Bagi sebagian besar orang, UGM memang menarik untuk dipandang. Kampus negeri dengan ranking yang cukup tinggi dan sering disandingkan dengan UI dan ITB. Tapi, selama saya menjadi mahasiswa UGM, saya jadi tahu kalau sebenarnya universitas top pun nggak luput dari keluhan dan masalah.
Beberapa waktu belakangan, melalui media sosial X dan Instagram, saya membaca banyak sekali keluhan terkait lahan parkir di UGM. Duh, ternyata memang dari dulu, isu parkiran jelek di lingkungan kampus ini nggak selesai-selesai. Mahasiswa makin banyak, tapi lahan parkirnya nggak pernah memadai!
Fakultas tanpa lahan parkir
Sebagai lulusan FIB, salah satu hal yang membuat saya kerepotan setiap berkuliah dulu adalah kesulitan mencari lahan parkir. Iya, pasalnya fakultas ini tidak memiliki lahan parkir yang diperuntukkan untuk mahasiswanya.
Akhirnya, selama berkuliah, mahasiswa FIB hanya punya 2 opsi parkiran yang paling dekat: Pusat Jajanan Lembah (Pujale) dan Perpustakaan UGM. Meskipun menjadi parkiran yang paling dekat, nyatanya kami tetap saja ngos-ngosan saat sampai kelas.
Bahkan, kalau terlambat atau kunci motor tertinggal, kami ini bisa semakin gila lari kocar-kacir! Pengalaman pribadi, saya harus berlari ke Perpustakaan UGM karena kunci motor tertinggal padahal saya sudah sampai di kelas yang notabenenya ada di lantai dua gedung lama yang belum ada fasilitas lift!
Problematika parkiran Pujale
Meskipun saya bilang tadi parkiran Pujale adalah opsi terdekat bagi mahasiswa FIB, nyatanya parkiran ini tetap punya problematikanya sendiri.
Pertama, parkir Pujale UGM ini sering penuh, utamanya saat siang. Pasalnya, yang parkir di sini ‘kan nggak cuma mahasiswa FIB, bisa saja mahasiswa Filsafat, Hukum atau juga mereka memang berniat mau makan siang di sini. Bahkan, seringkali akhirnya mahasiswa memarkirkan motornya melintang di sisa-sisa ruang kosong yang ada.
Kedua, parkir Pujale sering jadi tempat uji coba hal baru, salah satunya masuk dengan fitur scan atau tap kartu. Adanya aturan seperti ini jelas membuat saya semakin bingung. Pasalnya, sebagai mahasiswa yang masuk ketika pandemi, saya nggak memiliki kartu mahasiswa yang bentuknya fisik. Saya juga jarang mengeksplor fungsi aplikasi milik UGM karena jarang terpakai. Akibatnya, setelah ada isu ini, saya menghindari parkiran Pujale.
Dan, baru-baru ini, saya membaca banyak keluhan dari adik tingkat bahwa mereka juga dibuat bingung dengan alur parkir Pujale sekarang yang pintu masuk dan keluarnya dijadikan satu di sekitar belakang Masjid Kampus. Ampun, deh bisa nggak, sih UGM nambah lahan parkir saja daripada bikin gebrakan baru begini?
Parkir Perpustakaan UGM berubah alur
Beberapa hari lalu, saya dan salah seorang teman sempat menghadiri wisuda di UGM. Ketika sampai duluan, teman saya justru mengabarkan kalau Ia baru saja memutari kampus dua kali karena bingung dengan alur masuk parkiran Perpustakaan UGM yang berubah total.
Ketika akhir masa kuliah saya, di bagian parkir Perpustakaan UGM memang sedang dilakukan renovasi. Ternyata, hal ini mengubah konsep pintu masuk parkir yang jadi sedikit membingungkan. Kini pintu masuknya jadi lebih sempit dan kecil. Begitu juga pintu keluarnya yang mengarah ke Jalan Persatuan, padahal nggak semua mahasiswa itu arah pulangnya ke sana, lho.
Menurut saya, kalau parkiran memang sudah menjadi permasalahan lama UGM dan berbelit-belit, diselesaikan segera, dong! Karena perlu diketahui, lho kalau ada mahasiswa yang selalu nglaju pakai kendaraan sendiri, utamanya motor. Inginnya, sih sampai kampus bisa langsung belajar, tapi ini jadi harus berputar-putar cari parkiran kosong dulu, deh!
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Aturan Tidak Tertulis di UGM, Jangan Dilanggar Nanti Bikin Malu
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
