Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Otomotif

Pengalaman Naik Bus Kramat Djati Jakarta-Palembang: Berasa Jadi Anak Tiri karena Pesan Tiket Lewat Aplikasi

Aulia Syahfitri oleh Aulia Syahfitri
26 Maret 2024
A A
Pengalaman Naik Bus Kramat Djati Jakarta-Palembang: Berasa Jadi Anak Tiri karena Pesan Tiket Lewat Aplikasi

Pengalaman Naik Bus Kramat Djati Jakarta-Palembang: Berasa Jadi Anak Tiri karena Pesan Tiket Lewat Aplikasi (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saat mau pulang ke Palembang, saya memesan tiket bus Kramat Djati lewat aplikasi. Tapi, saya berasa jadi anak tiri karena bus saya beda dengan penumpang yang pesan tiket langsung di loket.

Bus selalu menjadi salah satu pilihan transportasi paling ekonomis setiap mau pulang kampung. Dengan waktu tempuh berkisar 14 jam dan harga tiket yang jauh lebih miring dibanding pesawat, saya yakin banyak yang setuju dengan kalimat pertama saya. Selama tinggal di Bogor, saya sudah mencoba berbagai macam bus setiap mau pulang kampung ke Palembang. Tiada lain tiada bukan, saya mengincar bus dengan harga tiket paling murah dan fasilitas paling memadai.

Libur tahun baru kemarin, untuk pertama kalinya saya mencoba naik bus Kramat Djati dari Jakarta ke Palembang. Itu adalah kali pertama saya naik bus dengan trayek ini. Saya yang tinggal di Bogor harus ke Terminal Kampung Rambutan dulu untuk naik bus ini. Setelah menempuh perjalanan jauh, saya merasa jadi anak tiri karena memesan lewat aplikasi.

#1 Kedatangan bus Kramat Djati ngaret sampai 3 jam tanpa konfirmasi apa pun

Dengan harga tiket yang lumayan untuk trayek Jakarta-Palembang, saya mengira sudah sepantasnya akan mendapat pelayanan sesuai harga. Namun, ekspektasi saya terlalu jauh untuk PO satu ini. Realitasnya, bus Kramat Djati yang hendak saya naiki baru datang jam 5 sore. Padahal bus dijadwalkan datang jam 2 siang. Ngaret 3 jam tanpa konfirmasi apa pun dan nggak mendapatkan kompensasi apa-apa tentu membuat siapa pun kesal, termasuk saya.

#2 Tiada konfirmasi berujung miskomunikasi

Kalau kata kakak tingkat saya semasa kuliah, konfirmasi adalah seminimal-minimalnya kontribusi. Nah, hal sesederhana ini saja masih belum diterapkan oleh bus Kramat Djati. Bisa-bisanya calon penumpang dianggurin selama 3 jam tanpa konfirmasi apa-apa.

Saya dan teman saya sampai harus bolak-balik ke loket dan mempertanyakan keberadaan bus. Kondisi ini mirip dengan cinta bertepuk sebelah tangan di mana calon penumpang yang berusaha sendiri, padahal kami juga yang memberi effort paling besar.

Tambah lagi penjaga loket yang jutek serta sibuk mainan handphone membuat saya merasa makin awur-awuran saat menunggu. Seenggaknya senyum gitu lho kalau ditanya calon penumpang, jadi kami yang pengin ngamuk merasa agak adem kayak disiram air.

Atau biar penumpang nggak bolak-balik bertanya, buat papan pengumuman di depan lokel kalau bus ada kendala dan akan terlambat. Malah lebih bagus lagi kalau ada pemberitahuan via email atau WhatsApp kalau busnya bakal ngaret. Jadi, calon penumpang bisa agak lebih santai.

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

#3 Merasa jadi anak tiri karena memesan lewat aplikasi online

Lantaran waktu kedatangan bus Kramat Djati yang ngaret jauh dari perkiraan, saya dan teman saya akhirnya bolak-balik loket mempertanyakan keberadaan bus. Jawaban yang sama selalu diberikan oleh penjaga loket. Katanya, bus akan segera datang dan sedang dalam perjalanan dari Bandung. 

Tak lama, bus datang tapi berlalu begitu saja. Saya dan teman berlari mengejar bus karena mengira kami ketinggalan bus. Akan tetapi kami mendapati bahwa bus sudah penuh dan bingung kenapa kursi kami nggak ada. Setelah kami tanyakan kepada penjaga loket, ternyata bus tersebut adalah bus pertama dan disediakan untuk calon penumpang yang memesan tiket melalui loket. Sementara saya dan calon penumpang lain yang memesan via aplikasi diletakkan di bus kedua alias bus selanjutnya.

Baru kali ini saya naik bus dan merasa jadi anak tiri karena memesan tiket lewat aplikasi. Saya kira, saya akan mendapat hak sama dengan calon penumpang yang memesan tiket via loket. Seharusnya pihak bus Kramat Djati memberitahukan kalau yang pesan tiket lewat aplikasi nantinya naik bus kedua. Lagi pula, seharusnya semua calon penumpang dapat hak sama dan pihak PO bisa mendahulukan penumpang yang lebih dulu memesan tiket. 

Semoga pengalaman saya di atas bisa menjadi bahan evaluasi pihak bus Kramat Djati ke depannya. Jangan sampai berpikir bisa mengesampingkan hak konsumen karena mengira bus akan selalu ada peminatnya. Sudah seharusnya ada hak yang ditunaikan saat kewajiban sudah dituntaskan.

Penulis: Aulia Syafitri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Rekomendasi PO Bus untuk Mudik dari Jakarta ke Daerah Pantura.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2024 oleh

Tags: Busbus AKAPJakartaKramat DjatipalembangPenumpangpenumpang bustiket bus
Aulia Syahfitri

Aulia Syahfitri

Mahasiswa peternakan tingkat akhir. Pengin menjadi juragan kos-kosan.

ArtikelTerkait

Surat Terbuka untuk PO Nusantara, Bus Legendaris yang Perlahan Kehilangan Pamor Mojok.co

Surat Terbuka untuk PO Nusantara, Bus Legendaris yang Perlahan Kehilangan Pamor

25 Agustus 2025
Pelabuhan Merak Bikin Sengsara Pengguna Kereta Api, Masak Harus Muter 2 KM Cuma buat Cetak Tiket?

Pelabuhan Merak Bikin Sengsara Pengguna Kereta Api, Masak Harus Muter 2 KM Cuma buat Cetak Tiket?

18 Desember 2023
Kemuning, Kecamatan Paling Strategis di Palembang tapi (Hampir) Tenggelam karena Rutin Kebanjiran

Kemuning, Kecamatan Paling Strategis di Palembang tapi (Hampir) Tenggelam karena Rutin Kebanjiran

23 Juli 2025
Perbedaan Bus Sugeng Rahayu Ekonomi dan Non-Ekonomi Surabaya-Jogja yang Perlu Diketahui Calon Penumpang

Perbedaan Bus Sugeng Rahayu Ekonomi dan Non-Ekonomi Trayek Surabaya-Jogja yang Perlu Diketahui Calon Penumpang

2 Maret 2024
Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang

Menjawab Stigma Negatif yang Dilekatkan kepada Orang Palembang

29 Juni 2022
Perantau dari Palembang Bersiaplah Menerima Pertanyaan-pertanyaan Ini Mojok.co

Perantau dari Palembang Bersiaplah Menerima Pertanyaan-pertanyaan Ini

17 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.