pihak customer service bank yang bersangkutan sudah mengklarifikasi bahwa memang nggak bisa lho, transfer dua miliar dalam satu kali transaksi. Setahu saya loh ya,
Jadi, sudah jelas kan, konten halu tersebut bertujuan untuk apa? Betul, caper. Hanya, balutannya beda, pake kata-kata yang seakan-akan menunjukkan itu nggak caper. Padahal ya jelas-jelas kayak gitu.
Apa saya iri? Nggak. Mungkin iya. Tapi, itu nggak penting. Yang jelas, kurang-kurangin lah berlagak bodoh demi engagement. Caper itu yang maksimal, flexing aja tanpa pake embel-embel. Sombong itu mbok ya yang maksimal. Apa-apa kalau ditelatenin itu menghasilkan loh.
Menghasilkan pisuhan, misale.
Sumber gambar: Pixabay