Balada Obat Generik: Sering Dianggap Obat Murahan dan Kurang Ampuh

Balada Obat Generik: Sering Dianggap Obat Murahan dan Kurang Ampuh

Balada Obat Generik: Sering Dianggap Obat Murahan dan Kurang Ampuh (Pixabay.com)

Obat generik memang murah, tapi bukan berarti tanpa khasiat!

Suatu ketika saat saya sedang bekerja di Apotek ibu kos mengirim pesan. Beliau ingin membeli obat batuk pilek dengan merek A dan merek B. Kedua obat yang ibu kos pesan ini merupakan obat-obat bermerek. Nah, kandungan zat yang ada dalam kedua obat ini sama. Bahasa medisnya, kedua obat ini duplikasi obat. 

Saya mengkonfirmasi perihal duplikasi obat ini pada ibu kos. Saya mencoba menjelaskan kalau kandungan kedua obat ini memiliki kandungan yang sama. Dan syukurnya ibu kos cukup mau mendengarkan. 

Aku hanya memberikan obat merek A saja padanya dan menjelaskan aturan pakainya. Tapi, fenomena tersebut lumayan menggelitik saya. Selama bekerja di apotek, saya melihat kecenderungan orang untuk membeli obat bermerek, dan menjauh dari obat generik. Dugaan saya, orang-orang cocok dengan merek tersebut, tapi kurang tahu perkara kandungannya.

Contohnya, sering saya jumpai duplikasi obat yang diperuntukkan untuk batuk pilek, dan zat aktif yang sering menjadi duplikasi adalah paracetamol. Contohnya pasien membeli obat batuk pilek dengan kandungan Paracetamol 500 mg Phenyleprine HCl 10 mg Chlorphenamine Maleate 2mg. Kemudian pasien membeli lagi Paracetamol dengan dosis yang sama 500mg. 

Artinya pasien mengkonsumsi obat dengan kandungan Paracetamol 1000 mg. Apakah berbahaya? Tidak sepenuhnya berbahaya. Melansir dari drug.com, maksimal dosis yang bisa diberikan pada pasien adalah 4000 mg. 

Nah hal-hal seperti ini berkaitan dengan pasien lebih cenderung memilih obat bermerek ketimbang generik. Tidak salah sepenuh jika pasien lebih memilih obat bermerek. Tapi, yang saya lihat banyak pasien yang antipati pada obat jenis ini. Padahal kandungan zat aktif yang ada sama, dan memiliki takaran dosis yang sama. 

Saya yakin, antipati ini muncul dari ketidaktahuan. Nah, akan saya jelaskan sedikit tentang obat generik agar kita sama-sama paham.

Obat generik berlogo (OGB)

Obat generik berlogo (OGB) adalah obat yang umumnya hanya menampilkan logo “generik” tanpa mencantumkan nama farmasi atau perusahaan tempat obat tersebut diproduksi. Oleh karena produksi obat ini lebih rendah, alias tidak memiliki biaya promosi, sehingga memiliki harga jual yang relatif terjangkau.

Obat generik bermerek (branded generik)

Obat generik bermerek (branded generik) adalah jenis obat yang mencantumkan nama farmasi atau perusahaan tempat obat tersebut diproduksi. Untuk obat jenis ini, biasanya memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi, meski kandungan didalamnya mirip dengan OGB.

Obat paten

Obat paten adalah obat baru yang diproduksi dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan farmasi yang sudah memiliki hak paten. Produk yang dijual pun sudah melalui serangkaian uji klinis yang dilakukan oleh perusahaan farmasi sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. 

Obat paten memiliki keistimewaan dalam produksinya yaitu tidak ada yang boleh memproduksi dan memasarkan selain perusahaan pemegang hak patennya. Perusahaan bisa memproduksi dengan mengantongi izin pemilik hak paten. Lama kepemilikan hak paten suatu obat sekitar 20 tahun. Setelah lewat dari periode itu, hak paten bisa diperpanjang. 

Jika tidak segera diperpanjang, obat tersebut bisa diproduksi oleh perusahaan farmasi lain, Baik dalam bentuk generik berlogo maupun bermerek.

Obat murahan

Seringkali label semacam obat murahan tertanam dalam obat jenis ini. Sebenarnya hal ini merupakan miskonsepsi saja. Jika dibandingkan secara khasiat dan efektivitasnya, sama saja. Perbandingan harga ini cukup jauh mengingat usaha dari obat merek ini juga banyak. Seperti iklan, distribusinya, kemasannya dibuat menarik membuat harganya yang berbeda jauh.

Sedangkan generik memang tidak menarik secara penampilan, dan tidak diiklankan secara masif. Juga jarang didistribusikan di minimarket ataupun swalayan. Sehingga peredarannya hanya ada di layanan kesehatan, ataupun apotek. 

Selama menjadi seorang apoteker pun masih banyak pasien-pasien yang dengan menolak ketika aku menawarkan obat-obatan generik. Sudah mencoba menjelaskan panjang lebar kandungannya sama saja juga khasiatnya sama. 

Kesan murahan inilah yang masih tertanam dengan kuat di obat jenis ini. Duh susah.

Jarang direkomendasikan

Keterbatasan obat generik hanya pada di bagian keterbatasan jenisnya. Tidak semua penyakit ada obat generiknya. Obat-obatan kanker yang dipergunakan untuk kemoterapi hampir tidak ada yang generik. 

Juga obat generik jarang direkomendasikan dikarenakan cuma memiliki satu kandungan zat aktif saja. Rasanya hampir tidak pernah saya temui generik yang memiliki dua zat aktif. Sehingga resep obat yang ditulis oleh dokter ke pasien kebanyakan obat merek yang memiliki dua zat aktif yang nantinya lebih optimal. Contohnya obat batuk pilek memiliki beberapa kandungan zat aktif yang diperuntukkan untuk mengatasi batuk pilek. 

Hal yang perlu dipahami adalah obat jenis ini bukan obat murahan. Walaupun murah tapi khasiatnya ya sama saja. Jadi boleh saja tidak mau menggunakan obat generik. Tapi jangan antipati dan memberi label obat murah yang minim khasiat.

Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Paracetamol, Obat yang Aman tapi Juga “Bahaya”

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version