Pengalaman Pertama Naik Bus Sleeper: Susah Tidur, Perut Mual, Ruang Sempit!

Sleeper Bus Solusi Menghindari Penumpang Menyebalkan (Unsplash) bus sleeper

Sleeper Bus Solusi Menghindari Penumpang Menyebalkan (Unsplash)

Gara-gara iming-iming seorang teman bus mania yang sering bepergian Surabaya-Jakarta menggunakan bus sleeper, saya tertarik untuk mencoba naik bus tersebut. Meski saya sebenarnya nggak begitu antusias untuk naik bus dalam perjalanan jarak jauh.

“Enak loh mas, bisa berbaring, tidur nyenyak, dibanding naik sepur, ongkosnya sama”, dia meyakinkan saya, padahal saat itu saya sudah berencana memesan tiket kereta api Bangunkarta. Namanya penasaran, saya nggak pikir panjang untuk mengubah rencana menjadi memesan tiket bus melalui aplikasi pemesanan online.

Kesan pertama saya menaiki bus sleeper cukup menarik, kursi lebih private, dibatasi kelambu, disediakan bantal dan selimut. Tapi di perjalanan, kesan saya berubah.

Kursi sempit bikin susah gerak

Buat saya yang punya badan proporsional alias nggak gemuk-gemuk juga, kursi bus sleeper yang saya tunggangi rasanya cukup sempit. Saya memilih kursi single yang satu baris hanya ada satu kursi, namun bertingkat atas dan bawah. Jenis bus yang saya naiki bukan bus double decker, itulah sebabnya kursi saya terasa sempit.

Kesan saya seketika berubah, apalagi saya membawa tas carries 60 liter yang nggak mungkin saya simpan di bagasi karena ada laptop, makanya saya masukkan sekalian di kursi saya.

Memang sekilas terlihat nyaman, kursi bisa diatur naik turunnya, bisa meluruskan kedua kaki dengan lega, disediakan air mineral botol dan snack, tapi bagi saya terasa sesak gara-gara ada tas carrier.

Harusnya di dalam bus tetap disediakan loker atau rak seperti bus pada umumnya di bagian atas kursi, tapi saya nggak menjumpainya.

Perut mual gara-gara tidur goyang-goyang

Sebenarnya saya bukan orang yang suka mabuk perjalanan, tapi kali ini perjalanan menunggangi bus sleeper buat perut saya mual. Untungnya nggak sampai muntah mabuk perjalanan.

Gara-garanya, kursi saya ternyata tepat di bagian roda bus, jadi goncangan perjalanan cukup terasa. Nggak jauh beda dengan naik kapal ekonomi rasanya yang bergoyang-goyang dihempas gelombang air laut. Bedanya ini di daratan.

Karena saya sudah ngantuk berat, mau nggak mau mata harus dipaksa buat terpejam sambil nahan perut mual-mual. Perjalanan 11 jam yang buat kesan saya ke bus sleeper berubah 180 derajat.

Baca halaman selanjutnya

Tips biar nggak kecewa

Tips nyari bus sleeper biar nggak kecewa

Pengalaman pertama saya naik bus sleeper ini saya ceritakan ke seorang teman, ternyata saya kurang beruntung dalam memilih armada bus.

“Nyari bus sleeper yang double decker, biar goncangannya nggak kerasa, kursimu juga kalau bisa bagian tengah jangan pas roda”, begitulah respons dia mendengar keluhan saya.

Nggak semua bus sleeper memang nyaman. Tapi hampir semua bus menawarkan pengalaman tidur di bus yang nyaman dan aman.

Kekurangan naik bus sleeper sebenarnya sama seperti bus kelas lainnya yaitu jadwal keberangkatan yang ngaret alias molor lebih dari satu jam. Nggak hanya itu jadwal kedatangan di tempat tujuan juga sering kali melebihi estimasi, ini nih yang buat jengkel penumpang. Makanya meski harga dan fasilitas boleh diadu dengan kereta api, tapi soal jadwal yang pasti-pasti saja, kereta api masih jadi andalan perjalanan jarak jauh menurut saya.

Sebelum naik bus sleeper biar nggak nyesel seperti saya, nggak ada salahnya buat ngikutin tips dari teman saya di atas. Ternyata nggak semua bus sleeper itu jenis armadanya sama.

“Kalau double decker, kursinya nyaman lega nggak sempit mas”, kata teman saya.

Meski ogah-ogahan, rasanya saya masih menyimpan dendam buat sekali lagi naik bus sleeper double decker, biar nggak mengulang pengalaman pertama saya yang gagal. Ada yang punya pengalaman yang sama?

Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bus Sleeper (Jelas) Lebih Unggul daripada Kereta Eksekutif, Ini Alasannya!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version