Ospek Memang Ada Manfaatnya, tapi Peraturannya Itu, loh, yang Nggak Banget. Bisa Lebih Masuk Akal Nggak?

Ospek Memang Ada Manfaatnya, tapi Peraturannya Itu, loh, yang Nggak Banget. Bisa Lebih Masuk Akal Nggak?

Ospek Memang Ada Manfaatnya, tapi Peraturannya Itu, loh, yang Nggak Banget. Bisa Lebih Masuk Akal Nggak?

Tahun ajaran baru, artinya akan ada ribuan maba mulai masuk dan memupuk mimpi di kampus yang mereka tuju. Sebagian memupuk mimpi untuk sukses, sebagian memupuk mimpi untuk tahun depan cabut dan kembali daftar kampus idamannya. Tapi apa pun mimpinya, mereka harus melalui satu hal, yaitu ospek.

Ospek memang jadi kegiatan wajib yang harus dilalui mahasiswa baru. Hanya saja, makin ke sini, makin dipertanyakan esensinya. Orang-orang menganggap acara ini tak (pernah) penting.

Kenyataannya, ospek fakultas dan jurusan sebenarnya penting, hanya saja orang-orang memang ogah untuk mengikutinya. Bukan tidak ingin mengikuti kegiatannya, tapi mengeluhkan peraturan yang bikin mereka nggak nyaman, misalnya harus menggunakan atribut khusus. Apalagi jika peraturan tersebut harus ditaati oleh setiap mahasiswa dengan sistem kontrak satu semester.

FYI, ada kampus yang ospeknya setahun. Bayangin.

Dulu, saat menjadi mahasiswa baru, saya dituntut untuk menggunakan celana bahan hitam, kemeja kotak-kotak (dimasukkan ke dalam celana), rambut botak 2 cm, name tag, serta tidak boleh membawa kendaraan selama satu semester penuh. Bagi saya, peraturan tersebut sangat menyusahkan mahasiswa. Tidak semua mahasiswa pede dengan atribut seperti itu. Omong kosong kalau tujuannya untuk menjalin solidaritas antarmahasiswa.

Atribut nyeleneh di ospek fakultas dan jurusan sama sekali nggak ada manfaatnya

Ospek kampus masih cukup masuk akal karena hanya perlu menggunakan seragam putih-abu. Berbeda dengan ospek fakultas yang harus menggunakan atribut “sampah”. Dunia kampus tentunya berbeda dengan sekolah. Atribut-atribut yang menyusahkan dan memalukan tersebut tentunya sama sekali tidak ada manfaatnya.

Saya nggak pernah mengerti kenapa hal tersebut harus dilakukan. Misal alasannya adalah menjalin solidaritas, harusnya tidak perlu menggunakan atribut yang membuat ribet mahasiswa. Atribut-atribut mahasiswa baru tersebut justru menjadi santapan lezat bagi para penipu yang berkeliaran di kampus. Ada pula mereka yang menawarkan MLM pada mahasiswa yang mengenakan atribut nyeleneh karena mereka berpikir, “Wah, pasti mahasiswa baru, nih, gampang dikibulin!”

Hal yang paling bikin muak adalah panitia yang sok jago dan menerapkan prinsip senioritas. Apalagi mereka yang menakut-nakuti mahasiswa baru, kalau tidak ikut ospek fakultas dan jurusan akan dipersulit untuk lulus. Saya yang saat itu jadi mahasiswa baru setelah gapyear hanya bisa tertawa dalam hati.

Tidak boleh membawa kendaraan selama satu semester adalah peraturan paling goblok

Dulu, saat menjadi mahasiswa baru Unpad di Fakultas Pertanian, saya dan kawan-kawan lainnya dilarang membawa kendaraan baik itu motor maupun mobil selama satu semester penuh. Saya kira peraturan goblok itu hanya ada di fakultas dan kampus saya. Nyatanya beberapa kampus lain juga ada yang menerapkan peraturan ini.

Melarang mahasiswa, apalagi mahasiswa baru, membawa kendaraan justru akan menyusahkan mereka. Terlebih mereka yang mengekos cukup jauh dari kampus. Meskipun bisa menggunakan ojek online, namun tidak semua mahasiswa mampu melakukannya karena keterbatasan biaya. Bukan hanya merugikan, tapi peraturan tersebut justru malah akan menyiksa mahasiswa.

Ospek fakultas dan jurusan memang ada manfaatnya, tapi tolong hapus aturan yang bikin susah mahasiswa

Saya akui bahwa kegiatan ospek fakultas dan jurusan memang memberikan manfaat seperti informasi mengenai fakultas, jurusan, dosen, mata kuliah, kegiatan UKM, sampai tetek bengeknya—meskipun bisa bertanya ke kakak tingkat yang lain, sih. Tapi, peraturan seperti atribut, jam kedatangan, dan hal nyeleneh lainnya, sungguh tidak ada manfaatnya.

Masa iya ospek di kampus mau disamakan dengan masa-masa MPLS yang penuh dengan kesuraman itu. Mahasiswa sudah tidak zaman lagi kalau harus diberikan peraturan goblok seperti itu. Panitia ospek di kampus kita seharusnya belajar dari kegiatan ospek yang dilakukan di kampus luar negeri. Bahkan, di luar sana, kegiatan ospek tidak diwajibkan bagi mahasiswa baru.

Sudah, mah, jadi mahasiswa baru yang harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, malah dipersulit lagi dengan peraturan nyeleneh oleh para panitia ospek yang nggak ngotak. Saya berani bilang bahwa tujuan untuk solidaritas hanya bualan semata. Lihat saja saat peraturan itu sudah berakhir. Nggak ada apa-apa kan?

Penulis: Erfransdo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ospek Jurusan Itu Sama Sekali Nggak Penting, dan Ini Serius

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version