Pakai Motor Matic untuk Pelesiran ke Daerah Pengunungan Adalah Kesalahan yang Hakiki

Motor Bebek Tetaplah Primadona bagi Saya dan Lebih Aman timbang Motor Matic terminal mojok.co

Motor Bebek Tetaplah Primadona bagi Saya dan Lebih Aman timbang Motor Matic terminal mojok.co

Touring alias menjelajah atau berwisata ke tempat-tempat baru dengan menggunakan motor bisa sangat menyenangkan. Pikiran mungkin menjadi lebih rileks dan tenang setelah melewati rutinitas yang memuakkan. Setiap jalan yang dilalui pun menjadi kejutan dan ladang kepuasan batin tersendiri.

Apalagi melihat keindahan alam Indonesia yang bisa dibilang lumayan istimewa. Kenapa saya bilang lumayan? Ya, karena itu, kadang tempat-tempat eksotis masih kurang dalam hal perawatannya. Masih banyak ditemukan sampah di sepanjang jalan dan infrastruktur jalan yang nggak bisa diacungi jempol..

Namun, sedikit lepas dari hal-hal itu, riding menggunakan motor sangatlah menyenangkan, bagi orang-orang yang suka tentunya, kayak saya. Banyak pengalaman yang didapat. Bukan hanya pengalaman, mengetahui karakter atau sifat orang yang sebenarnya bisa juga dilihat saat touring bareng pakai motor. Kenal dengan orang-orang baru yang sehobi di jalan pun menjadi suatu nilai tambah. Jika ingin merasakannya, silakan coba dan tanggung juga dengan akibatnya.

Pas touring, biasanya saya lebih prefer memakai motor laki atau bebek. Dua tipe motor ini saya rasa lebih nyaman ketika diajak jarak jauh. Apalagi jika melihat jalurnya yang bakal dilibas nggak menentu. Ya, meski motor matic dianggap punya banyak keunggulan saat diajak jalan jauh, nggak bikin badan gampang pegal salah satunya. Namun, rasa nyaman itu bakalan sirna ketika membawa motor matic ke daerah pegunungan yang notabene mempunyai jalan yang naik turun dari cukup curam sampai sangat curam.

Saya sempat mau nyungsep gegara ke daerah pegunungan naik matic pas perjalanan mau balik. Untungnya hal itu nggak kejadian beneran, baru hampir. Jalan balik yang didominasi jalanan menurun bakal membuat motor matic berasa siap menghantar ke dunia yang kekal.

Setiap turunan yang dilewati serasa mengendarai halilintar yang ada di Dufan, ndloyooor terus. Berbeda jika memakai motor kopling, baik tipe bebek atau batangan yang masih digendoli engine brake. Yups, tinggal pindah persneling ke gigi rendah, maka laju motor bisa otomatis ikutan pelan mengikuti putaran mesin yang berputar pelan. Yup, inilah engine brake itu.

Kan, sudah ada rem yang dibenamkan di setiap motor?

Percayalah, ketika jalannya terus menurun, rem saja nggak bisa sepenuhnya diandalkan. Faktanya, rem motor yang terlalu lama ditekan sehingga kampas dan piringan bergesekan melulu ketika menurun, lamat-lamat bakal membuat piringan rem memuai. Lantas, kampas rem kesusahan untuk sekadar menggigit supaya laju menjadi lebih pelan. Meski berkali-kali menarik tuas rem, ya nggak bakal berhenti tuh motor.

Bayangkan jika nggak ada engine brake yang membantu menghentikan laju motor ketika menurun, ya ambyar, Buos!

Hal tersebut yang saya alami ketika membawa motor matic. Untungnya, kala itu ada jalan yang agak datar ketika saya merasakan rem motor ada yang aneh dan saya memutuskan buat berhenti. Dan untungnya lagi, setelah saya kebingungan ada seorang bapak-bapak yang menghampiri saya.

“Motornya kenapa, Mas?”

“Ini, Pak, remnya kayak nggak berfungsi. Padahal sebelumnya sudah tak ganti dengan kampas rem baru,” jawab saya.

“Wah, bisa bahaya itu, Mas. Sebentar saya ambil air dulu.”

Lantas, beliau mengambil air di botol air mineral dan langsung digebyur rem motor saya. Dan muncul suara desisan, sssssstttttt.

“Nah, begini Mas kalau rem kepanasan. Untungnya Mas berhenti di sini. Kemarin di sini ada juga kejadian motor matic remnya blong dan sampai nyungsep di semak-semak itu (sambil nunjuk semak hijau di tikungan) sampai motornya rusak, Mas,” kata si Bapak.

“Untungnya, pengendaranya nggak terluka serius,” lanjutnya.

“Untung saja ya, Pak,” ucap saya sambil mencium-cium tangan si Bapak yang sudah jadi dewa penolong saya.

Rem motor kembali saya cek dan sudah kembali normal. Setelah mengucapkan ucapan terima kasih yang tiada tara ke si Bapak, saya mulai melanjutkan perjalanan sambil menyimpan stok air di botol minuman buat diguyur ke rem motor lagi. Selama perjalanan pulang, saya berkali-kali berkelakar bahwa menggunakan motor matic buat nanjak-nanjak adalah kesalahan yang hakiki. Dan amit-amit buat ngulangin lagi, kecuali memang terpaksa, sih.

BACA JUGA Nggak Cuma Aki Tekor, Ini Beberapa Parts Penyebab Electric Starter Motor Mati dan tulisan Budi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version