Bagi penyintas gangguan mental tentunya tidak asing dengan obat yang diberikan oleh psikiater. Biasanya, obat yang diberikan oleh psikiater dapat berupa antidepresan dan antipsikotik. Pemberian obat tersebut tergantung jenis gangguan mental yang dialami pasien.
Misalnya saya, sebagai seorang penyintas bipolar, obat rutin yang saya konsumsi adalah Frimania dan Quetiapine Fumarate. Frimania merupakan obat yang termasuk antidepresan. Obat ini berguna untuk memperbaiki suasana perasaan saya supaya tetap stabil.
Jenis obat yang saya konsumsi
Obat dari psikiater ini membantu saya supaya tidak masuk ke fase mania atau hipomania. Sama halnya dengan Quetiapine. Obat ini bisa membuat zat kimia di dalam otak saya bekerja dengan seimbang. Apalagi, saya sering jatuh ke fase depresi.
Sebelum rutin minum kedua obat dari psikiater tersebut, saya pernah beberapa kali ganti obat. Apalagi saat di psikiater pertama tempat saya berobat dulu. Kebetulan, saya sudah dua kali ganti psikiater. Di psikiater pertama, saya diberikan obat Sandepril dan Proclozam. Obat tersebut berguna untuk menyelamatkan saya dari depresi dan kecemasan karena saat itu saya memang sedang dalam kondisi lemah.
Tidak hanya itu, awal ke psikiater kedua juga saya banyak ganti obat. Obat yang diberikan berbeda dari psikiater pertama. Obat yang saya konsumsi awal ke psikiater kedua antara lain, Alprazolam, Divalproex sodium, Depakote, dan Valproic Acid. Semua jenis obat tersebut sudah pernah saya konsumsi. Biasanya tidak hanya dalam bentuk tablet namun dalam bentuk sirup saya konsumsi juga.
Melihat banyaknya obat yang sudah saya konsumsi untuk bertahan dari gangguan mental, saya bermaksud untuk berbagi pengalaman. Khususnya tentang efek yang saya rasakan ketika kali pertama mengonsumsi berbagai obat tersebut.
Efek yang saya rasakan
Saat kali pertama mengonsumsi obat di psikiater pertama, saya merasakan badan saya berbeda dari biasanya. Hal yang saya rasakan saat itu adalah seluruh badan saya lemas.
Rasanya sulit sekali bagi saya untuk bangkit dan berjalan. Meskipun saya coba bangkit dengan paksa, tetap saja saya kesulitan. Kurang lebih satu minggu badan saya baru terbiasa dengan obat tersebut. Sampai akhirnya saya tidak merasakan lemas ketika konsumsi obat itu.
Selain lemas, saya juga merasakan rasa ngantuk yang berkepanjangan. Saat pertama konsumsi obat dari psikiater saya habiskan hari saya untuk tidur. Rasa ngantuk yang saya rasakan sangat berbeda dengan rasa ngantuk biasa. Saat itu, meskipun sudah saya paksa untuk beraktivitas tetap saja saya tidak bisa. Namun, setelah beberapa hari berjalan kondisi badan saya sudah normal.
Di pagi hari, ketika bangun tidur saya merasakan badan saya seperti miring saat berjalan. Bukan berarti fisik saya yang miring, namun saat saya berjalan terasa badan saya seperti sedang berada di kapal. Sama halnya ketika kita naik kapal dan kapal tersebut sedang jalan di tengah laut. Seperti itulah efek obat yang saya rasakan saat itu.
Efek setelah mengganti obat
Setiap ganti obat, saya juga merasakan efek berbeda. Ada obat yang membuat saya seperti orang yang kebingungan. Ada juga obat yang membuat saya sedikit pusing. Namun, efek tersebut tidak seterusnya saya rasakan. Setelah tiga hari atau seminggu, badan saya sudah normal dan tidak merasakan apa-apa lagi.
Pada tulisan ini, saya berbagi pengalaman berdasarkan apa yang saya rasakan. Tentunya setiap orang akan mengalami efek yang berbeda setelah mengonsumsi obat dari psikiater. Atau bahkan tidak mengalami efek sama sekali. Oleh karena itu, untuk pembaca yang masih diberikan kesehatan secara mental tetap dijaga kesehatanya. Untuk penyintas gangguan mental, tetap semangat untuk sembuh. Terima kasih.
Penulis: Dwi Aryani
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Perbedaan Psikolog dan Psikiater yang Perlu Kalian Pahami