Percaya Mitos Kucing Hitam Adalah Pembawa Sial Itu Sungguh Merepotkan

kucing hitam pembawa sial Hera Zeus mitos mojok

kucing hitam pembawa sial Hera Zeus mitos mojok

Bagi saya, mau apa pun ras dan warnanya, yang namanya kucing itu lucu tanpa terkecuali. Titik. Jika sesekali mereka bertingkah menyebalkan, itu pengecualian. Sebab, saya pikir, siapa pun bisa bertingkah menyebalkan, bukan? Termasuk anggota dewan yang ujug-ujug melakukan pengesahan terhadap Omnibus Law.

Bicara soal kucing dan tingkah laku yang menyebalkan, kita tidak bisa mengabaikan begitu saja seseorang yang menganggap bahwa kucing hitam itu pembawa sial. Betul-betul bikin apes, katanya. Saya selalu berpikir, apa dasar pemikiran seseorang sampai menjadikan kucing berbulu hitam adalah suatu malapetaka dan harus dihindari.

Oke, jika di masa lalu, ada satu atau dua kesialan yang terjadi tidak lama setelah melihat kucing hitam. Tapi, itu terlalu kebetulan untuk dijadikan suatu alasan yang konkret.

Pertanyaannya, kekuatan magis seperti apa yang dimiliki oleh kucing hitam, sampai-sampai dia berhasil dan pasti akan membuat seseorang sial saat melihatnya?

Kalau memang benar seperti itu dan betul-betul teruji kesialannya, kenapa nggak dibawa ke gedung DPR, lalu diperlihatkan langsung kepada sebagian anggotanya? Jangan berpikir negatif dulu. Maksud saya, barangkali para anggota dewan yang seluruh rakyat Indonesia hormati lagi mumet-mumetnya menghadapi situasi seperti sekarang ini. Siapa tahu, mereka bisa merasa rileks ketika melihat sekaligus main sama kucing. Siapa tahu, lho, ya.

Bicara soal kekuatan magis yang masih berkaitan dengan mitos, menurut beberapa artikel yang saya baca, awal mula kucing hitam dianggap sial sudah ada sejak zaman dewa di Yunani.

Berawal dari Hera, istri dewa Zeus yang mengubah Galanthias, salah satu pelayannya, menjadi kucing hitam karena berusaha ikut campur dan menggagalkan kelahiran sang dedek gemes nan perkasa, Hercules. Setelah Galanthias berubah wujud menjadi kucing, ia diberikan kepada penyihir yang dikenal kejam dan jahat. Kemudian, tersebar cerita bahwa kucing hitam tidak terlepas dari ilmu sihir dan dianggap membawa sial.

Itu menurut mitologi Yunani populer dan sudah banyak beredar, lho.

Jika kita mau menelusuri, sebetulnya kucing hitam adalah korban sesungguhnya dan sering kali dikambinghitamkan. Lah gimana, nggak salah apa-apa, bertingkah lucu dan menggemaskan, tapi dianggap bawa sial. Boleh jadi, Galanthias, sang pelayan dewa Zeus yang diubah jadi kucing hitam punya niat jahat. Tapi, setelah jadi kucing, dia bisa apa coba?

Mau ngisengin Hercules juga sudah susah karena pasti digeser-geser terus pakai kaki dan di-“hush-hush”-in terus sama banyak orang.

Kalau hanya jadi informasi sekelebat atau selewat gitu aja ya nggak apa-apa. Silakan. Tapi, kalau sampai dihayati dan diyakini betul bahwa kucing hitam itu salah satu pembawa sial, kayaknya nggak banget gitu. Percaya sama saya, akan merepotkan dirimu sendiri.

Saya punya teman yang meyakini bahwa kucing hitam semengerikan itu. Tiap kali dia melihat kucing hitam, yang ia sebutkan selalu, “Aduh, sial nih gue. Bakalan apes nanti.”

Kala itu, saya hanya bisa mengernyitkan dahi dan terpana melihat tingkah laku yang sangat janggal.

Hal paling masuk akal yang saya pikirkan tiap kali mengetahui seorang teman menganggap kucing hitam pembawa sial adalah, itu semua hanya sugesti. Jadi, yang bikin sial itu sebetulnya bukan kucingnya, melainkan pemikiran seseorang yang meyakini bahwa sesuatu akan membawa malapetaka.

Maksud saya, santai aja gitu saat melihat kucing tersebut. Dia kan hanya hewan berbulu berkaki empat yang lucu dan sesekali menjilat kakinya sendiri agar tetap bersih dan terjaga. Nggak sampai menjilat orang lain hanya untuk suatu jabatan atau kekuasaan, kok. Jadi, santai aja, Gaes.

Kalaupun memang sebelumnya ada trauma atau musibah dan secara tidak sengaja kalian melihat kucing tersebut, bisa jadi itu hanya suatu kebetulan saja. Saran saya, tidak perlu dipikirkan sampai berlarut-larut dan menyalahkan kucing tersebut.

Sering kali, kita memang terjebak oleh pemikiran sendiri yang berakhir pada overthinking. Biasanya akan satu paket dengan pemikiran negatif. Kalau gini nanti gimana, kalau gitu nanti gimana. Dan seterusnya, dan seterusnya. Nggak akan ada habisnya. Soal mitos, saya rasa, itu memang sudah menjadi bagian dari hidup yang kita jalani sejak dahulu.

BACA JUGA 3 Hal Tak Terduga yang Pernah Saya Alami Selama Menjadi Seorang Recruiter dan artikel Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version