Ngobrol dengan Mantan Pelaku Curanmor: Begini Cara Mereka Beraksi dan Tips Lindungi Motor

Ngobrol dengan Mantan Pelaku Curanmor: Begini Cara Mereka Beraksi dan Tips Lindungi Motor

Ngobrol dengan Mantan Pelaku Curanmor: Begini Cara Mereka Beraksi dan Tips Lindungi Motor

Saya tidak pernah menyangka bakal duduk satu meja dengan orang yang dulu dikenal sebagai pelaku curanmor. Bukan karena saya pengin sok bergaul dengan masa lalu yang kelam, tapi karena rasa penasaran saya yang sudah lama mengganjal. Bagaimana sih cara pikir orang yang dulu bisa seenaknya mengambil motor orang lain. Lebih jauh lagi, apa yang bisa dipetik dari pengalaman buruk itu agar kita yang punya motor tidak mudah jadi korban

Orang ini, sebut saja namanya Mas X. Sekarang penampilannya jauh berbeda dari cerita-cerita yang dulu saya dengar. Ia lebih banyak menunduk, berbicara dengan nada pelan, dan sesekali menyelipkan kalimat religius yang membuat saya agak kikuk.

Dari ceritanya, ia sudah lama meninggalkan dunia hitam curanmor itu itu. Katanya, yang ada cuma rasa bersalah, ketakutan, dan akhirnya kesadaran bahwa motor hanyalah harta titipan. Bukan sesuatu yang pantas merusak hidup orang lain

Dari obrolan itu, saya mendapat banyak hal. Bukan hanya kisah perjalanan tobatnya, tapi juga sederet tips yang seharusnya bisa membuat kita lebih hati-hati menjaga kendaraan. Tips ini saya rangkum, biar gampang diingat.

Gunakan gembok tambahan selain kunci bawaan agar (sedikit lebih) aman dari curanmor

Kata Mas X, banyak pemilik motor merasa sudah cukup aman dengan menutup penutup magnet di lubang kunci. Padahal, bagi orang yang dulu berkecimpung di dunia gelap, itu bukanlah penghalang. Bahkan bisa diakali dengan alat sederhana yang mereka sebut kunci T.

Maka, langkah paling realistis adalah menambah pengaman. Gembok cakram atau rantai baja bisa jadi pilihan. Tidak harus mahal, yang penting memberi hambatan lebih. Mas X menyebut, pelaku curanmor biasanya mencari target yang cepat dieksekusi. Semakin ribet pengaman motor, semakin besar kemungkinan mereka mundur teratur lalu nyari motor lain.

Tutup rapat lubang kunci dan jangan lupa kunci stang

Satu hal yang paling sering diremehkan adalah kebiasaan malas mengunci stang. Saya pribadi pernah merasa, ah toh cuma parkir sebentar. Tapi dari pengakuan Mas X, momen-momen seperti itulah yang dimanfaatkan oleh curanmor. Motor yang tidak dikunci stang bisa lebih cepat diangkat atau diutak-atik.

Selain itu, pastikan lubang kunci benar-benar tertutup. Jangan sampai ada celah sedikit pun. Dulu, katanya, celah kecil justru memudahkan mereka memasukkan alat. Jadi, meski terlihat sepele, menutup rapat lubang kunci adalah cara paling dasar yang jangan sampai ditinggalkan.

Pilih tempat parkir yang jelas aman

Di sini obrolan kami agak serius. Mas X menekankan bahwa sebagian besar kasus curanmor justru terjadi di tempat parkir liar atau parkir yang tidak dikelola resmi. Ia mengingatkan, jangan gampang tergiur dengan parkir gratis atau parkir sembarangan di pinggir jalan.

Carilah tempat parkir resmi, atau setidaknya yang ada tukang parkirnya. Itu pun harus dilihat juga apakah tukang parkirnya bisa dipercaya atau tidak. Kata Mas X, ada kasus di mana tukang parkir malah main mata dengan pelaku curanmor. Jadi, kita harus peka. Kalau terlihat mencurigakan, mending geser motor ke tempat lain.

