Beberapa kali main ke Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi, tapi tempat ini malah semakin nggak terawat.
Pantai nyaris selalu masuk dalam opsi tujuan wisata bagi sebagian orang. Beberapa hal yang ingin didapat atau menjadi incaran oleh para wisatawan yang berkunjung biasanya pemandangan asri, angin sejuk, main air sekaligus pasir, nggak sedikit juga yang ingin berjemur. Ya, nggak jauh-jauh dari itu.
Bagi saya yang tinggal di Jawa Barat, saat ingin berlibur ke pantai, Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi sudah pasti masuk dalam daftar rencana. Jarak menjadi pertimbangan utama karena terbilang masih terjangkau jika dibandingkan dengan pantai lainnya.
Entah sudah berapa kali saya ke Pelabuhan Ratu. Sejak kecil, Ibu dan Bapak sudah mengajak saya ke pantai yang jaraknya sekitar 50 km dari Bogor ini. Beberapa kali, bahkan sampai dengan usia remaja. Setelah memasuki masa perkuliahan, sesekali saya melancong bersama teman-teman lainnya. Sekaligus touring tipis-tipis lah.
Dari pengalaman tersebut, akhirnya saya menyadari satu hal. Makin ke sini, Pantai Selatan—julukan pantai Pelabuhan Ratu—sebagai salah satu destinasi wisata dari berbagai penjuru khususnya area Jawa Barat, makin kumuh dan seperti tidak mendapat perhatian yang layak.
Daftar Isi
Pantai Pelabuhan Ratu seperti tidak dikelola dengan baik
Beberapa kali ke Pantai Pelabuhan Ratu, saya melihat sampah dibiarkan berserakan dan mengumpul di beberapa titik. Tempat bilasnya pun kurang mumpuni. Seakan tidak pernah diurusi. Padahal dua hal ini menjadi tumpuan saat pantai menjadi tujuan liburan. Selain melepas penat, tentu saja pengunjung ingin mendapat kenyamanan.
Maksud saya, setelah bermain air pantai dan basah-basahan, pengunjung mesti mandi atau membilas badan, kan? Kalau tempat bilas umumnya nggak nyaman atau kumuh, bagaimana mau membersihkan diri dengan tenang. Kecuali sebelumnya kamu menginap di suatu tempat atau hotel di sekitar pantai, itu lain soal. Karena bisa membilas badan di penginapan tentunya.
Untuk maksud dan tujuan yang baik, sangat disayangkan jika Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi yang punya potensi wisata, diabaikan begitu saja. Apalagi jika tidak diperhatikan dengan baik.
Perjalanan menuju Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi juga nggak pernah mudah. Macet, jalanan yang berkelok dibarengi dengan lubang di beberapa titik, selalu menjadi tantangan saat berkunjung ke sana. Para pengunjung tentu punya harapan yang sama: nggak apa-apa deh perjalanannya cukup jauh dan medannya menantang. Toh, setelah tiba, akan dapat angin sejuk dan pemandangan yang menyenangkan.
Paling tidak untuk sementara ini, realitasnya berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan.
Pemkab Sukabumi dan pihak terkait harus menggarap wisata ini dengan lebih serius
Saya pikir, pemerintah setempat sebagai pengelola, mesti berani untuk melakukan paling tidak sedikit inovasi. Pasalnya, Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi punya cerita rakyat yang sangat legendaris dan perlahan mulai dilupakan, yaitu tentang Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan. Dalam mitos, dia dipercaya sebagai penguasa laut selatan sekaligus yang menjaga pantai.
Amat disayangkan jika kisah tersebut tergerus dan tidak lagi dikenang. Sebab, cerita ini menjadi daya tarik tersendiri. Pantai Pelabuhan Ratu dan kisah Nyi Roro Kidul sudah menjadi satu kesatuan. Sama seperti mitos yang dimiliki Kebun Raya Bogor: siapa yang datang bersama pacar, hubungannya tidak akan langgeng. Pasti akan putus dan dihadapkan dengan berbagai masalah. Diyakini atau tidak, dua mitos tersebut menjadi magnet tambahan untuk menambah jumlah pengunjung.
Entah secara bertahap maupun bersamaan, saya pikir, pemerintah setempat mesti melakukan perawatan terhadap Pantai Pelabuhan Ratu. Kalau perlu, termasuk Pantai Ujung Genteng yang masih ada di satu garis yang sama. Sebab, Ujung Genteng punya nasib serupa. Padahal sering dijadikan opsi kedua dalam tujuan wisata.
Perbaikan dimulai dari sampah dan toilet
Nggak perlu muluk-muluk atau disulap menjadi mewah secara mendadak. Paling utama, sampah di sekitar pantai bisa dibersihkan lebih dulu. Saya paham, soal sampah menjadi tanggung jawab utama. Dan kesadaran tersebut bisa dimunculkan dengan ketersediaan tempat sampah yang memadai di banyak titik di sekitar pantai.
Kemudian untuk toilet termasuk tempat bilas. Karena ini menjadi satu komponen penting tapi perawatannya sering dilewatkan, dengan segala hormat, bisa mulai diperhatikan sejak dini.
Selebihnya, agar berimbang dan tetap informatif, cerita tentang Ratu Pantai Selatan, sedikit saran saja, mungkin bisa dijadikan branding utama sebelum dilupakan. Bagaimana sejarah penamaan tentang Pelabuhan Ratu, siapa dan kenapa ada mitos Ratu Pantai Selatan, jika ada, foto dari perubahan Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi dari masa ke masa juga bisa disertakan.
Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti pengunjung. Lebih kepada mengedukasi. Terlebih, itu menjadi salah satu prinsip manajemen dan pengelolaan dari kawasan Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu, kan? Jika diimplementasikan dengan serius, saya pikir akan menjadi menarik sekaligus daya tarik yang mumpuni bagi perkembangan salah satu pantai legendaris ini.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Alasan Orang Sukabumi seperti Saya Ogah Liburan ke Pantai Pelabuhan Ratu.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.