Nostalgia Bersama Yamaha Alfa, Simbol Kesederhanaan Keluarga Indonesia yang (Tetap) Bertenaga dan Menggoda

Nostalgia Bersama Yamaha Alfa, Motor Simbol Kesederhanaan yang (Tetap) Bertenaga dan Menggoda

Nostalgia Bersama Yamaha Alfa, Motor Simbol Kesederhanaan yang (Tetap) Bertenaga dan Menggoda (Unsplash.com)

Yamaha Alfa ini simbol kesederhanaan keluarga Indonesia yang masih bertenaga sampai sekarang.

Setiap orang nggak akan pernah lupa sama jenis kendaraan yang dipakainya saat pertama kali belajar naik motor. Titik. Terlebih kalau pas latihan ada drama jatuh guling-guling karena narik gas terlalu kencang. Sampai usia senja pun saya rasa ingatan itu bakal tetap membekas di kepala.

Setidaknya ada dua hal yang terlintas di ingatan saya kalau ngomongin masalah latihan naik motor. Pertama, ingatan tentang motor Yamaha Alfa II R milik Bapak. Kedua, pagar tanaman teh-tehan depan rumah.

Betul, tebakan Anda nyaris sempurna. Sewaktu masih duduk di bangku kelas 5 SD, saya pernah uji coba berkendara pakai Yamaha Alfa dan jatuh nyungsep ke  tanaman teh-tehan pinggir jalan. Beruntung nggak ada luka yang berarti akibat kecelakaan tunggal ini. Cuma hidung saya sedikit bengkak kena batang tanaman pagar rumah.

Yamaha Alfa, motor pengaritan yang binal dan gahar

Kecelakaan tunggal yang saya alami beberapa tahun silam, nggak lepas dari kebinalan motor Yamaha Alfa milik bapak. Motor berwarna hitam kombinasi garis-garis hijau dan merah jambu itu sebenarnya bukan murni milik bapak alias motor gadaian. Jadi, dulu sebelum saya khatam naik Alfa, motor itu sudah keburu diambil sama pemiliknya.

Di dunia otomotif, dibanding motor keluaran Yamaha lainnya, saat itu Yamaha Alfa memang bukan termasuk kuda besi yang paling diminati konsumen. Selain dinilai boros bensin, motor 2 tak ini juga masih membutuhkan oli samping. Jadi, buat pengendara yang sering pergi jarak jauh, nggak disarankan memakai motor ini.

Akan tetapi kalau bicara soal desain dan performa, motor saingan berat Suzuki RC100 ini nggak bisa dianggap sepele. Desainnya yang modis nan sporty, bikin pengendara Alfa tampak eksentrik dan bersahaja. Selain itu, performa motor berkapasitas 100 cc ini juga cukup responsif dan bertenaga, terutama pada putaran rendah.

Tenaga yang dimiliki Yamaha Alfa memang bukan main, Son. Terbukti saudara saya, Pakde Giran, sejak saya masih duduk di bangku SD sampai sekarang masih pakai Alfa II R. Meski nyaris setiap hari motor keluaran 1980-an itu dipakai buat pergi ngarit cari pakan ternak, motornya masih bertenaga, ganteng, dan bersahaja.

Motor ini memang cocok dipakai buat ngarit. Tenaganya yang kuat dan tangguh, ngangkut beban pakan ternak seberat apa pun sangat siap di segala medan. Jadi, untuk urusan tenaga dan performa, sudah final!

Nostalgia bersama Yamaha Alfa, tetap bertenaga dan menggoda

Setelah sekian lama nggak naik Alfa, beberapa hari lalu saya nyoba berkendara pakai motor 2 tak ini milik Pakde Giran ke Pasar Munggi Semanu, jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari rumah. Kesan pertama yang saya rasakan tentu saja bunyi knalpotnya. Ya, bunyi knalpot motor ini sejak dulu dikenal punya suara garing yang begitu khas.

Knalpot motor Alfa milik Pakde Giran memang dibiarkan tetap standar dan original. Mendengar suara yang keluar dari motor ini, seketika ingatan masa kecil saya sama motor ini kembali muncul. Saya ingat betul, selain pakai Honda Grand, beberapa kali bapak pernah ngantar saya pergi ke sekolah pakai Yamaha Alfa.

Selain itu, bodinya yang ringan, bikin motor ini begitu lincah saat dipakai buat bermanuver. Terlebih saat knalpot ngebul banyak, sensasi berkendara pakai motor 2 tak benar-benar terasa ajaib dan mantap. Sungguh impresi luar biasa yang sudah lama nggak saya rasakan saat naik motor.

Simbol kesederhanaan keluarga Indonesia

Meski usianya sudah tak lagi muda, menurut saya Yamaha Alfa masih nyaman dipakai buat aktivitas sehari-hari. Motor ini saya rekomendasikan buat orang yang sering angkut-angkut barang seperti pakan ternak, galon, beras, dan lainnya. Tenaganya yang powerful bikin motor ini sangat bisa diandalkan buat angkut beban berat.

Setelah mencoba sebentar naik motor Alfa II R milik Pakde Giran, saya berniat membeli kembali motor manual ini. Kalau ada rezeki, pasti. Serius, deh, entah kenapa setiap kali lihat bodi dan suara knalpot motor ini, kesan sederhana benar-benar terasa. Barangkali inilah salah satu alasan para pemiliknya tetap memakai dan mempertahankan Yamaha Alfa di era motor matic yang kian menguasai pasaran.

Zaman boleh bergerak maju, tapi saya rasa kenangan bersama Yamaha Alfa akan selalu hidup di hati orang-orang yang pernah memilikinya. Semoga sampai saya tua nanti, masih bisa mendengar suara knalpot motor Alfa. Biarkan motor Alfa tetap menjadi simbol kesederhanaan hidup di dunia yang semakin congkak ini. Tetap mengaspal dan ramah lingkungan, Yamaha Alfa!

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Yamaha All New NMAX 155: Bikin Motor kok Nanggung Banget, Nggak Worth untuk Dibeli.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version