Saya tergugah membaca salah satu tulisan Mbak Intan Ekapratiwi di Terminal Mojok. Tulisan yang saya maksud adalah 5 Hal yang Nggak Dimiliki Magelang: Rasanya Jadi Kurang Lengkap. Di sana Mbak Intan menjabarkan berbagai kekurangan Magelang.
Menurut saya, ada satu kekurangan Magelang yang kebutuhannya jauh dari kata mendesak. Kekurangan tersebut adalah memiliki bandara. Bahkan sebagai orang yang pernah plesiran ke sana, saya merasa Kota Sejuta Bunga nggak perlu punya bandara.
Tenang dulu, Magelang people. Saya bukan nggak pengin daerah kalian maju. Saya punya alasan tersendiri kenapa di daerah kalian nggak perlu ada bandara.
Daftar Isi
Bangun bandara itu mahal
Anggaran untuk membangun bandara itu mahal. Kita ambil contoh biaya pembangunan bandara yang baru-baru ini diresmikan, yaitu Bandara Dhoho Kediri. Kabarnya biaya pembangunan bandara tersebut mencapai angka Rp12-13 triliun.
Siapa yang mau menanggung biaya pembangunan sebesar itu? Pemerintah pusat? Kayaknya nyaris nggak mungkin, deh. Mereka aja lagi pusing nyari anggaran buat program MBG. Tapi kalau mengharapkan pemerintah daerah lebih sulit lagi. APBD Kota Magelang 2025 saja cuma sekitar Rp1,1 triliun. Saya rasa APBD Kabupaten Magelang pun nggak jauh beda.
Apabila berharap sama pihak swasta untuk membangun sama sulitnya. Pasalnya, saya belum pernah mendengar perusahaan selevel Gudang Garam ada di Magelang. Seandainya ada, belum tentu pihak swasta mau menggelontorkan dana sebesar itu untuk membangun bandara.
Baca halaman selanjutnya: Proses pembangunan yang lama…
Proses pembangunan yang lama
Taruhlah uang untuk membangun bandaranya sudah ada. Entah dari mana pun itu. Tapi, proses pembangunan bandara kan lumayan lama.
Mulai dari mendapatkan izin pembangunan dari Kementerian Perhubungan. Belum lagi proses pembebasan lahannya. Terakhir proses pembangunan bertahap. Lama proses pembangunannya saja bisa sampai lima tahun lebih, lho.
Sudah ada banyak bandara di sekitar Magelang
Sebenarnya hal ini sudah disampaikan Mbak Intan dalam tulisannya. Di sekitar Magelang ada beberapa bandara. Sebut saja Bandara YIA Kulon Progo, Bandara Adi Soemarmo Boyolali, dan Bandara Ahmad Yani Semarang.
Menurut Mbak Intan, ketiga bandara tersebut waktu tempuhnya nggak lama kok dari Magelang. Sekitar 1,5-3 jam doang. Medan perjalanan dari bandara-bandara tersebut ke Magelang pun terbilang aman. Lantas buat apa Magelang punya bandara lagi?
Khawatir bandaranya sepi
Saya rasa kalian pernah mendengar nama Bandara Kertajati. Bandara yang mulai beroperasi pada 2018 ini lebih sering didengar kabar negatifnya ketimbang positifnya. Mulai dari bandara yang sepi, biaya operasional yang tinggi sampai sempat ditinggalkan beberapa maskapai.
Mau tak mau pemerintah memutar otak untuk membuat bandara ini ramai. Salah satu caranya dengan memindahkan penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke Kertajati. Selain itu, pemerintah juga sudah meresmikan Tol Cisumdawu yang menghubungkan Bandung-Majalengka.
Saya khawatir jika bandara dibangun di Magelang bakal meneruskan jejak Kertajati. Kan eman-eman banget, Gaes. Sudah anggarannya mahal dan pembangunannya lama, eh, malah sepi penumpang.
Saya tahu dengan adanya bandara akan mempermudah akses wisatawan ke Magelang. Sehingga membuat peluang tempat wisata di sana menggeser DIY sebagai favorit wisatawan semakin besar. Namun, saya punya solusi yang lebih terjangkau.
Mendingan Pemda Magelang buat transum terintegrasi dulu. Bukan hanya di dalam kota, tapi terintegrasi dengan bandara dan stasiun di DIY. Misalnya seperti Bandara YIA, Stasiun Tugu Yogyakarta, dan Stasiun Lempuyangan.
Sebenarnya saat ini sudah ada Damri dari Magelang ke bandara dan stasiun yang ada di DIY dan sebaliknya. Tapi jadwal dan armadanya masih terbatas.
Nah, kalau transum terintegrasi dari bandara dan stasiun di DIY ke Magelang diperbaiki, kemungkinan wisatawan berminat ke sana semakin tinggi. Biaya yang dianggarkan juga nggak sebanyak buat bandara. Ditambah waktu eksekusinya juga bisa jauh lebih cepat ketimbang bandara.
Warga Magelang yang turun dari bandara dan stasiun DIY pun senang dapat kemudahan akses untuk pulang ke kota tercintanya.
Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Bangunan Ikonik dan Menyimpan Sejarah Panjang di Kota Magelang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.