Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih lanjut, penulis ingin menginformasikan bahwa judul tulisan ini, Perihal Ibadah Kita Semua Adalah Pemula, terinspirasi oleh judul buku “Perihal Cinta Kita Semua Adalah Pemula” karya Mohammad Ali Ma’ruf.
Sebagai umat manusia, pastilah kita percaya bahwa seluruh yang ada di dunia ini tidak serta merta tersedia, melainkan ada yang menciptakan. Sebagai manusia yang berTuhan, pastilah mereka percaya bahwa Tuhanlah yang telah menciptakan seluruh isi beserta keindahan yang ada di dunia.
Perjalanan hidup yang sangat panjang tentu didalamnya terdapat lika-liku yang harus dihadapi oleh setiap manusia. Mulai dari kehendak untuk mencapai tujuan hingga mempertahankan apa yang sudah dimiliki. Tak jarang kita sering dibenturkan oleh sebuah tembok besar ketika hendak mengejar sebuah tujuan besar. Tak jarang pula kita sering kehilangan sesuatu yang sudah kita miliki. Pada akhirnya kita semua akan melibatkan Tuhan dalam setiap Tragedi yang ada.
Proses perjalanan panjang dalam hidup tak akan pernah semulus ekspektasi yang ada. Masih banyak celah yang harus di tutupi. Sehingga selalu ada upaya penyempurnaan melalui tiap bait evaluasi. Ini membuktikan bahwa manusia tidak penah selesai dalam sebuah proses.
Tak hanya persoalan kehidupan, hal spesifik seperti ibadah tentu perlu adanya penyempurnaan. Fenomena yang sering terjadi adalah, manusia berpura-pura lupa kepada Tuhan Yang Maha Esa ketika sudah mendapatkan apa yang diimpikan. Hanya beribadah ketika dalam keadaan susah dan tertekan.
Dalam kehidupan beragama, jelas bahwa seluruh umat beragama di dunia memiliki cara masing-masing dalam pelaksanaan ritual kegamaannya atau yang kemudian kita kenal dengan istilah ibadah. Ibadah menunjukkan ketundukan manusia sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa.
Definisi ibadah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ibadah/iba·dah/ n perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Secara bahasa, ibadah berasal dari kata ta’abbud yang memiliki arti menundukkan dan mematuhi. Dalam bahasa arab, ibadah berasal dari kata abda’ yang memiliki arti menghamba. Dengan ini, ibadah berarti menyembah kepada Tuhan yang dipercaya sebagai upaya menundukkan diri sebagai seorang hamba.
Dalam kaitannya dengan ibadah, ada ibadah yang segala ketentuannya sudah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa seperti ibadah wajib dan ada pula yang tidak diatur namun memiliki tujuan yang hampir sama yakni mendekat kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti bersedekah dan lain sebagainya.
Penyempurnaan ibadah datang ketika muncul sebuah pertanyaan dibenak mengenai ibadah apa yang sudah dilakukan baik hukumnya hingga tata caranya. Awalnya manusia mempelajari agama secara doktriner, namun semakin dewasa baik usia maupun pemikirannya, manusia akan berusaha memahami ilmu agama lebih dalam. Terutama terkait hukum dan tata cara ibadah yang baik dan benar.
Bagi kita yang masih pemula dalam memahami agama, biasanya ilmu pengetahuan (agama) baru yang didapatkan lebih sering di pertimbangkan dan diamalkan dengan dalih agar tidak lupa. Namun ketika pengamalan ilmu tersebut dibenturkan dengan realitas baru, kemungkinan akan memilih mana yang lebih nyaman dan menguntungkan untuk dilakukan.
Misal pada kondisi di Bulan Ramadhan saat ini. Dulu waktu masih kecil kita sering diberi pengetahuan bahwasannya salat tarawih dilaksanakan 20 rakaat beserta sholat witir. Namun ketika berada di masjid atau wilayah yang berbeda ada yang melaksanakan 20 rakaat dan ada yang selesai di 8 rakaat. Tentu ini menjadi perdebatan dalam diri masing-masing.
Fenomena diatas tentu tak asing bagi kita utamanya yang sedang merantau untuk bekerja atau mengenyam pendidikan di kota orang. Karena 8 rakaat dirasa lebih cepat, banyak yang tadinya melaksanakan 20 rakaat kemudian mengikuti yang melaksanakan 8 rakaat. Awalnya hanya sekedar ikut-ikutan dan dirasa lebih cepat sehingga lebih banyak waktu untuk mengerjakan yang lain, namun pada akhirnya rasa penasaran itu diobati dengan mencari dalil mengenai pelaksanaan salat tarawih baik secara mandiri maupun bertanya kepada ahlinya.
Dalam hal ibadah lainnya pun terjadi hal serupa. Bagi kita yang masih pemula dalam memahami agama, ketika pemahaman yang sudah ditanamkan sejak lama dibenturkan dengan realitas baru, akan menyebabkan kegalauan tersendiri. Apalagi sekarang banyak bertebaran akun-akun dakwah di media sosial yang selalu membagikan konten-konten menyangkut peribadahan. Kemungkinan hal ini akan mempengaruhi banyak pemahaman kita terhadap agama terutama perihal ibadah.
Intinya jangan pernah lelah dalam memperbaiki ibadah selama nafas masih berhembus serta akal dan hati masih mampu untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk (mumayiz).