Membandingkan Mobil Travel Kelas Ekonomi, Reguler, dan Eksekutif Rute Bukittinggi Padang. Mana yang Lebih Nyaman?

Membandingkan Mobil Travel Kelas Ekonomi, Reguler, dan Eksekutif Rute Bukittinggi Padang, Mana yang Lebih Nyaman?

Membandingkan Mobil Travel Kelas Ekonomi, Reguler, dan Eksekutif Rute Bukittinggi Padang, Mana yang Lebih Nyaman? (unsplash.com)

Saat bepergian dari Bukittinggi ke Padang dan sebaliknya, saya sudah menjajal berbagai macam mobil travel mulai dari kelas ekonomi, reguler, dan eksekutif.

Selama tinggal di Bukittinggi, mobil travel menjadi moda transportasi yang paling saya andalkan jika bepergian keluar kota. Maklum, kota wisata yang terletak sekitar 90 kilometer dari Padang, ibu kota Sumatera Barat ini, memang hanya memungkinkan dicapai dengan jalan darat.

Selain mobil travel, sebenarnya ada juga taksi online, mobil sewa, serta bus AKAP. Namun jika tolok ukurnya adalah kenyamanan, kepastian waktu, namun masih dengan budget terjangkau, ya hanya mobil travel yang saya rekomendasikan. Apalagi moda kereta api pun masih sebatas mimpi di sini.

Ada beberapa pilihan travel dengan berbagai rute keluar kota Bukittinggi seperti ke Padang, Pekanbaru, Medan, bahkan sampai ke Jambi. Namun yang akan saya bahas saat ini adalah travel dari Bukittinggi ke Padang, rute yang cukup sering saya lakoni.

Erte dan AWR, mobil travel rute Bukittinggi Padang yang sudah beroperasi 10 tahun lebih

Ada beberapa mobil travel rute Bukittinggi ke Padang dan sebaliknya, yang saya kategorikan sebagai travel kelas ekonomi, reguler, dan eksekutif. Saya mengenal dua travel yang sudah beroperasi lebih dari 10 tahun, yaitu Erte dan AWR.

Dilihat dari segi harga, travel AWR saya kategorikan sebagai travel kelas reguler. Sementara Erte yang pada awalnya hanya menawarkan kelas ekonomi, beberapa tahun terakhir mulai menawarkan juga kelas eksekutif yang lebih mahal dari AWR.

Di luar kedua perusahaan itu sebenarnya ada juga beberapa travel lain dengan harga yang bervariasi. Namun saya lebih merekomendasikan kedua travel itu sebagai alternatif yang menurut saya baik saat ini.

Dari segi harga, sebenarnya antara Erte kelas ekonomi dan AWR tidak terlalu berbeda jauh. Travel Erte kelas ekonomi saat ini menjual kursi rute Bukittinggi ke Padang seharga Rp60 ribu, sementara tiket AWR untuk rute yang sama dibanderol Rp70 ribu. Kalau punya uang lebih, bolehlah mencoba kelas eksekutif seharga Rp100 ribu per kursi.

Harga yang berbeda ini sepertinya memang menyesuikan dengan jenis mobil travelnya. Erte kelas ekonomi menggunakan Isuzu APV berisi tujuh penumpang di luar sopir. Sementara AWR menggunakan armada Toyota Hiace dan Mitsubishi L300 yang bisa berisi sampai 10 penumpang di luar sopir. Walaupun memuat lebih banyak penumpang, namun Hiace dan L300 tentunya memberikan tempat duduk dengan kenyamanan yang lebih baik, dan terutama ruang kaki lebih lega dibandingkan Isuzu APV.

Baca halaman selanjutnya: Menjajal mobil travel kelas eksekutif…

Menjajal mobil travel kelas eksekutif

Bagaimana dengan travel eksekutif? Apakah benar-benar “eksekutif” seperti namanya? Ada beberapa hal yang memang menjadikannya berbeda dan terlihat eksektutif.

Pertama, travel Erte memilih Toyota Innova sebagai armada eksekutif dari Bukittinggi ke Padang dan sebaliknya. Dari obrolan dengan sang sopir, saya mengetahui bahwa Toyota Innova yang digunakan untuk travel eksekutif dibatasi tahun pemakaiannya, yaitu paling lama mobil keluaran tahun 2016, dan yang paling baru di 2023.

