Buat anker Cikarang pasti nggak asing dengan keberadaan emak-emak di KRL. Khususnya saat akhir pekan atau mendekati lebaran. Bukan, ini bukan emak-emak biasa, yang hanya mau bekerja atau plesiran ke Jakarta. Emak-emak yang saya maksud di sini adalah emak-emak yang memenuhi KRL tujuan Tanah Abang.
Emak-emak ini saya yakin pasti akan mencuri perhatian Anda. Bukan, bukan karena aneh. Mereka berkelompok, satu kelompoknya bisa 3-5 orang. Bahkan kadang-kadang bisa lebih. Jumlahnya kira-kira dua atau tiga kelompok tiap kereta, jumlah ini dapat terus bertambah ketika semakin dekat waktu lebaran. Oleh karena jumlahnya ini, jelas menyita perhatian Anda sekalian saat di kereta yang sama.
FYI, emak-emak Cikarang ini mau belanja ke Pasar Tanah Abang. Entah mengapa emak-emak di Cikarang suka banget belanja di sana. Lantaran iseng, saya coba tanya-tanya ke emak saya kenapa terjadi fenemona seperti ini. Iya, emak saya termasuk emak-emak yang suka memenuhi KRL tujuan Tanah Abang ketika mendekati lebaran.
Barang-barang yang dijual di Pasar Tanah Abang lengkap dan terjangkau
Alasan utama emak-emak Cikarang suka belanja di Pasar Tanah Abang itu karena barangnya lengkap. Terutama perkara kebutuhan pakaian. Di sana kamu bisa membeli pakaian untuk kakek nenek, bapak ibu sampai anak-anak.
Jadi emak-emak Cikarang cukup sekali berburu di Pasar Tanah Abang untuk membeli pakaian satu keluarga. Soalnya, di beberapa pasar lain kadang kurang lengkap barangnya. Sehingga membuat kaum emak perlu berburu pakaian sampai beberapa kali.
Bagi orang Cikarang, Pasar Tanah Abang memang terkenal terjangkau. Saya mengakui hal tersebut. Mengingat bandingannya adalah pasar di wilayah Cikarang.
Akan tetapi, sebenarnya, kalau dibandingkan dengan beli online, masih terjangkau di online sih. Terus terang saja, saya ingin menanyakan kenapa emak saya nggak beli online aja. Daripada harus berpanas-panasan dan capek ke Tanah Abang. Namun, saya urung melakukannya. Khawatir kami malah berdebat. Bukankah tak baik beradu bicara dengan orang yang mengajarkan saya bicara?
Kualitas dan ukuran pakaian di Pasar Tanah Abang lebih bisa dipastikan
Emak saya ini paling nggak mau belanja online. Bukan, beliau ini bukan nggak menerima kemajuan teknologi. Emak saya juga nggak terlalu gaptek-gaptek amat.
Hanya saja, menurut emak saya, kualitas barang yang dibeli secara luring lebih bisa dipastikan. Kalau beli di online kan pembeli hanya bisa melihat gambar dan baca spesifikasi saja. Sedangkan, ketika belanja luring, pembeli bisa memegang barang secara langsung. Di situ pembeli dapat benar-benar memastikan kualitas barangnya secara langsung.
Belum lagi perkara ukuran pakaian. Setiap produsen punya standar ukuran pakaian yang berbeda. Contohnya saat kamu membeli kaos ukuran M di brand A dan B. Kadang kaos ukuran brand A ngepas di badan kamu. Tapi, kaos ukuran M brand B malah kekecilan. Dengan membeli secara langsung, kamu bisa nyobain pakaian sesuai nggak dengan postur tubuh.
Baca halaman selanjutnya
Ongkos ringan, pulang perginya pun mudah
Ongkos naik KRL pulang pergi Cikarang itu ringan. Satu penumpang cukup merogoh kocek sekitar Rp10 ribu saja untuk PP. Ongkos ini setara sebungkus masakan padang murah yang biasa dikonsumsi para mahasiswa.
Ditambah naik KRL dari Cikarang ke Tanah Abang makin mudah. Cukup sekali naik KRL tujuan Angke via Manggarai, kamu bisa sampai Pasar Tanah Abang. Kalau dulu, penumpang asal Cikarang mesti transit di Stasiun Manggarai saat mau ke Tanah Abang. Pasalnya, dulu belum ada KRL langsung menuju ke sana.
Saya sih nggak ada masalah dengan fenomena emak-emak Cikarang ke Pasar Tanah Abang naik KRL. Malah suka banget dengan fenomena. Fenomena ini menandakan bahwa KRL sudah menjadi transum yang dibutuhkan banyak lapisan masyarakat Cikarang.
Akan tetapi, tetap ada catatan dari saya. Mohon kaum emak-emak ini mematuhi peraturan dalam KRL. Saya tahu kok kaum emak-emak ini raja jalanan. Tapi, tolong banget ketika dalam KRL kita jadi setara ya, sama-sama penumpang.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Menelusuri Sejarah Pasar Tanah Abang, Sejak Dulu Jadi Sumber Penghidupan Rakyat
