Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pengalaman Mengunjungi Warung Kopi Cetol Malang, Warung Kopi yang “Mengerikan”

Iqbal AR oleh Iqbal AR
13 Februari 2025
A A
Pengalaman Mengunjungi Warung Kopi Cetol Malang, Warung Kopi yang "Mengerikan"

Pengalaman Mengunjungi Warung Kopi Cetol Malang, Warung Kopi yang "Mengerikan"

Share on FacebookShare on Twitter

Kopi cetol Malang bukanlah warung kopi biasa. Saya sih nggak akan menyarankan kalian main ke sana, sebab ya… begitulah isinya

Ketika mendengar kata cetol, satu hal yang terlintas di pikiran saya adalah ancaman. Iya, cetol, yang dalam bahasa Jawa berarti cubit, adalah ancaman yang kerap saya dapatkan ketika saya kecil. Oleh orang tua saya (termasuk budhe dan bulek saya yang ikut merawat saya waktu kecil), saya akan mendapat sebuah cetolan atau cubitan jika saya nakal atau tidak nurut. Karena tahu betapa sakitnya sebuah cetolan, saya berusaha untuk tidak nakal dan nurut ke orang tua.

Namun, kata cetol tidak lagi berarti sebuah ancaman jika bersanding dengan kata “kopi” di depannya. Cetol akan punya makna yang bertolak belakang dari makna cetol yang selama ini saya pahami jika tersemat kata “kopi” di depannya. Iya, Kopi Cetol. Sepertinya saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar soal apa itu Kopi Cetol. Kalian mungkin sudah paham apa maksudnya.

Intinya, kalau kalian datang ke Kopi Cetol, kalian tidak hanya mendapatkan kopi saja sembari melihat para penjual dan pelayan perempuan berbaju cukup seksi saja. Kalian bisa dapat lebih dari itu jika “kesepakatannya” cocok.

Nggak kaget kopi cetol digerebek

Awal Januari 2025, Kopi Cetol Malang viral di media sosial. Kopi Cetol yang ada di dalam kawasan Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang ini dirazia oleh pihak berwajib karena ada dugaan praktik prostitusi terselubung hingga keterlibatan para pekerja perempuan di bawah umur. Buntut dari penertiban ini, belasan hingga puluhan warung Kopi Cetol ini akhirnya ditutup dan tidak beroperasi (atau setidaknya tidak kelihatan beroperasi).

Mendengar bahwa Kopi Cetol ini ditertibkan, saya tidak terlalu terkejut, juga tidak gimana-gimana. Saya tahu bahwa Kopi Cetol ini eksistensinya sudah lama, dan tinggal menunggu waktu saja untuk digrebek dan ditertibkan. Saya biasa saja, bahkan cenderung nggak terlalu peduli.

Toh, saya bukan warga Gondanglegi, juga bukan pelanggan tempat ini. Saya tidak pernah masuk ke tempat ini. Saya hanya ingat sebuah momen di mana saya nyaris masuk dan menjadi pelanggan Kopi Cetol ini.

Nyaris mengunjungi kopi cetol Malang, dan gagal karena takut

Sekitar dua tahun lalu, ketika saya sedang main ke tempat kerabat saya di Gondanglegi, saya diajak menemani kerabat saya—yang nggak mau disebut namanya—mencari pakan burung sekaligus lihat-lihat burung di Pasar Gondanglegi. Saya yang masih awam dengan daerah Malang Selatan, terutama daerah Gondanglegi, mengiyakan ajakan kerabat saya itu. Berangkatlah kami siang itu ke Pasar Gondanglegi yang jaraknya tidak sampai 5 kilometer dari rumahnya.

Baca Juga:

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Sesampainya di Pasar Gondanglegi, kami langsung menuju sebuah kios burung langganan kerabat saya ini. Setelah ngobrol-ngobrol soal burung dengan penjualnya dan membeli pakan burung, kerabat saya ini mengajak saya keliling sebentar di Pasar Gondanglegi sebelum pulang. Singkat cerita, setelah menelusuri kawasan di dalam Pasar Gondanglegi, kerabat saya berhenti dan menunjuk ke satu kawasan yang agak remang, sedikit berbeda dengan kawasan lain. “Itu lho kopi cetol,” ujar kerabat saya.

Mendengar Kopi Cetol, saya langsung degdegan. Ternyata, Kopi Cetol Malang yang selama ini saya dengar bentuknya seperti ini. Kerabat saya langsung nyeletuk, menawari saya untuk masuk dan mencoba ngopi di Kopi Cetol. Saya yang memang nggak suka dengan tempat-tempat seperti ini langsung menolak. Saya takut dengan tempat seperti itu. Untungnya kerabat saya tidak memaksa, dan kami sepakat untuk pulang saja.