Kedua, Erte membatasi kapasitas penumpang travel eksekutifnya hanya 5 orang di luar sopir, walaupun kapasitas penumpang Toyota Innova bisa sampai 7 orang di luar sopir. Hal ini tentu saja membuat penumpang yang duduk di baris kedua atau ketiga di belakang sopir merasa lebih nyaman karena memiliki ruang duduk yang lebih lega.

Saya sendiri biasanya cukup puas dengan AWR, walaupun beberapa kali juga menggunakan Erte ekonomi. Tapi jika saya memilih bepergian dengan Erte eksekutif, biasanya dengan beberapa pertimbangan. Pertama, jika travel reguler atau ekonomi yang saya inginkan sudah penuh, atau ketersediaan kursinya tidak seperti yang saya inginkan. Kedua, saya memilih travel eksekutif biasanya jika saya memang sedang ingin bepergian dengan sedikit rileks.

Pada akhirnya tingkat kenyamanan perjalanan tidak mutlak ditentukan jenis kendaraan

Dari segi kenyamanan, apakah travel eksekutif memang yang paling baik dibandingkan yang lain? Kalau melihat jenis kendaraan dari yang telah saya sampaikan sebelumnya, travel eksekutif Bukittinggi Padang seharusnya memang bisa menjadi yang paling nyaman. Seharusnya, travel eksekutif pun bisa saya rasakan seperti tidak sedang menaiki kendaraan umum. Tapi dari pengalaman saya, tingkat kenyamanan tidak mutlak ditentukan oleh jenis kendaraan.

Entah sudah berapa puluh kali saya naik travel yang berbeda-beda dari Bukittinggi ke Padang. Pengalaman saya, travel reguler yang sudah jadi langganan pun tidak selalu memberikan standar kenyamanan yang sama. Sementara tak jarang, travel ekonomi beberapa kali bisa bikin saya tidur lelap sepanjang perjalanan. Lain waktu, travel eksekutif malah pernah bikin saya mual sepanjang perjalanan.

Pada akhirnya saya menyadari apa yang digadang-gadang Dominic Torreto di franchise Fast & Furious itu. The only thing that matters is who’s behind the wheel. Yang penting itu siapa sopirnya, bukan jenis kendaraannya. Begitu saya mengartikannya.

Ketika naik travel kelas ekonomi, reguler, eksekutif, atau duduk di kursi favorit samping sopir, atau pas apes dapat di barisan paling belakang sekalipun, yang jadi perhatian saya adalah bagaimana sang sopir membawa mobilnya. Tidak perlu yang jago ngebut seperti pembalap F1, tentu saja. Saya sudah merasa tenang sepanjang saya bisa menikmati perjalanan tanpa merasa mual, tanpa perlu merasa seperti ikutan refleks menginjak rem, tanpa perlu terbangun tiba-tiba dan kaget melihat jarak mobil depan tinggal satu senti.

Rute Bukittinggi Padang bukan rute sepele

Saya merasa, rute Bukittinggi Padang yang umumnya ditempuh sekitar 2-3 jam itu tidak bisa dianggap sepele. Rute normal yang biasa dilintasi travel adalah melalui Lembah Anai, berupa jalan berkelok-kelok menembus perbukitan, melalui jalan antar kota lajur dua arah, dan melintasi beberapa pasar dan kota-kota kecamatan.

Namun sejak bencana galodo (banjir lahar dingin) yang menimpa beberapa daerah Sumatera Barat beberapa waktu lalu, arah Bukittinggi ke Padang dan sebaliknya, semuanya dialihkan melalui daerah Malalak. Jalannya lebih sempit, lebih banyak kelok, rawan longsor, dan mudah berkabut tebal.

Dengan kondisi seperti itu, saya rasa yang paling penting adalah kemampuan sang sopir membawa mobilnya yang tidak hanya memberikan kenyamanan, tapi yang penting adalah keselamatan penumpangnya. Tapi tentu saja, kita hanya bisa memilih apa travelnya, bukan siapa sopirnya.

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Posisi Duduk Terbaik dalam Mobil Travel Padang-Bukittinggi, Cocok buat yang Mabuk Perjalanan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version