Nokia, perusahaan komunikasi asal Finlandia ini sempat menjadi raja teknologi dunia dengan produknya yang laris manis di pasaran internasional. Pada 2000-an tidak berlebihan memang jika Nokia menjadi pilihan nomor satu saat itu. Kecanggihan teknologi dan fitur yang ringkas ditambah ketangguhan bodi, menjadikan Nokia paling digemari. Termasuk saya yang saat itu masih SMA, tepatnya pada 2010, ketika Ibu dan saya membeli HP Nokia 1800.
HP tanpa kamera dengan fitur standar tersebut berhasil ditebus dengan harga Rp500 ribu. Sebuah harga yang sangat murah untuk sebuah handphone, bandingkan pada masa sekarang, tidak ada HP yang harganya dibawah Rp1 juta.
Nokia 1800 pada 2020 ternyata tetap masih bisa berfungsi dengan sangat baik. Selama 10 tahun penggunaan, tidak pernah HP legendaris ini mampir ke tukang servis untuk didandani. Ketangguhan Nokia 1800 ini juga karena bodi yang solid, meski kecil saat dipegang, namun saya tak perlu khawatir HP akan hancur bila terjatuh ke lantai.
Beralih ke sektor layar, layar di HP ini sudah memiliki warna dan bisa menampilkan animasi bergerak saat layar kunci diaktifkan. Kemampuan animasi bergerak dari layar HP ini perlu diacungi jempol karena jarang ada HP non kamera yang memiliki animasi bergerak untuk memeriahkan layar HP saat sedang terkunci.
Selain itu, layar HP ini memang belum menggunakan Gorilla Glass. Gorilla Glass, untuk saat ini bagi Android, merupakan item wajib yang harus mereka hadirkan. Jika Android sangat membutuhkan pelindung kaca dari Gorilla Glass atau tambahan tempered glass, Nokia 1800 tidak membutuhkannya sama sekali. Maklum, belum touchscreen juga jadi jauh lebih aman. Kalau dipikir-pikir memang, ponsel di zaman dulu nggak perlu printilan-printilan apa pun. Ponsel ya ponsel saja, fungsinya buat menghubungi orang, buat telepon, dan buat berkirim pesan. Kesederhanaan yang bakal kita rindukan.
Baterai di Nokia memang terkenal irit luar biasa. Meski kapasitas baterai Nokia tak segarang HP zaman sekarang yang sudah menembus 7000 mAh di Samsung Galaxy M51. Baterai Nokia itu meski kecil, tetapi dijamin bisa tembus satu sampai dua hari. Hematnya Baterai Nokia memang diakibatkan oleh sistem operasi yang mampu berjalan maksimal ditambah dengan fitur yang sederhana membuat baterai akan dapat bertahan lama dalam sekali ngecas. Lagian kita nggak akan bisa buka medsos dan main game online lewat ponsel ini.
Kasus ini juga terjadi pada Nokia 1800, berkat fitur sederhana yang diusung oleh HP ini. Dalam sekali isi ulang, dijamin mampu bertahan selama lima hari. Kekuatan luar biasa dari baterai Nokia 1800 ini memang luar biasa dan membuat saya sebagai pengguna Android atau bahkan iPhone iri. Bagaimana bisa HP dengan kapasitas baterai yang kecil mampu hidup begitu lama? Membuat saya dan kita bertanya, kapan baterai Android bisa seawet Nokia.
Memang tidak bisa dibandingkan Nokia masa lalu dengan smartphone Android dan iPhone pada masa sekarang. Fitur dari HP di masa lalu sangat berbeda dengan Android. Fitur yang beragam tentu akan membuat baterai Android dan iPhone cepat habis.
Namun, tetap saya akui bahwa HP Nokia 1800 ini memang sukses menjaga identitas dari HP Nokia. Mulai dari build quality yang jempolan, layar yang walaupun tidak tajam-tajam amat tetapi tetap nyaman untuk dipandang, dan tentunya tahan terhadap goresan ataupun benturan. Baterai yang awet luar biasa ditambah dengan harga yang murah. Semakin menunjukan mengapa produk keluaran Nokia selalu merajai pasaran dunia di zamannya.
Walaupun saat ini Nokia sudah tergusur oleh Android dan iPhone karena demi memenuhi keinginan konsumen yang seolah semakin menginginkan berbagai macam fitur, tetapi Nokia 1800 tetap akan dikenang. Pada akhirnya fungsi yang minimalis memang yang paling kita butuhkan. Semakin canggih ponsel, semakin ringkih pula.
Setelah sepuluh tahun HP ini menemani saya, fungsinya masih berjalan dengan baik. Setidaknya masih bisa digunakan untuk berkirim pesan dan telepon. Ponsel Android dan iPhone mungkin nggak akan bertahan sejauh Nokia 1800.
Photo by Pixabay via Pexels.com
BACA JUGA Di Kampus Saya, Orang Paling Menyebalkan Bukanlah Dosen Pembimbing, tapi Staf TU Fakultas dan tulisan Yongky Choirudin lainnya.