Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Pasta Gigi Kok Harus Pakai Kotak Lagi?

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
3 Agustus 2019
A A
pasta gigi

pasta gigi

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap kali berkunjung ke warung, minimarket atau supermarket, apakah kalian pernah merasa terganggu dengan penampilan pasta gigi? Apakah pernah ada muncul pertanyaan tentangnya? Jujur, saya selalu terganggu apalagi saat membeli pasta gigi—merek apapun itu.

Di saat “peduli lingkungan” bergaung di mana-mana, saya malah merasa geli setiap kali melihat tampilan pasta gigi. Pertanyaan yang terus muncul ketika mata melihatnya adalah, mengapa pasta gigi selalu punya kotak—bungkus? Kadang-kadang di jalan pulang saya masih sering memikirkannya. Tidak penting-penting amat sih, tapi bagi saya tetap menarik, hehe

Pasta gigi adalah kebutuhan sehari-hari. Sekarang mungkin sudah termasuk kebutuhan primer kali ya. Apalagi iklannya berbunyi: menurut Federasi Dokter Internasional, sikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride membuat gigi sehat. Atau, pesan Persatuan Dokter Indonesia: waktu terbaik sikat gigi adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Kita pun akhirnya merasa sikat gigi adalah sebuah kewajiban seperti sebuah ibadah.

Karena itu pula, saya merasa sangat tidak afdol kalau tidak sikat gigi barang satu kali dalam sehari. Sikat gigi itu sangat penting apalagi saya termasuk orang yang mudah sariawan. Bahkan saking pentingnya sikat gigi, saya sendiri pernah melakukan hal konyol dan menggelikan—menggunakan sabun mandi atau shampoo—karena pasta gigi kebetulan sudah habis dan badan sudah terlanjur basah. Sumpah, di gigi atau di mulut rasanya sangat-sangat tidak enak. Hayo siapa pernah sekonyol saya, haha

Karena hampir setiap orang memakai atau membutuhkan sikat dan pasta gigi, maka pasar pun menyediakan beragam rasa dan varian. Mulai dari rasa biasa sampai mint atau mentol. Untuk gigi tahan banting sampai gigi sensitif. Bentuk sikatnya pun beragam. Kita benar-benar membutuhkannya agar gigi lebih bersih dan sehat. Selain itu, pasta gigi juga membuat napas lebih segar. Konon membuat kita lebih percaya diri juga saat berbicara di hadapan orang lain. Seorang teman bahkan menjadikan sikat gigi sebagai syarat utama sebelum ciuman. Bayangkan, gairah saja dimulai dengan gigi yang bersih, hehe

Sekarang coba kita pikirkan. Berapa banyak sampah yang dihasilkan dari pasta gigi? Padahal, tube—tabung—pasta gigi saja sudah merupakan sampah. Lalu buat apa menambah sampah dengan kotaknya? Menurut saya, pasta gigi hanya dengan tube—tanpa kotak atau bungkus—sudah layak jual. Dan tampilannya tetap menarik kok. Jadi buat apa kotaknya? Toh keterangan pada kotak biasanya tertera pula pada tube-nya. Selain menambah ongkos produksi, itu juga pekerjaan yang mubajir.

Takut tulisannya tidak terbaca? Atau takut tampilannya tidak menarik atau artistik? Saya tidak yakin orang-orang terlalu peduli atau membacanya. Dari pengalaman saya pribadi, setiba di kos kotak pasta gigi yang baru saya beli biasanya langsung terbang ke tempat sampah, hehe Jadi, kotaknya tidak perlu, tidak krusial, tidak penting-penting amat.

Sejauh ini, belum ada satu merek pun yang pernah saya temui tanpa kotak—hanya dengan tube—di warung, minimarket atau supermarket yang pernah saya kunjungi. Semuanya masih lengkap dengan kotak. Kalau ada, saya pasti menjadi pelanggan pertama yang setia. Saya jamin itu.

Baca Juga:

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Saya bingung kenapa produsen yang masih menyertakan kotak tambahan itu sampai hari ini. Sementara, “masalah sampah” sedang gencar-gencarnya dibicarakan di banyak tempat, di banyak media. Kalau mereka mau, sebenarnya itu bisa digunakan sebagai salah satu strategi marketing untuk merebut hati konsumen. Tapi entahlah, hehe

Masalah kotak pasta gigi ini hanya sebagai contoh. Kalau anda pergi ke warung atau berbelanja ke berbagai tempat belanja cobalah perhatikan produk-produk yang dijual. Betapa banyak produk yang mubajir dalam penggunakan bungkus, kotak dan sebagainya. Misalnya, anda akan banyak menemukan bungkus snack atau makanan yang lebih besar daripada isinya.

Kalau perusahaan ingin terlibat dalam penanganan sampah, seharusnya lebih peka lebih detail  dengan hal-hal kecil kemasan produknya. Aqua misalnya sudah memberi contoh dengan membuang plastik pada tutup botol. Itu mungkin hal kecil tapi itu pasti memiliki dampak yang positif. Kita sebagai konsumen juga harus lebih peka. Kita juga harus bijak dalam berbelanja. Membeli produk-produk yang lebih “sedikit” memberi dampak negatif pada lingkungan akan mendorong produsen membenahi dirinya.

Semoga produsen pasta gigi membaca tulisan ini. Saya berharap, tak lama lagi saya bisa menemukan pasta gigi tanpa kotak di berbagai tempat belanja. hehe

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2022 oleh

Tags: Daur Ulangmasalah sampahpasta gigipolusiprodusenSampah Plastik
Tappin Saragih

Tappin Saragih

ArtikelTerkait

kaleng bekas kaleng khong guan kaleng monde kegunaan rumah tangga indonesia mojok.co

Sebagai Bangsa Mahir Recycle, Kaleng Bekas pun Ada Kasta-kasta Penggunaannya

9 Juli 2020
Bojonggede, Tempat Terbaik untuk Mengungsi dari Polusi Udara Jakarta yang Semakin Parah

Bojonggede, Tempat Terbaik untuk Mengungsi dari Polusi Udara Jakarta yang Semakin Parah

14 Agustus 2023
Apakah Anjuran Membuang Sampah pada Tempatnya Masih Relevan?

Apakah Anjuran Membuang Sampah pada Tempatnya Masih Relevan?

14 Juli 2022
3 Program Unggulan yang Bisa Mengantarmu Tinggal di Jerman. Bekerja dan Belajar di Negara Asing Bukan Hal Mustahil

Tidak Ada Sampah di Jerman: Tren Bagi-bagi Barang Bekas di Jerman, Upaya Paling Efektif untuk Sustainability

10 Oktober 2023
5 Hal yang Bikin Sedih Pindah dari Magelang ke Cilacap bekasi

Bekasi Boleh Lebih Modern, tapi Cilacap Jelas Jauh Lebih Nyaman, Lebih Bercahaya, Bolo!

7 Februari 2024
sampah plastik

Plastik Kresek Harus Dijual Mahal

22 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.