Akhirnya, kami memutuskan pulang. Saya nyaris saja masuk tempat itu. Untungnya saya punya rasa takut. Dan di perjalanan pulang, kerabat saya—yang pernah masuk ke Kopi Cetol—menceritakan gimana pengalamannya ketika ngopi di Kopi Cetol Malang.

Antara bingung dan takut

“Sebenarnya, ngopi di situ sama aja kayak ngopi di pasar pada umumnya, Bal,” ujar kerabat saya kepada saya. Memang benar. Sekilas, Kopi Cetol ini nggak ada bedanya dengan warung kopi pada umumnya. Bedanya, menurut kerabat saya, suasananya lebih remang, masuk gang-gang kecil dan sempit di dalam pasar, dan pelayannya itu kebanyakan perempuan muda yang pakaiannya cukup seksi. Nggak yang terbuka banget, tapi tergolong seksi, lah, untuk ukuran pelayan warung kopi. Bedanya lagi, nyaris sebagian besar penjual dan pelayan perempuan muda ini nggak cuma menjajakan kopi saja. Kalian pasti tahu maksudnya, lah.

Kerabat saya ini juga menceritakan bagaimana pengalamannya ketika pertama kali ngopi di Kopi Cetol. “Aku dulu pertama juga takut, sama kayak kamu, tapi sama teman-teman dipaksa. Jadi, mau nggak mau ya ikut aja,” ujar kerabat saya. Ketika kerabat saya sudah masuk ke salah satu kedai Kopi Cetol Malang, ada perasaan campur aduk. Perasaan takutnya masih ada, dan ada pula perasaan bingung.  

Kerabat saya takut kalau tiba-tiba ada penggrebekan, atau ketemu dengan orang lain yang dia kenal. Dia takut malu. Nggak lucu, kan, kalau lagi enak-enak ngopi di sana tiba-tiba digrebek atau ketemu orang yang dikenal. Kerabat saya juga bingung, harus ngapain dan berperilaku seperti apa di sana. Dia melihat beberapa orang lain flirting ke pelayan perempuan, bahkan ada pelanggan lain (termasuk beberapa teman kerabat saya) yang merangkul pelayan perempuan dengan cukup mesra. Dia benar-benar bingung.

Nggak tahu sebulan-dua bulan ke depan

Cerita dan pengalaman kerabat saya ini setidaknya sudah cukup menggambarkan seperti apa Kopi Cetol Malang ini. Sebagai orang yang punya rasa penasaran tinggi tapi terlalu takut untuk masuk ke tempat-tempat seperti ini, cerita pengalaman kerabat saya ini sudah cukup untuk menjawab rasa penasaran saya.

Pasca ada berita razia dan penertiban Kopi Cetol, saya kembali menghubungi kerabat saya yang kini sudah merantau ke Medan dan tidak lagi tinggal di Gondanglegi. Saya mengirimkan tautan berita tentang razia dan penutupan Kopi Cetol awal Januari kemarin. Respon kerabat saya hanya tertawa dan bilang, “pancen wayahe.”

Itulah Kopi Cetol, di mana kopi bukan hal yang jadi daya tarik. Sekarang, setelah ada berita belasan hingga puluhan kedai Kopi Cetol dirazia dan ditertibkan, saya nggak tahu apakah Kopi Cetol ini benar-benar berhenti beroperasi atau tidak. Mungkin sekarang berhenti. Tapi nggak tahu sebulan-dua bulan ke depan. Entahlah.

Penulis: Iqbal AR
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Selamat Datang di Malang, Kota Sejuta Kedai Kopi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2025 oleh

Tags: Kabupaten Malangkopi cetol malangMalangwarung kopi cetol
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

3 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Berlibur ke Kayutangan Malang yang Katanya Indah Mojok.co

3 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Berlibur ke Kayutangan Malang yang Katanya Indah

13 Desember 2024
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
3 Culture Shock Mahasiswa UM Pertama Kali Masuk ke Universitas Brawijaya, kayak Beda Universe! UB malang

3 Hal yang Lumrah di UB Malang, tapi Nggak Wajar di Kampus Lain

13 September 2025
5 Alasan yang Membuat Saya Nggak Menyesal Kuliah di Malang  Mojok.co wisata di malang surabaya

7 Tempat Wisata yang Overrated di Malang. Memangnya Masih Ada yang Spesial?  

18 Juli 2024
Alasan Saya Kecewa dengan Kondisi Stasiun Malang (Unsplash)

Alasan Saya Kecewa dengan Kondisi Stasiun Malang, Stasiun Terbesar di Malang Raya

4 Juli 2023
Stasiun Malang, Stasiun Termegah Se-Malang Raya yang Nggak Lebih Baik dari Stasiun Surabaya Gubeng Mojok.co

Stasiun Malang, Stasiun Termegah Se-Malang Raya yang Kalah Jauh Dibanding Stasiun Surabaya Gubeng

20 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.