Kepada Pencuri Sandal: Masjid Itu Tempat Ibadah, Bukan Sasaran Empuk Nyolong Sandal

Kepada Pencuri Sandal: Masjid Itu Tempat Ibadah, Bukan Sasaran Empuk Nyolong Sandal Mojok.co

Kepada Pencuri Sandal: Masjid Itu Tempat Ibadah, Bukan Sasaran Empuk Nyolong Sandal (unsplash.com)

Saya membuat surat terbuka ini untuk para pencuri sandal masjid di mana saja berada. Saya berharap kalian selalu dalam keadaan sehat, walau saya tahu persis kalian ini sebenarnya kurang baik dari segi pikiran dan hati. Ya orang waras mana sih yang melakukan aksi pencurian di tempat yang dianggap suci. Benar-benar bikin repot orang yang beribadah saja. 

Saya selalu penasaran dengan apa yang ada di benak para pencuri ini. Bisa-bisanya menjadikan masjid sebagai tempat meluncurkan aksi kejahatan. Iya sandal adalah hal sepele dan remeh, tapi apa yang dilakukan tetaplah mencuri. Padahal masjid itu tempat ibadah umat muslim. Tempat di mana orang-orang bersujud dan mendekatkan diri kepada-Nya. 

Seharusnya ya, ketika para maling  ini melihat masjid, hati tergerak untuk memperbaiki diri dan timbul keinginan untuk memohon ampun kepada-Nya. Namun, apa daya, begitulah ketika hati dan pikiran sudah gelap gulita, tempat ibadah eperti masjid pun tidak luput dari keinginan untuk berbuat keburukan.

Pencuri sandal masjid punya dua penyakit kronis

Menurut saya, pencuri sandal masjid punya dua penyakit kronis yang mesti segera disembuhkan. Penyakit pertama, tidak merasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seperti yang kita tahu, Tuhan hanya ingin melihat hamba-Nya berbuat kebajikan. Tuhan ingin agar seluruh potensi yang kita miliki diarahkan kepada hal-hal yang bermanfaat, sehingga tujuan penciptaan kita yang sebenarnya dapat tercapai: kesempurnaan.

Tampaknya, pencuri sandal sudah tidak memiliki rasa takut lagi kepada Tuhan. Perintah-Nya dengan terang-terangan dilanggar tanpa merasa berdosa sama sekali. Mereka seperti tidak takut dengan azab pedih yang akan menimpa kelak.

Kedua, tidak adanya rasa kemanusiaan yang bersemayam di dalam diri. Orang yang peduli terhadap sesamanya tentu tidak ingin melihat orang lain dalam keadaan susah. Nilai-nilai kemanusiaan yang tertanam di dalam diri akan membuat manusia merasa enggan untuk berbuat jahat kepada orang lain. Dr. Ali Syari’ati pernah mengatakan, “Jika kau mampu merasakan derita, berarti kau hidup. Jika kau bisa merasakan derita orang lain, berarti kau manusia.” 

Sepertinya hal itu tidak pernah para maling dengar ya. Mereka tampak tidak memiliki rasa kemanusiaan sehingga bersikap bodo amat dengan kerugian yang akan dialami orang lain. Padahal di luar sana, mungkin saja ada orang mengalami kesedihan karena sandal yang baru saja dibeli atau sandal yang penuh dengan kenangan hilang dicuri orang. Hilang dicuri kalian!

Hati-hati akibatnya

Sepertinya para pencuri sandal ini tidak tahu ya kalau orang terzalimi doanya dikabulkan oleh Tuhan? Bayangkan kalau pemilik sandal-sandal yang dicuri itu memanjatkan doa buruk. Apa para pencuri itu tidak takut mendapat ganjarannya? 

Saya hanya ingin mengingatkan kepada pencuri sandal di luar sana, ingat, apapun yang kita lakukan di dunia ini akan kembali pada diri sendiri. Entah kebaikan maupun keburukan. Memangnya kalian rela kehidupan kalian jadi terasa suram cuma gara-gara sepasang sandal doang?

Mungkin pencuri sandal benar-benar tidak memiliki rasa takut, sehingga tidak sejauh itu memikirkan dampaknya. Namun, saya tetap harap surat terbuka ini tidak sia-sia. Syukur-syukur bisa mengetuk pintu kesadaran kita semua, terutama bagi para pencuri sandal di masjid. 

Penulis: Riad
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Sandal Hilang di Masjid dan Pembelaan yang Mengambilnya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version