Pelayanan BPJS Kesehatan Itu Sudah Bagus, Jangan Kebanyakan Nyinyir, deh

Pelayanan BPJS Kesehatan Itu Sudah Bagus, Jangan Kebanyakan Nyinyir, deh

Pelayanan BPJS Kesehatan Itu Sudah Bagus, Jangan Kebanyakan Nyinyir, deh (Unsplash.com)

Kita sudah terbiasa menurunkan ekspektasi serendah mungkin terhadap kebijakan, layanan, dan birokrasi di negara ini. Alasannya tak lain karena kita merasa bakal dikecewakan kalau berharap negara ini bakal sebagus negara maju dalam hal ngurusin rakyatnya. Tapi jangan salah. Masih ada beberapa lembaga atau badan hukum pemerintah yang memuaskan dan bisa kita harapkan ke depannya. Selain PT KAI, saya akan bilang BPJS Kesehatan adalah salah satunya.

Masih banyak orang nyinyir sama BPJS Kesehatan

Kalau ngomongin BPJS Kesehatan, pasti masyarakat Indonesia terpecah belah ke kubu pro dan kontra. Kubu yang kontra, alias ogah pakai BPJS Kesehatan umumnya beralasan macam-macam. Ada yang karena malas antre, gengsi, stereotip perlakuan diskriminatif dari nakes, atau memang punya mental maunya gratis tapi pelayanan VVIP.

Beberapa waktu lalu, pemilik akun @apralzolam di media sosial X memantik sebuah diskusi terkait pelayanan BPJS di Indonesia. Ada yang optimis dengan keberlanjutan layanan BPJS untuk membantu masyarakat di bidang kesehatan, tapi ada juga yang pesimis. Salah satu cuitan yang menggambarkan betapa pesimistiknya mereka terkait layanan BPJS diungkapkan oleh akun @nenx_kuchienx.

Ia yang mengaku sebagai pasien gagal ginjal stadium akhir menceritakan kekecewaannya dengan menyebut bahwa negara lalai dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakatnya. Opininya ini langsung ditentang oleh pengguna BPJS Kesehatan lainnya. Dan saya sebagai sesama pengguna BPJS Kesehatan juga mau ikut membantahnya.

Baca halaman selanjutnya: Pelayanan selalu baik…

Pelayanan BPJS Kesehatan selalu baik, baik, dan baik

Saya peserta BPJS Kesehatan mandiri yang sudah memanfaatkan layanannya sejak 2017. Selama hampir tujuh tahun ini, saya nggak ada komplain apapun buat BPJS Kesehatan, begitu juga keluarga saya. Ini bukan sugar coating, ya. Saya beneran puas dengan pelayanan BPJS Kesehatan.

Setiap berobat, baik itu di faskes pertama maupun minta dirujuk ke rumah sakit, saya dan keluarga selalu menggunakan BPJS Kesehatan. Buat saya, iuran yang dibayarkan per bulannya sangat sebanding dengan pelayanan yang saya dapatkan, bahkan jauh lebih baik. Saya peserta BPJS Kesehatan kelas tiga dan nggak pernah nuntut macam-macam. Tapi saya malah dilayani dengan maksimal. Berikut ini beberapa pengalaman positif saya dan keluarga saat menggunakan BPJS Kesehatan.

#1 Perawatan saluran akar gratis

Perawatan gigi yang bertujuan untuk estetika, seperti behel memang nggak di-cover BPJS Kesehatan. Tapi untungnya, perawatan saluran akar (PSA) termasuk yang ditanggung.

Kalau melakukan PSA secara mandiri di klinik gigi atau rumah sakit gigi dan mulut, sudah pasti saya akan habis jutaan rupiah. Konsultasi dengan dokter gigi spesialis konservasi gigi saja sudah mahal, apalagi penanganannya. Mana PSA itu nggak cukup satu kali kunjungan pula. Sudah pasti bakal boncos di tagihan kalau nggak mengandalkan BPJS Kesehatan.