Jangan lengah meski motor diparkir di rumah

Saya sempat nyeletuk, kalau di rumah sendiri apa masih perlu segitunya. Mas X langsung menyahut, justru banyak orang kecolongan karena merasa rumah adalah zona aman. Motor ditinggal di teras tanpa rantai, kunci stang pun kadang lupa dipasang. Pun, penutup magnet pun nggak ditutup.

Ia menyarankan untuk memperlakukan motor di rumah sama ketatnya dengan di luar. Minimal kunci stang, kalau bisa tambahkan gembok roda. Apalagi kalau rumah dekat jalan atau pagar sering terbuka. Katanya, pelaku curanmor bisa saja memantau berhari-hari sebelum beraksi. Jadi jangan memberi kesempatan.

Jangan kasih kesempatan curanmor lewat kebiasaan buruk

Di luar tips teknis, ada juga kebiasaan yang harus dihindari agar tidak apes kena curanmor. Misalnya meninggalkan kunci nyantol, atau memarkir motor dalam posisi tergesa tanpa memastikan kondisi. Mas X mengaku, dulu ia sering hanya mengintai orang-orang ceroboh seperti ini. Sekali saja kunci tertinggal, motor bisa langsung raib.

Sederhana, tapi memang sering terjadi. Bahkan saya pernah melihat tetangga yang motornya dibiarkan dengan kunci menggantung di teras. Kalau sudah begitu, tinggal tunggu waktu saja. Jadi, kebiasaan sepele ini harus benar-benar dikendalikan.

Kenali lingkungan sekitar

Satu hal menarik yang ia katakan adalah pentingnya mengenali lingkungan. Motor yang diparkir di tempat asing, tanpa tahu siapa saja yang lalu lalang, punya risiko lebih besar. Maka, sebisa mungkin pilih tempat parkir yang ramai dan ada lalu lintas manusia.

Bahkan di rumah, mengenal tetangga juga penting. Ada rasa saling jaga dan peduli. Kalau ada orang asing mencurigakan nongkrong di sekitar rumah, tetangga bisa cepat memberi tahu. Bagi Mas X, lingkungan yang kompak lebih menakutkan bagi pelaku curanmor daripada gembok mahal.

Ikhlas sebagai benteng terakhir “melawan” curanmor

Inilah bagian yang agak mengejutkan. Setelah memberi banyak tips teknis, Mas X menutup dengan kalimat yang menohok. Katanya, semua pengamanan manusia hanyalah ikhtiar. Kalau Tuhan berkehendak, motor tetap bisa hilang. Jadi, benteng terakhir adalah sikap ikhlas.

Ia bilang, motor hanya titipan. Rejeki sejati datang dari Tuhan, bukan dari seberapa kuat kita menggembok roda. Dengan ikhlas, kita bisa menerima kalau suatu saat hal buruk tetap terjadi. Tentu bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi lebih pada keseimbangan antara ikhtiar dan tawakal.

Tambahan tips di luar obrolan

Selain saran dari Mas X, saya tambahkan beberapa poin tambahan hasil obrolan dengan teman-teman lain. Pertama, gunakan alarm motor atau GPS tracker, banyak kok dijual di marketplace. Teknologi ini bisa memberi peringatan dini jika ada upaya pencurian. Kedua, parkir motor di dalam rumah jika memungkinkan. Jangan hanya di teras atau pinggir jalan. Ketiga, buat kebiasaan keluarga untuk selalu mengecek kondisi kunci sebelum tidur.

Akhir kata, obrolan dengan mantan pelaku curanmor ini membuka mata saya. Bahwa pencurian motor bukan sekadar soal nasib sial, melainkan ada celah-celah yang sering dibiarkan terbuka oleh pemilik motor. Dari gembok tambahan, kunci stang, hingga ikhlas menerima titipan Tuhan, semua adalah bagian dari cara menjaga diri.

Saya tidak tahu apakah saya bisa benar-benar menerapkan semua tips ini secara konsisten. Tapi paling tidak, saya kini lebih sadar. Motor yang saya tunggangi setiap hari bukan cuma soal alat transportasi, melainkan juga tanggung jawab. Dan tanggung jawab itu, kalau tidak dijaga, ya jelas bisa raib dalam sekejap mata.

Penulis: Budi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Surabaya Darurat Curanmor, Modus Baru Bikin Cemas Warga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version