5 Perbedaan Drama Korea Dulu dan Sekarang: Makin Berkualitas Atau Sebaliknya?

5 Perbedaan Drama Korea Dulu dan Sekarang: Makin Berkualitas Atau Sebaliknya?

5 Perbedaan Drama Korea Dulu dan Sekarang: Makin Berkualitas Atau Sebaliknya? (Unsplash.com)

Drama Korea kini bukan hiburan yang eksklusif untuk segelintir orang saja. Dulu, sih, memang iya. Orang-orang yang tahu keberadaan drakor mungkin cuma orang Korea atau fans K-Pop yang nyicip nonton drakor. Sekarang, hampir semua orang pernah nonton drama Korea. Dan mereka bisa jadi nggak punya minat sama K-Pop atau Korea Selatan alias murni cuma mau cari hiburan lewat serial.

Beriringan dengan popularitasnya yang meningkat drastis, drama Korea ikut berubah. Drakor yang dulu bukanlah yang sekarang. Misalnya, mantan fans drakor zaman baheula yang sudah hiatus dan memutuskan mulai nonton lagi, pasti mereka akan kaget dan perlu penyesuaian dulu.

Berdasarkan pengamatan saya, ini dia lima perbedaan drakor dulu dan sekarang.

#1 Jumlah episode drama Korea sekarang makin singkat

Sewaktu masih menjadi fans drakor jalur nonton di Indosiar dan copy di warnet, saya ingat betul waktu itu jumlah episode drakor rata-rata 20-24 episode. Ini jumlah standar drakor medium-length, bukan drakor yang tayang hari Minggu.

Sayangnya, makin ke sini total episode drama Korea malah makin menyusut. Memasuki tahun 2016, jumlah episode drakor mulai berkurang menjadi 16 per musimnya. Drakor sempat mengalami krisis gara-gara kebijakan Tiongkok membuat banyak drakor kehilangan investor. Krisis ini membuat tiap episode drakor dibagi menjadi dua, dengan tiap bagian memiliki durasi 30 menitan.

Sekarang ini, jumlah drama Korea semakin berkurang semenjak menjamurnya over-the-top media (media OTT). Belakangan banyak drama yang jumlah episodenya hanya 10 atau 12. Durasinya pun nggak sampai satu jam. Bikin nggak puas nontonnya, tapi enaknya bikin cepat kelar.

#2 Bermusim-musim

Implikasi lain dengan maraknya media OTT, seperti Netflix, adalah drama Korea jadi ikut-ikutan seperti serial barat. Semenjak media OTT berkuasa, drakor dikemas dalam model season atau musim.

Ada season pertama, kedua, dan seterusnya. Penonton nggak bisa menebak drakor yang disaksikannya bakal tuntas di musim ke berapa. Tiap season pun cuma ngasih episode yang singkat. Setiap selesai satu season, pasti penonton harus nunggu satu tahun atau lebih untuk dapat kepastian apakah serial tersebut bakal ada musim selanjutnya atau nggak.

Tapi ada juga drama Korea yang dibikin bermusim-musim karena season perdananya menarik perhatian. Sebut saja The Penthouse dan Love (ft. Marriage and Divorce). Sayangnya, kedua drama itu makin banyak season-nya justru makin ke mana-mana ceritanya.

#3 Drama Korea sekarang terkesan asal selesai

Berkaitan sama poin kedua, berhubung drakor sekarang modelnya musiman, pandangan sebagian besar penonton jadi berubah. Mereka jadi berpikir bahwa ending yang gantung pasti akan dilanjut oleh season selanjutnya.

Padahal ini belum pasti. Bisa saja itu penulisnya memang nggak bisa nulis ending bagus. Tapi berhubung drakor yang ditulisnya memang diproduksi sebagai serial orisinal suatu media OTT, si penulis naskah jadi “terselamatkan”. Budaya serial bermusim-musim bikin penonton drakor terlalu positive thinking.

#4 Misuh-misuh diperbolehkan

Belakangan ini drama Korea yang tayang di televisi nasional (KBS, SBS, dan MBC) atau televisi kabel (tvN dan Jtbc) sudah agak longgar terkait sensor. Dulu, hampir nggak ada dialog yang menampilkan unsur makian. Jangan harap bisa dengar shibal, saekkiya, atau jonna waktu nonton drakor di ketiga tv tersebut.

Tapi kini, drakor di televisi nasional sudah kayak drakor OTT. Misuh-misuh, boleh. Nunjukin simbol fxxk pakai jari juga boleh. Palingan di-blur dikit kayak adegan Jeong Gu Won (Song Kang) yang marah-marah ke preman di My Demon. Walaupun di-blur, kita juga tetap tahu dia ngapain.

#5 Drama Korea sekarang bebas menayangkan adegan tato dan rokok

Dulu, Korea Selatan anti banget sama tato. Tato punya konotasi negatif karena berhubungan dengan kriminal di era Kerajaan Joseon. Bahkan sampai sekarang idol K-Pop yang bertato harus menyembunyikan tato mereka kalau mau tampil di acara musik. Lihat saja Jung Kook yang tiap tampil hampir selalu pakai lengan panjang buat nutupin tato di sepanjang lengannya.

Tapi drama Korea kini punya regulasi yang lebih longgar terkait tato. Tato di drakor dianggap lebih gampang untuk membantu membangun karakter tiap tokoh. Misalnya tato kupu-kupu Park Jae Eon (Song Kang) di Nevertheless yang legend itu membuat karakternya jadi lebih membekas di benak pemirsa. Atau yang paling sering nih, karakter yang menjadi anggota gangster hampir selalu punya tato untuk menambah unsur ketangguhan di penampilan mereka.

Rokok pun sama. Drama Korea lawas biasanya akan skip adegan yang melibatkan rokok. Sekarang rokok sudah seperti barang wajib di drakor. Walaupun masih banyak juga sih drakor yang main aman dengan hanya memunculkan rokok tanpa menyuruh para pemerannya untuk merokok secara langsung.

Drama Korea zaman sekarang sudah beda rasa dibanding dulu. Memang, sih, perubahan ini banyak sisi positifnya. Contohnya saja kita nggak perlu lagi ke warnet untuk sekadar cari tontonan. Tapi bagaimanapun perubahannya, harapan para penonton cuma satu: BRING BACK WON BIN AHJUSSI!

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Drama Korea Terburuk Sepanjang Tahun 2023.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version