Banyak penggemar manga dan anime terlalu elitis dan menganggap adanya manga scanlation atau komik digital semacam “anak haram”. Kenyataannya jauh lebih rumit dibandingkan itu. Ketimbang memberikan label ilegal, kalau diperhatikan sebenarnya ada wilayah abu-abu yang sangat luas dalam persoalan ini.
Scanlation dianggap sebagai hama dan gulma yang tumbuh subur di kalangan pembaca non Jepang atau penggemar luar negeri. Padahal tentu saja semua tetap bermula dari rilis asli di Jepang. Manga digital yang beredar lebih awal dari official release adalah produk dari early release oleh toko majalah dan buku besar di Jepang.
Chapter One Piece dalam majalah mingguan yang diterima toko buku hari Kamis, dijual lebih dulu hari Jumat. Sebelum akhirnya secara official dijual hari Senin. Dari sinilah rilisan scanlation hari Jumat bermula. Bahkan dikatakan justru beberapa toko buku besar lah yang menyuplai manga hasil scan ke komunitas scanlation. Dan sebenarnya publisher resmi tidak pernah mempermasalahkan secara serius kasus early release di toko-toko buku tiap hari Jumat ini.
Publisher tentu sangat paham bahwa akar masalahnya ada di early release ini. Toh tidak pernah dilakukan langkah hukum yang serius. Mengapa? Karena sebenarnya early release dan scanlation justru menguntungkan penerbit sebagai sarana promosi gratis. Bayangkan, penerbit tanpa melakukan apa pun, tiap Jumat produknya telah di-translate ke puluhan bahasa di dunia. Gratis.
Meskipun ada Mangaplus yang dirilis secara resmi oleh Shueisha, perilisannya tetap tidak secepat scanlation, ada beberapa permasalahan user interface & user experience juga di web. Saya selalu membaca Mangaplus tiap Senin meskipun pada hari Jumat telah membaca produk scanlation.
Salah satu glitch atau bug yang sangat membagongkan pada Mangaplus adalah scroll back otomatis ke atas laman, menjelang panel terakhir manga. Ini kan ngganggu banget ya, lagi serius dan perlahan mempertahan hype One Piece, eh tiba-tiba scrolling-nya balik sendiri ke panel paling atas.
Selain itu, halaman panjang yang mestinya jadi satu image berorientasi landscape, selalu dipotong jadi dua oleh mangaplus. Nggak enak banget sumpah buat dibaca, jadi bolak-balik scroll buat ngepasin ini potongan gambar yang mana. Detail chapter jadi hancur lebur.
Keengganan penerbit memperbaiki kelemahan web manga digital resmi inilah yang bikin pembaca terutama komunitas manga lebih memilih scanlation. Manga itu kan seni ya, baik dari segi gambar, bahasa, maupun cerita. Sikap sembrono Mangaplus dalam menyajikan manga digital justru mereduksi dan mengurangi keindahan dan kenikmatan seni tersebut.
Selain itu, pentingnya rilis scanlation tiap Jumat adalah bagaimana topik tiap chapter dibicarakan segera dalam forum Reddit, Discord, YouTube, dan beragam forum komunitas lainnya. Begini, manga dan anime adalah produk yang laku karena komunitasnya.
Jadi, setiap Jumat (jadwal rilis ‘ilegal’ One Piece), Sabtu, dan Minggu, terjadi perayaan besar rilisnya chapter terbaru. Ada hype, ada kekagetan, ada kekaguman, ada hujatan, atas semua hal baru yang ditunjukkan pada chapter terbaru.
Dan pengalaman itulah yang bikin kita semua, penggemar sejati tetap beli komiknya mesti baru berbulan-bulan kemudian dicetak oleh Elex Media. Sementara kalau harus menunggu Senin (rilis resmi Mangaplus), diskusi di forum-forum itu udah basi.
Persoalan scanlation ini sebenarnya adalah area abu-abu, yang sangat luas. Penerbit, sales, atau tim legal terkait tidak pernah secara masif menertibkan early release di Jepang sana. Selain itu, rilisan ini digunakan secara fair use, bukan untuk komersial, dan tentu saja selalu mencantumkan sumbernya.
Penulis manga juga mendapatkan jangkauan pembaca yang lebih luas secara gratis (free exposure, free publicity), ketenaran publik yang tidak bisa diperoleh dari versi cetak berbahasa Jepang, dan bahkan translate yang lebih baik dalam banyak bahasa internasional.
Popularitas manga pada forum dan komunitas scanlation bahkan bisa membuat manga mendapatkan adaptasi anime serta ketertarikan secara internasional untuk dicetak secara resmi. Secara hukum mungkin ilegal, tetapi ingat bahwa pada setiap produk hukum selalu ada kelemahan moral. Dan pembahasan mengenai scanlation berkualitas inilah salah satunya.
Ada banyak website penyedia komik digital yang justru merusak kualitas manga, salah satunya adalah Mangapanda. Komunitas manga secara serius juga paham dan sangat menentang website semacam ini. Ada pula produk scanlation yang kualitasnya jauh lebih baik ketimbang rilis resminya.
Bahwa scanlation ilegal, saya setuju. Produk ilegal yang dibiarkan oleh pemiliknya bukan berarti pantas untuk dinikmati. Tapi, pertanyaannya adalah, kapan hal ini ditindak tegas? Kalau memang meraup untung dari eksposur gratis, bukankah harusnya komunitasnya dirawat?
BACA JUGA ‘Attack on Titan’ Chapter 139: Akhir yang Amat Tak Layak dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.