Pengakuan Dosa Seorang Pelanggan Pom Mini

Pengakuan Dosa Seorang Pelanggan Pom Mini (Unsplash)

Pengakuan Dosa Seorang Pelanggan Pom Mini (Unsplash)

Setelah membaca artikel dari Bang Firdaus Ala Illiyyin dengan judul “Dosa Pelanggan Pom Mini Nggak Jauh Beda dengan Pertashop,” lha kok saya jadi serasa dejavu. Bagaimana tidak, saya, sebagai orang yang lahir dan besar di desa, yang jauh dari jangkauan “pom besar” Pertamina, bensin eceran menjadi solusi tercepat dan terhemat. Meskipun nggak hemat-hemat amat, karena harga eceran sedikit lebih mahal dari SPBU Pertamina (ya, dikurangi ongkos kulakan).

Kehadiran Pom Mini tentunya menjadi keuntungan tersendiri bagi kami orang desa. Kami nggak perlu lagi ribet-ribet saat beli bensin eceran versi botol. Tapi, setelah beberapa kali ngisi bensin di pom mini, lah kok rasanya sama saja dengan eceran botol. 

Walaupun mereka juga punya sekian dosa kepada pelanggan yang seyogianya pun merasa telah dikhianati, saya nggak bakal mengungkapkannya di sini. Mungkin di lain waktu saja. Tugas saya menulis artikel ini hanya sebagai pengakuan sekaligus pertobatan akan dosa saya kepada agen pom mini.

Baca halaman selanjutnya….

#1 Membeli dengan skala besar

Kala itu, bapak saya menyuruh untuk pergi membeli bensin sebanyak dua Jerigen. Jangan negatif dulu, ini bukan hendak menimbun, ya. 

Bapak saya adalah seorang nelayan. Sekitar pukul dua pagi, bapak hendak pergi melaut. Entah karena lupa atau bagaimana, beliau lupa untuk mengecek persediaan bahan bakar. Karena kebetulan saya tidak tidur, bapak menyuruh saya untuk membeli bensin di pom mini yang buka 24 jam dan tak jauh dari rumah.

Saya kasih tahu, ya. Pembelian dalam skala besar di pom mini dapat mengurangi omset penjualan. Tapi, ya mau gimana lagi, di jam-jam sedini itu, SPBU Pertamina jelas masih tutup. 

Maka terpaksa saya berangkat dengan mengikuti arahan bapak untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada si penjual. Betapa berdosanya saya ketika itu, pom mini yang dikhususkan untuk menjual secara eceran malah diborong habis dengan dua jerigen.

#2 Beli bensin lima ribu untuk dua motor

Saking konyolnya becandaan sepasang sahabat imbasnya sampai kepada penjual pom mini. Pengalaman membagongkan itu saya alami bersama sahabat saya. Ketika itu, kami pergi ke salah satu taman kota, ya sekadar jalan-jalan menikmati indahnya gemerlap lampu kota di malam hari. Sebenarnya kami tidak ada rencana sebelumnya, tiba-tiba ide untuk keluar muncul saja di kepala. Berangkatlah kami dengan sepeda motor masing-masing.

Entah mengapa ketergesa-gesaan membuat kami lupa melirik speedometer. Bensin kami habis di tengah jalan menuju rumah. Kejadian tersebut tepat tengah malam kala toko-toko yang menjual bensin eceran sudah pada tutup. Alih-alih bingung dan keblingsatan, kami hanya tertawa-tawa saja di antara bunyi katak di tengah sawah. Kami dibuat heran, kok bisa sama-sama kehabisan bensin, uang pun tinggal lima ribu rupiah.

Terpaksa kami harus mendorong motor beberapa meter tak jauh dari tempat kejadian, sebelum akhirnya bertemu dengan pom mini yang masih buka warung. Dengan membuang jauh-jauh rasa malu, kami mengisi bensin seharga lima ribu untuk dua motor. Bayangkan saja, si penjual harus mengatur dua kali angka harga. Apalagi cuma dua ribu lima ratus rupiah. Maaf ya, Bang, kataku dalam hati.

#3 Nganter bensin plus isi angin

Agak mirip dengan kasus kedua, bedanya kali ini saya sendirian. Sekitar pukul 11 malam, ban motor saya tiba-tiba kempes. Malangnya lagi, saat dicoba starter nggak nyala-nyala. Pikir saya kan kalau mendorong motor dengan mesin menyala pasti lebih ringan. 

Pas dicek bensinnya, eh, malah kering. Waduh bisa-bisanya nasib “sudah jatuh tertimpa tangga” selalu mengikuti saya. namun, sisi baiknya adalah tempat kejadian mengenaskan itu tidak begitu jauh dengan pom mini. Semakin percaya aku bahwa inna maal ‘usri Yusra, batin saya.

Kemudian saya menghampiri pom mini tersebut dan menjelaskan musibah yang saya alami. Dia seorang bapak-bapak setengah baya. Dengan cekatan beliau mengeluarkan motornya dari garasi dan membonceng saya menuju motor yang terkulai lemas di pinggir jalan. Si bapak juga membawa sebotol bensin dan sebuah pompa angin manual. Untung saja ban motor saya tidak bocor, cuma kurang angin.

Itulah tiga dosa yang saya perbuat terhadap penjual pom mini. Mungkin beberapa orang menganggap itu hal biasa dan maklum. Tapi, bagi saya hal itu adalah dosa yang wajib diakui daripada hanya nggak tahu cara buka jok. Bisa jadi motornya cuma hasil pinjaman, kan?

Salam.

Penulis: Abd. Muhaimin

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 5 Dosa Pembeli Bensin di Pertashop yang Bikin Kesal Operator

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version