Penjual Pempek Palembang yang Patut Diwaspadai Pembeli, Nggak Semuanya “Bersih”

Penjual Pempek Palembang yang Patut Diwaspadai Pembeli, Nggak Semuanya "Bersih" Mojok.co

Penjual Pempek Palembang yang Patut Diwaspadai Pembeli, Nggak Semuanya "Bersih" (unsplash.com)

Saya sudah beberapa kali kena tipu daya penjual pempek. Tipuannya tentu beragam, mulai dari rasa cuko yang seperti kencing kuda sampai ketipu dengan harga pempek. Saat saya tanya ke orang-orang sekitar saya, ternyata mereka sering juga mendapat pengalaman serupa. Tidak hanya di Palembang, di luar Palembang pun mereka pernah terjebak oknum penjual pempek nakal.

Di bawah ini, saya akan membagikan pengalaman saya dan orang-orang di sekitar saya yang pernah terperdaya penjual pempek licik. Bukannya ingin menjatuhkan pedagang pempek, tulisan ini hanya ingin mengingatkan para pembeli supaya lebih berhati-hati: 

#1 Jangan langsung percaya dengan label “pempek asli palembang”

Pengalaman ini datang dari kakak saya yang sedang bepergian ke Jambi. Saat sedang menepi di pinggir jalan, dia melihat ada penjual pempek gerobakan di depannya. Menariknya, gerobak penjual itu memasang label “pempek asli Palembang”. Melihat label itu, kakak saya memberanikan diri untuk membelinya. 

Kakak saya seketika langsung kecewa ketika menggigit pempek itu. Rasanya seperti menggigit gumpalan tepung terigu. Rasa ikannya sama sekali tidak terasa. Jangankan rasa ikan, bau ikannya saja nggak tercium. 

Cukonya lebih buruk lagi, seperti kencing kuda! Tentu kakak saya belum pernah mencicipi kencing kuda, tapi ungkapan itu dia pilih untuk menggambarkan betapa hambar dan encer rasa cuko yang ditawarkan. 

Berdasar pengalaman kakak saya ini, saya hanya  ingin mengingatkan kepada kalian supaya jangan mudah percaya dengan embel-embel “ pempek asli Palembang”. Takutnya kalian sudah berekspektasi berlebihan, tapi akhirnya berakhir kecewa seperti kayak saya. 

Asal tahu saja, penjual atau toko pempek asli Palembang itu tidak ada yang melabeli jualan mereka “pempek asli Palembang”. Biasanya mereka menamai dagangan dengan nama pemilik, seperti Pempek Lala yang ada di Pasar 26 Ilir Palembang. Apakah rasanya enak? Jelas. Saya rasa penjual yang terlalu banyak embel-embel hanya mereka yang kurang percaya diri dengan dagangan mereka. Tengok saja nama-nama penjual pempek seperti Pempek Sentosa, Pempek Beringin, Pempek Raden, Pempek Flamboyan, atau Pempek Atok. Tanpa menambahkan embel-embel tersebut, pembeli datang dengan sendirinya karena rasanya yang benar-benar enak. 

#2 Bahan utama pempek dari ikan busuk

Pada 2023 lalu, Liputan6 menyiarkan berita tentang penjual pempek yang menggunakan ikan busuk sebagai bahan utama adonan pempeknya. Terlepas dari keaslian liputannya, tapi yang jelas bahwa memang ada penjual pempek yang menggunakan ikan busuk sebagai bahan utama pempeknya.

Kebetulan, bibi saya juga berprofesi sebagai pembuat pempek. Mengadon adonan pempek menjadi kegiatan sehari-hari. Dan, dari pengalaman bergelut dengan pempek itu akhirnya dia paham mana pempek dari ikan busuk dan mana yang bukan. Menurutnya, pempek dari ikan busuk bisa dikenali dari baunya yang menyengat sekali sampai ke hidung.

Sejauh pengetahuan saya, alasan dari perbuatan licik penjual pempek ini karena ikan tenggiri harganya mahal. Ikan tenggiri memang menjadi bahan yang paling enak dijadikan adonan pempek. Namun, harganya cukup merogoh kantong, di Palembang harganya mencapai Rp60.000-Rp70.000 per kilogram. Cukup mahal bukan modalnya untuk satu pempek yang biasa dijual dengan harga Rp2.000 di Palembang. 

Apapun alasannya, saya rasa, menggunakan ikan busuk sebagai bahan utama pempek merupakan perbuatan tercela. Saran saya, kalau mau beli pempek lebih baik beli pempek di tempat yang terjamin kualitasnya saja. Walau satuannya bisa mencapai harga Rp3.000, itu mending daripada mengkonsumsi pempek dari ikan busuk yang bisa panjang akibatnya.

#3 Harga yang nggak sesuai dengan kualitas

Saya sering menggerutu dengan penjual pempek di luar Palembang. Saat saya mampir ke toko pempek di Jakarta atau Surabaya misal, harga pempek di sana kelewat mahal untuk orang Palembang seperti saya. Masak harga satu pempek kecil bisa mencapai Rp4.000. Kok bisa harganya sampai segitu ya? 

Begini, di Palembang itu memang ada toko pempek yang menjual satu pempek kecil seharga Rp4.000. Namun, toko itu biasanya dikhususkan untuk para elite yang ada di Kota Palembang. Jadi wajar-wajar saja jika toko pempek tersebut mematok harga setinggi langit karena pembelinya memang orang kaya.

Lha yang saya temukan di luar Palembang ini tokonya terhimpit di sudut pertokoan lain. Tokonya juga nggak besar-besar amat. Soal rasa benar-benar kalah telak dengan pempek di Palembang. Kok ya berani-beraninya mematok harga setinggi itu? 

Di atas beberapa jenis penjual pempek nakal. Saya harap tulisan ini bisa membuat pembaca lebih berhati-hati ketika membeli pempek. Bukannya apa-apa, saya nggak ingin kuliner kebanggaann warga Palembang ini tercoret namanya gara-gara penjual-penjual nakal. Pokoknya hati-hati saja ya.

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Jalan Gedongkuning Lebih Pantas Jadi Pusat Kuliner Soto Jogja daripada Kadipiro

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version