4 Inovasi Pembalut Wanita yang Nggak Terlalu Penting dan Harusnya Stop Produksi

4 Inovasi Pembalut Wanita yang Nggak Terlalu Penting dan Harusnya Stop Produksi

4 Inovasi Pembalut Wanita yang Nggak Terlalu Penting dan Harusnya Stop Produksi (Unsplash.com)

Pembalut wanita berbentuk seperti celana atau yang bikin semriwing mungkin terdengar inovatif, tapi apa benar berfungsi secara maksimal?

Jadi perempuan itu memang nggak gampang. Nggak usah jauh-jauh soal patriarki, kita mulai saja dari yang dekat-dekat dulu, yaitu urusan menghadapi menstruasi tiap bulannya. Perkara ini memang bukan suatu cobaan yang berat banget, tapi cukup menghambat aktivitas kami sebagai perempuan, sebab menstruasi mengurangi kenyamanan. Mau melakukan apa pun serba kurang nyaman.

Bicara soal menstruasi, pasti nggak jauh dari soal pembalut wanita. Bagi perempuan, pemilihan pembalut ini sangat berpengaruh sekali karena menyesuaikan kebutuhan masing-masing orang. Nah, di Indonesia kini pilihan pembalut wanita sudah tak lagi sebatas pembalut pagi dan malam. Produsen pembalut seperti Charm dan Softex bahkan kini sudah berani membuat gebrakan baru yang memperkaya khazanah pembalut wanita.

Misalnya, Softex berani membuat inovasi pembalut dengan ekstrak daun sirih yang berguna menghilangkan bau tak sedap. Inovasi ini bagi saya cukup menarik mengingat kadang kita merasa nggak nyaman dengan bau darah, apalagi dikhawatirkan bau tersebut masih ada saat sudah dibuang.

Meski banyak inovasi yang dilakukan para produsen pembalut wanita di Indonesia, saya pikir ada beberapa jenis pembalut yang kurang penting untuk diproduksi. Malah harusnya produk-produk tersebut tak usah diproduksi lagi.

#1 Pembalut malam 29cm

Menurut saya, pembalut wanita satu ini sudah saatnya untuk stop diproduksi. Rasanya pembalut malam berukuran 29cm yang digagas Charm ini kok nanggung banget.

Ketika dipakai di malam hari, apalagi dalam keadaan darah menstruasi lagi banyak-banyaknya, pembalut ini nggak cocok untuk dipakai. Soalnya, pembalut ini terlalu pendek untuk malam hari. Ia nggak menutupi barang setengah pantat, bahkan bagian depan saja nggak terlindungi secara sempurna. Kalau mau tidur telentang kan jadinya ragu dan takut bocor, akhirnya tidur jadi waswas.

Selain itu, daya serapnya menurut saya juga nggak beda jauh dengan pembalut wanita pagi. Kalau kayak gini mana cocok jadi pembalut malam? Tapi kalau dipakai di pagi hari pun rasanya nggak nyaman karena ada sayap belakangnya. Jadi, menurut saya, mendingan pembalut malam 29cm ini distop produksi saja karena fungsinya nanggung banget.

#2 Pembalut wanita berbentuk celana/celana menstruasi

Mungkin bakal banyak orang yang nggak setuju kalau inovasi pembalut wanita satu ini sampai dihentikan produksinya. Sebenarnya saya belum pernah memakai celana menstruasi, tapi kayaknya saya juga nggak ada niatan untuk membeli pembalut jenis ini. Sekarang sudah banyak yang mengeluarkan pembalut celana ini, sebut saja Charm, Softex, hingga Laurier. Pembalut celana mungkin kedengarannya memang praktis, tapi ya buat apa?

Bagi saya, pembalut 42cm sudah lebih dari cukup. Pembalutnya besar, perekatnya juga kuat sehingga nggak bikin geser. Perlindungan depan dan belakangnya juga mantap, potensi untuk bocor sangat minim. Mau tidur telentang atau miring, pakai pembalut 42cm menurut saya sudah cukup.

Lagi pula, sebenarnya yang mau pakai pembalut celana itu gaya tidurnya kayak apa, sih? Selain itu, harga pembalut model ini juga sangat mahal. Nggak semua perempuan mau dan rela merogoh kocek dalam setiap bulan hanya untuk pembalut wanita yang spesifikasinya nggak beda jauh sama pembalut 42cm.

#3 Pembalut malam non-wing

Inovasi yang lumayan sia-sia lainnya menurut saya adalah pembalut malam non-wing. Sekarang gini deh, coba kita pikirkan saksama. Namanya juga pembalut malam, tujuan utamanya adalah mencegah kebocoran ketika tidur panjang, jadi sudah pasti harusnya ada perlindungan ekstra, kan? Misalnya, pembalutnya harus panjang dan memiliki daya serap 2 kali lipat lebih cepat daripada pembalut biasa.

Nah, salah satu cara untuk mencegah kebocoran itu ya dengan perlindungan anti-geser alias menambahkan sayap. Adanya sayap juga berfungsi sebagai navigasi agar para wanita bisa memasang pembalut dengan presisi, nggak terlalu maju atau terlalu mundur. Jadi nggak perlu takut tembus ketika tidur.

Lha, kok ini pembalut malam malah menghilangkan inovasi wing-nya? Apa nggak malah menambah potensi kebocoran? Kalau perlindungannya nggak ekstra, bukan pembalut malam dong namanya.

#4 Pembalut wanita dengan sensasi dingin

Pembalut sensasi dingin memang cukup viral sampai sekarang. Salah satu contohnya adalah Charm Cooling Fresh yang viral dengan tagline-nya yang “dingiiiiiin” itu. Katanya sih tujuan utama dibuat pembalut wanita ini adalah untuk mendinginkan Miss V karena biasanya terasa gerah saat menstruasi.

Tapi jujur saja ketika saya coba, bukannya sesuai ekspektasi, saya malah merasa sangat terganggu. Rasanya tuh kayak ditiuap angin gitu. Malah terasa aneh, nggak nyaman, dan pengin cepat-cepat saya lepas.

Selain itu, menurut saya, pembalut dingin ini nggak memberikan efek yang begitu signifikan. Beda sama pembalut dengan ekstrak daun sirih yang tujuannya penting, yakni menghilangkan bau. Penghilang bau ini kan sangat penting biar nggak mengganggu. Nah, kalau cuma buat mendinginkan vagina, saya pikir inovasinya agak kurang penting, sih. Produsen pembalut wanita satu ini kayaknya perlu mempertimbangkan lagi, deh.

Jadi, itulah 4 inovasi pembalut yang menurut saya nggak begitu penting dan sebaiknya berhenti produksi. Sedikit saran buat produsen pembalut wanita, lebih baik bikin pembalut yang fungsinya benar-benar ada. Kalau masih belum bisa berinovasi, minimal tingkatkan dulu kualitas pembalut yang sudah ada. Atau bisa juga mempertimbangkan inovasi yang dibikin oleh Mbak Dyan Arfiana Ayu Puspita, salah satunya pembalut berwarna. Saya pikir sangat perlu membuat pembalut yang ada warna-warnanya biar lucu.

Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 3 Inovasi yang Seharusnya Dilakukan oleh Produsen Pembalut Wanita.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version