Nostalgia TTS, Permainan Asah Otak yang Bikin Kita Sering Bertanya

merindukan nostalgia TTS teka teki silang di koran mojok.co

merindukan nostalgia TTS teka teki silang di koran mojok.co

Dari sekian banyak permainan asah otak yang pernah diciptakan, saat ini saya betul-betul merindukan teka-teki silang (TTS) yang pernah sangat populer hingga awal 2000-an.

Biasanya, TTS ada dan terselip di suatu rubrik pada media cetak seperti koran. Namun, dalam perkembangannya, TTS dibuat juga dalam bentuk buku dengan berbagai segmentasinya. Ada yang untuk anak-anak sampai remaja, dewasa, maupun orang tua, dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Mudah, sedang, dan sulit. Ada juga yang membagi dalam berbagai rubrik, seperti olahraga, sosial budaya, politik, otomotif, dan lain-lain.

Pertemuan saya dengan TTS kali pertama terjadi sewaktu SD. Kala itu, saya sedang melihat-lihat koran yang Bapak baca. Pada koran tersebut terdapat sedikit halaman yang tidak begitu besar, lalu ada belasan soal/pertanyaan, lengkap dengan banyak kotak-kotak secara vertikal dan horizontal yang menjadi ciri khasnya.

Sewaktu SD, saya sering membeli buku TTS yang sampulnya diisi foto-foto artis Indonesia ternama, seperti Diana Pungky, Jihan Fahira, Dian Nitami, atau Paramitha Rusady. Kendalanya, karena ada beberapa foto artis yang posenya kurang cocok untuk dilihat oleh anak SD, kala itu saya sering ditegur oleh ibu.

Mungkin karena buku TTS isinya mirip-mirip antara satu terbitan dengan terbitan lain, model promosinya dibuat dengan mengandalkan foto artis di sampul. Pada TTS, kita benar-benar bisa bilang menghakimi dari sampul itu benar adanya.

Bagi saya, TTS termasuk permainan dengan keseruan tersendiri. Bikin gemes sekaligus geregetan. Sering sekali muncul pertanyaan yang tidak terduga dan dengan wawasan yang terbatas, kita nggak tahu harus mengisi dengan jawaban apa.

Sebelum internet populer, soal TTS yang sulit menjadi tantangan bagi orang yang memainkannya. Sebab, jika satu baris belum terisi, kita akan kesulitan untuk menemukan jawaban di baris kotak lainnya. Dan pada masanya, cara seseorang yang sedang bermain TTS untuk mendapatkan jawaban yang tidak diketahui pun terbilang unik. Pertama, bertanya langsung kepada siapa pun atau orang terdekat yang dianggap punya wawasan luas. Kedua, bisa dengan cara membaca buku, jika ada dan sesuai dengan temanya.

Kalau sudah mentok, saya yang kala itu masih SD selalu bertanya ke Bapak jawaban apa yang tepat untuk mengisi beberapa kotak yang ada. Dan Bapak selalu bisa menjawab apa yang saya tanyakan. Tidak seperti sekarang. Rasa-rasanya keseruan dan antusiasme dalam mengisi TTS bisa jadi berkurang ketika ada Google. Sebab, saya atau mungkin sebagian orang di luar sana, ketika sudah mentok dan tidak tahu suatu jawaban ketika bermain TTS, akan dengan mudah menemukan jawabannya via Google. Dan malah jadi ketergantungan. Semacam cheat untuk mengisi TTS.

Itu kenapa, sebagian orang menganggap, di masa sekarang, mengisi TTS adalah hal yang membosankan dan kurang kerjaan. Sebab, beberapa di antaranya berpikir, saat ini sudah ada Google. Kalau nggak tahu jawabannya ya tinggal googling. Sedikit-sedikit googling, lama-lama pas nggak tahu jawabannya, bisa googling semuanya. Terus, ngapain main ya?

Mengerjakan TTS disebut punya sejumlah manfaat yang baik untuk merangsang kerja otak dan pikiran. Seperti jadi tidak cepat pikun dan mempertajam ingatan jangka pendek.

Walau bukunya sudah jarang dijual, TTS masih bisa dimainkan lewat aplikasi hape. Saya pernah mencoba melakukan hal tersebut dan memainkannya kembali untuk sekadar bernostalgia. Namun, rasanya beda. Sensasinya juga beda. Ternyata, mengerjakannya melalui buku, lalu jawaban ditulis menggunakan pulpen atau pensil lebih menyenangkan.

Dan sepertinya, saya harus segera membeli TTS versi buku. Di toko buku terdekat juga ada, kok. Lumayan, untuk ngisi waktu luang sekaligus mengasah otak dan tes wawasan.

BACA JUGA Asal Tahu Saja, Kehadiran dr. Reisa Broto adalah Pertanda Buruk dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version