Orang yang Sibuk Push Rank Pas Lagi Ketemu Itu Nyebelin Banget

Orang yang Sibuk Push Rank Pas Lagi Ketemu Itu Nyebelin Banget terminal mojok

Saya menulis ini saat ditinggal push rank Mobile Legends oleh kawan saya. Rasanya seperti sedang cosplay menjadi televisi menyala dan ditinggal tidur gitu saja. Kawan saya, di sela-sela kesadarannya saat sedang push rank pun berceletuk, “Eh, dirimu malah tak tinggal nge-gim, nggak apa-apa po?”

Saya hanya bisa tersenyum getir menahan muntab, lalu membalas, “Huum. Dah biasa ditinggal nge-gim. Nih, aku jadiin bahan tulisan, betapa rese rasanya ditinggal main gim.”

Ndasmu kui nggak apa-apa, malah lebih baik saya jadi asbak saja dibanding manusia yang ditinggal push rank. 

Begitulah awal tulisan ini lahir. Meskipun ini merupakan masalah lawas yang terlihat sepele, permasalahan ini tetap saja tak lekang oleh waktu dan tak akan tergerus oleh zaman. Ini masalah yang sangat serius!

Sebagai disclaimer, saya nggak mempermasalahkan chat yang dibalas lama, atau telepon yang harus tertunda karena lawan bicara saya harus push rank. Silakan saja, bebas. Saya juga punya kegiatan lain untuk dilakukan. Asalkan, sedang nggak face to face saja, alias komunikasi dilakukan via daring. 

Saya juga paham, kok, kalau yang namanya komunikasi nggak harus intens atau terus-terusan tiap detik, tiap menit. Yang penting jelas, nggak kayak mantan gebetanmu yang tukang ghosting dan nggak kasih kejelasan itu.

Masalahnya adalah ketika sudah sepakat untuk berjumpa, waktu yang seharusnya digunakan untuk ngobrol secara langsung jadi terdistraksi oleh kegiatan push rank selama berpuluh-puluh menit yang padahal bisa lho dilakukan nanti kalau sudah sendiri.

Ini nggak sekali dua kali saya alami, baik sama teman, pasangan, ataupun gebetan yang gagal. Mau menegur langsung, sayanya yang nggak enak. Akhirnya saya cuma bisa mbatin dan scrolling layar ponsel meski nggak ada apa-apa.

Bayangkan, estimasi waktu ketemuan diasumsikan selama minimal 2 hingga 3 jam. Atau bisa jadi lebih dari 4 jam. Sudah sepakat untuk bertemu, tapi ternyata harus diselamur sama push rank yang awalnya cuma 20 menit njuk jadi keterusan sampai 1 jam, 2 jam, lalu waktu ketemuan pun terbuang lumayan sia-sia.

Buang-buang waktu banget, kan? Padahal nih ya, dalam waktu satu jam bisa lho digunakan untuk membicarakan hal penting seperti kapan Tuan Krabs naik haji sehingga ada sinetron baru berjudul Tukang Burger Naik Haji. Atau kalau mau ngobrolin yang serius, bagaimana kejelasan hubungan kalian untuk ke depannya, sebagai tempat transit sementara atau tempat tinggal selamanya.

Maksud saya gini. Ketika tujuan awal bertemu adalah untuk ngobrol, temu kangen, bertukar cerita, jumpa fans, rembugan serangga mana yang efektif untuk mencegah anak ngompol, atau diskusi mengenai solusi terbaik untuk menangani pandemi di negeri Wakanda ini, tolong tahan dulu lah, Shay, ambisinya untuk nge-push rank. Apalagi kalau Anda yang ngajak ketemu duluan.

Hal itu bertujuan agar lawan bicara Anda nggak merasa dianggurin kayak sedang nunggu kepastian tak jelas dari gebetan, dan Anda nggak akan dianggap sebagai orang yang menyepelekan plus nggak menghargai keberadaannya. Nggak enak lho, dianggurin sendirian sementara Anda asyik push rank. Seperti sedang cosplay menjadi asbak saja.

Apalagi ketika cuma berdua. Seenggaknya nikmatilah waktu berjumpa yang hanya kurang lebih 2 jam itu. Yah, mentok-mentok 4 jam untuk berbincang fafifu wasweswos. Bisa juga ditambah topik yang ndakik-ndakik, sesuai selera saja. Atau kalau lagi ketemu gebetan, sepik-sepik gimmick dan flexing dikit juga nggak masalah. Asal nggak dianggurin saja lawan bicara Anda, sementara Anda malah push rank.

Ya nggak apa-apa, sih, kalau mau push rank saat ketemu. Cuma saran saya, sih, kalau mau push rank pas ketemu, coba pamit dulu ke teman atau pasangan kamu. Misal, “Eh, aku push rank bentar, ya?” Pamit begitu lebih bisa dimaklumi—meskipun tetep nyebelin—dibanding ujug-ujug misuh karena teman satu timmu AFK.

BACA JUGA Angela Bukan Hero Mobile Legends yang Gampang, Butuh Skill yang Tinggi! dan tulisan Leony Sherena Melati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version