Mempertanyakan Penumpang KRL yang Ogah Meletakkan Tas Ransel di Bagian Depan Tubuh

Mempertanyakan Penumpang KRL yang Ogah Meletakkan Tas Ransel di Bagian Depan Tubuh Mojok.co

Mempertanyakan Penumpang KRL yang Ogah Meletakkan Tas Ransel di Bagian Depan Tubuh (unsplash.com)

Kepadatan KRL Jabodetabek menjadi momok bagi sebagian besar penggunanya, apalagi di jam-jam sibuk dan rute-rute “gemuk”. Asal tahu saja, hanya dalam setengah tahun (Januari-Juni 2024), KRL Jabodetabek sudah mengangkut total 156,7 juta penumpang. Sementara, jumlah perjalanannya tercatat 1,09 ribu saat hari kerja dan 1,06 ribu saat akhir pekan. Bisa dibayangkan betapa padatnya kan? Terlebih, penumpangnya terkonsentrasi di rute-rute tertentu, KRL arah Bogor misalnya. 

Tidak heran kalau penumpang KRL kemudian melakukan berbagai siasat agar perjalanannya semakin nyaman. Mulai dari memilih gerbong tertentu hingga menghindari jam-jam padat. Namun, apapun siasatnya, transportasi ini tidak pernah bisa benar-benar nyaman. Sebab, akar persoalannya tidak pernah diselesaikan, yakni jumlah gerbong KRL terlalu sedikit dibanding permintaan.  

Saran naik KRL dalam tulisan ini juga tidak akan membuat perjalanan kalian otomatis menjadi nyaman dan aman. Namun, saran ini tetap perlu dengan lantang diungkapkan mengingat masih ada penumpang KRL yang kurang peka di luar sana. Saran yang sangat sederhana, tapi kerap dilupakan pengguna KRL: letakkan tas ransel kalian di bagian depan tubuh. Dengan kata lain, dekap atau peluk erat-erat tas ransel kalian. 

Bawa tas ransel di depan badan atau perut supaya tidak mengganggu penumpang lain

Tidak sedikit pengguna KRL membawa tas ransel, mungkin karena sebagian besar penumpangnya adalah pekerja ya. Melansir Tempo.co, sebanyak 65 persen penumpang KRL Jabodetabek adalah pekerja sektor swasta. Tas ransel itu mungkin berisi berbagai keperluan kantor yang berharga, mulai dari laptop hingga dokumen-dokumen penting. Selain muat banyak barang, tas ransel memang lebih nyaman digunakan dalam perjalanan panjang dengan medan apapun. Tidak terkecuali perjalanan dengan medan yang harus berdesak-desakan seperti di KRL. 

Akan tetapi, ada satu hal mengesalkan yang dilakukan oleh beberapa penumpang yang membawa tas ransel: mereka enggan meletakkan di depan badan. Di tengah gerbong kereta yang penuh sesak, membiarkan tas menggantung di punggung itu mengganggu penumpang lain. Apalagi kalau kalian berdiri di dekat penumpang yang sedang duduk. Tas kalian itu bisa mengenai wajah mereka. Belum lagi, tas sewaktu-waktu bisa menyangkut ketika kalian akan keluar gerbong. Pokok ya repotlah!

Baca halaman selanjutnya: Memang, tidak ada …

Memang, tidak ada aturan tertulis soal cara membawa tas ransel. KAI Commuter line hanya mengatur barang-barang yang boleh dan tidak boleh dibawa ke dalam gerbong KRL. Namun, sebagai manusia yang berakal dan peka terhadap kondisi sekitar, seharusnya kita tahu, membawa tas ransel di depan dengan cara didekap di dada adalah cara terbaik.

Bisa terhindar dari berbagai  kejahatan di KRL 

Selain mengganggu penumpang lain, mendekap tas ransel bisa menghindari kejahatan di gerbong KRL. Berbagai kejahatan bisa terjadi di gerbong KRL, mulai dari pencopetan hingga pelecehan seksual. Melansir dari Kumparan, KAI mencatat ada 200 kasus kriminal terjadi di area KRL. Angkanya sangat mungkin membengkak mengingat ratusan kasus itu baru yang tercatat, belum kasus lain yang tidak dilaporkan. 

Melihat ratusan kasus kejahatan tersebut, penumpang memang lebih baik berhati-hati dalam mengamankan barang mereka. Mendekap erat tas bisa jadi salah satu cara terbaik sebab penumpang bisa langsung mengawasi barang-barang bawaannya. Ingat kata Bang Napi, “Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena adanya kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!” Dengan mendekap erat barang bawaan, kalian sama dengan memperkecil kesempatan kejahatan terjadi. 

Intinya, menaruh tas ransel di depan sebenarnya bukan hal sulit, tapi entah mengapa masih ada penumpang yang enggan melakukannya. Segelintir penumpang membawa tas ranselnya di punggung hingga merepotkan penumpang lain dan mengundang aksi kejahatan. Orang-orang seperti ini semacam kurang tantangan saja, hidup sudah repot berdesak desakan di KRL, masih mau mempersulit diri dengan tidak mendekap tas ranselnya. 

Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Alasan Gerbong KRL Khusus Perempuan Malah Dihindari oleh Perempuan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version