Saya dapat rujukan dari faskes pertama untuk mendapatkan penanganan di salah satu rumah sakit kelas B di Jogja. Dari kunjungan pertama sampai hampir selesai PSA, saya sama sekali nggak merasakan stereotip yang dibilang orang-orang. Katanya pasien BPJS pasti diperlakukan diskriminatif sama nakes lah, penanganannya pasti setengah hati lah, atau dipersulit saat mengurus persuratan lah, nggak ada tuh pengalaman seperti itu di saya.

#2 Prolanis yang benefit-nya beragam

Ibu saya yang juga merupakan peserta BPJS Kesehatan tergabung dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Akun @nenx_kuchienx yang bilang bahwa negara lalai dalam memberikan perlindungan kesehatan memang kurang riset sepertinya. Buktinya ibu saya dapat banyak sekali manfaat dari BPJS melalui Prolanis.

Tiap bulan ibu saya selalu dapat screening kesehatan, cek laboratorium, dan konsultasi langsung yang diadakan rutin dan dipantau langsung oleh dokternya. Selalu ada juga senam kesehatan yang diadakan oleh faskes pertama per bulannya. Setiap tahun ibu saya juga memperoleh cek lab yang lebih komprehensif.

Prolanis ini juga ada komunitasnya. Di komunitas tempat ibu saya tergabung pun belum pernah tuh saya temukan peserta BPJS yang mengeluhkan layanan. Malahan faskes pertama penyelenggara kegiatan Prolanis fleksibel banget terhadap keinginan dari peserta.

#3 Petugas dan customer service BPJS Kesehatan sangat membantu

Akun @nenx_kuchienx juga menyebutkan bahwa CS BPJS Kesehatan nggak well-informed. Padahal yang saya rasakan, CS BPJS Kesehatan itu performanya sama baiknya kayak CS Telkomsel dan Tokopedia, lho. Sudah akses buat berkomunikasi sama CS-nya gampang, fast-response, langsung ditindaklanjuti dan di-follow up lagi.

Lagian sebenarnya peserta bisa kok cari informasi sendiri. Nggak perlu harus dikit-dikit minta disuapin informasi dari CS-nya. Lewat Mobile JKN (ini aplikasi beda banget kalau dibandingkan sama buatan lembaga pemerintah lain yang lemot dan UI-nya jelek itu), kita bisa cek semua informasi terkait kepesertaan kita. Ngurus rujukan, daftar antrean kontrol, cek keaktifan dan tagihan, sampai pengaduan layanan bisa dilakukan dalam satu aplikasi.

#4 Rawat inap dan rawat jalan lebih nyaman

Berobat pakai BPJS Kesehatan di rumah sakit itu jauh, jauhhh lebih gampang dibandingkan luar negeri. Di luar negeri, seperti Australia dan Belanda, pasien harus janjian dulu dengan dokter minimal dua pekan sebelumnya kalau keluhan kesehatannya bukan kasus gawat darurat. Sementara di Amerika Serikat, memiliki asuransi kesehatan swasta malah bisa jadi boomerang. Asuransi swasta banyak yang nggak bisa nutup tagihan. Setelah pasien meninggal, banyak keluarga yang malah dapat warisan tunggakan.

Sementara dengan BPJS, kita bisa dadakan datang menemui dokter di faskes pertama. Mau ke rumah sakit buat penanganan lebih lengkap juga tinggal minta rujukan yang sepuluh menit langsung jadi. Emergency case pun biasanya lebih dipermudah dalam menggunakan BPJS.

Saat harus rawat inap pun sekarang tetap nyaman. Keluarga pasien yang minta upgrade kamar juga lebih gampang. Sepupu saya upgrade kamar dari kelas tiga ke kelas dua tanpa ada drama. Ruangannya luas dan nggak sumpek, sampai bisa dipakai guling-guling sana-sini.

Memang nggak bisa dimungkiri kalau dulu BPJS Kesehatan masih banyak kurangnya. Tapi sekarang BPJS Kesehatan sudah berbenah dan sangat terasa peningkatannya, kok. Justru kini lebih banyak pemegang polis asuransi swasta beralih ke BPJS Kesehatan setelah tahu pelayanan BPJS yang lebih menyenangkan dan menenangkan. Jadi, masih mau nyinyirin BPJS?

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA BPJS Adalah Masa Depan, Abaikan Nakes TikTok yang Menghina BPJS.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version