Pernahkah Anda bersyukur melihat orang yang bikin postingan di medsos tanpa mengindahkan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia? Saya sih pernah. Sering malah. Soalnya rata-rata penipu online atau pembajak akun adalah orang-orang yang tidak menganggap penting kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia. Rata-rata lho ya, tidak semua. Dan karena meremehkan bahasa Indonesia itulah mereka mudah dideteksi.
Sebagai seorang pemerhati bahasa amatiran di medsos, seringkali saya gatel-gatel melihat postingan warganet. Kalo pakai bahasa asing, lalu ada kesalahan gramatikal atau salah eja, ya dimaklumi saja lah. Namanya juga bahasa asing, bukan bahasa ibu kita. Tapi kalau pakai bahasa Indonesia, terus ada banyak kesalahan tata bahasa, salah eja, salah menempatkan tanda baca pulak, huh rasanya pengen banget tabur-tabur Rodeca, bedak kulit keluarga Anda, Rodecaaa (yang auto nyanyi ketahuan umurnya).
Meski resikonya sering gatel-gatel, jadi pemerhati bahasa itu ada untungnya. Layaknya anjing pelacak, kita bisa langsung tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres. Misalnya kalau menerima SMS yang berbunyi: selamat anda mDapatkan Undian 20 jta rupiah dari bank BCE. Sgra hubungi no telf dibawah ini… dan seterusnya.
Pemerhati bahasa tahu pasti, pihak bank BCE tidak mungkin mengirimkan SMS dengan ketikan sekacau itu. Pasti mereka akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesimpulannya, SMS itu pasti dari penipu. Pemerhati bahasa tidak mudah ditipu, hahaha!
Selain via SMS, penipuan via media sosial di dunia maya sudah sangat banyak terjadi. Salah satunya dengan cara membajak akun media sosial. Setelah akun berhasil dibajak, biasanya penipu akan menghubungi teman-teman korban untuk minta duit. Ngaku-ngaku menggalang dana, atau mengumpulkan donasi untuk apalah gitu.
Atau bisa juga pura-pura jualan, menawarkan produk bagus dan mahal dengan harga miring. Penipu berharap, nama baik dan reputasi si korban akan membuat teman-teman media sosialnya langsung percaya, dan karenanya tak segan untuk segera mentransfer sejumlah uang.
Untunglah cara ini seringkali gagal, karena teman-teman medsos biasanya sudah curiga duluan. Kenapa curiga? Ya aneh aja, nggak ada ujan gak ada angin kok si korban tiba-tiba menggalang dana. Biasanya jualan makanan kok tiba-tiba nawarin gadget mahal.
Bagi pemerhati bahasa, bahasa yang digunakan dalam postingan juga bisa menjadi petunjuk utama. Kalau biasanya korban selalu mengetik dengan benar, lalu tiba-tiba ia membuat postingan yang banyak typo-nya, alarm waspada langsung berbunyi. Contohnya terjadi belum lama ini.
Ada seorang teman Facebook yang setiap kali bikin postingan selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta nyaris tidak pernah menyingkat kata. Kesalahan yang sangat umum dilakukan orang, seperti ‘dirumah’ atau ‘di minum’, tidak pernah ia lakukan. FYI, yang benar itu di rumah (pakai spasi), dan diminum (tidak pakai spasi) ya.
Karena itu, sewaktu melihat postingan seperti yang ada dalam skrinsyut ini, saya langsung tahu kalau akunnya dibajak. Mosok ngetik 9OO.OOO pakai huruf O bukannya angka 0 (nol). Setelah kata ‘pajak’ mestinya langsung garis miring gak usah pakai spasi, dan kata ‘registrasi’ tidak usah diawali dengan huruf kapital. Setelah kata ‘pendaftaran’ mestinya langsung koma jangan dikasih spasi. Kata ‘di undi’ mestinya diundi. Kata ‘jadi’ mestinya pakai huruf kapital karena mestinya itu kalimat baru. Kata ‘administrasi nya’ mestinya disambung.
Kesalahan berbahasa yang terbukti fatal bagi penipu. Sebab, gara-gara kesalahan itu, ia gagal menipu. Herannya, para penipu seolah tidak menyadari hal itu. Dari masa ke masa, tetap saja mereka mengabaikan tata bahasa. SMS penipuan yang saya terima awal tahun 2000, hingga yang baru saya terima minggu lalu misalnya, semuanya sarat akan kesalahan tata bahasa.
Padahal kalau para penipu itu menyusun SMS atau membuat postingan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mungkin akan ada lebih banyak orang yang tertipu. Kalau nggak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, ya pakai jasa editor, misalnya. Bisa jadi lahan penghasilan baru bagi para pemerhati bahasa seperti saya. Eh, tapi nggak mau ah, takut dosa.
BACA JUGA Bosen Hadiah Wisuda Boneka dan Bunga Terus: Ini Lho Solusinya! atau tulisan Santi Kurniasari Hanjoyo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.