Selama nyantri di salah satu pesantren di Kota Purwokerto, saya dipasrahi beberapa tugas, mulai dari menjadi sopir, pengajar, hingga dipasrahi usaha air isi ulang. Khusus tugas terakhir, awalnya usaha ini dipasrahkan kepada teman saya. Namun karena dia kewalahan, akhirnya saya digandeng untuk menjadi partner usaha air isi ulang di pondok.
Kebetulan waktu itu pondok saya memiliki tiga cabang di daerah Purwokerto, sehingga rata-rata pelanggan usaha air isi ulang ini adalah santri pondok. Hanya sebagian kecil warga sekitar yang berlangganan di depot kami.
Namanya juga usaha, pasti ada naik turunnya bagaikan roller coaster di taman hiburan. Kali ini saya akan membagikan penderitaan yang saya rasakan selama menjajal usaha air isi ulang.
Menguras toren air
Saat itu, jumlah santri di pondok ada sekitar 500-an orang. Saking banyaknya santri, saya harus menyetok dengan jumlah yang banyak. Fyi, usaha isi ulang air galon biasanya menyediakan dua jenis air, yaitu air mineral dan RO. Air mineral ini terasa lebih manis, sementara air RO akan terasa lebih ringan ketika diminum.
Kebanyakan pelanggan lebih suka air mineral karena selain rasanya manis, harganya juga lebih murah. Harga isi ulang air mineral per galon cuma Rp5.000, sementara harga isi ulang air RO Rp6.000.
Suatu hari, seorang santri pernah menemukan hewan kecil seperti cacing dalam air galon yang dia beli. Kemudian dia protes pada saya. Padahal jujur saja, saya sudah rajin menguras toren tempat menampung air minimal 2 minggu sekali. Tapi ternyata hewan kecil itu tetap bisa lolos dan masuk ke dalam galon.
Akhirnya mau nggak mau saya harus menanggung akibat terkena omelan pelanggan. Kejadian itu merupakan kejadian yang tak bisa saya lupakan sampai sekarang sekaligus menjadi pembelajaran bagi saya agar lebih teliti lagi.
Baca halaman selanjutnya
Mencuci galon biar nggak lumutan…