Nggak Ada Kopi yang Cocok di Lidah, Tasya Farasya Cus Bikin Kedai Kopi Sendiri

Nggak Ada Kopi yang Cocok di Lidah, Tasya Farasya Cus Bikin Kedai Kopi Sendiri terminal mojok.co

Nggak Ada Kopi yang Cocok di Lidah, Tasya Farasya Cus Bikin Kedai Kopi Sendiri terminal mojok.co

Tampaknya untuk bisa menjual produk dengan mak-bleng, kita harus terkenal dulu. Selain tidak harus mengeluarkan modal besar untuk biaya iklan, kepercayaan orang-orang untuk membeli produk tersebut pun jauh lebih mudah didapatkan. Itulah yang saya perhatikan dari beberapa publik figur yang mempromosikan produk jualannya di akun media sosial milik mereka. Salah satu yang begitu heboh akhir-akhir ini adalah Tasya Farasya dengan produk kopi merek Golden Black-nya.

Bahkan, kehebohan netizen ini sudah dimulai sebelum Tasya Farasya memberitahu apa produk yang akan ia jual. Iya, dia belum ngasih tahu apa produknya, tapi netizen udah penasaran sampai kayak pengin nebas semuanya gitu. Mohon maaf, nih, padahal produknya apa juga masih pada belum tahu, loh.

Promosi yang Tasya lakukan bukan dengan sensasi, melainkan teka-teki. Cara ini ternyat cukup ampuh untuk menarik perhatian follower-nya. Apalagi ada iming-iming hadiah hingga Rp1 miliar jika mereka berhasil menjawab teka-teki dari klue-klue video yang dibagikan tersebut.

Jeng jeng jeng, produk yang dirahasiakan itu pun terjawab. Ternyata, Tasya Farasya ini jualan kopi dan bikin hebohnya sampai sejagat raya. Ia yang selama ini bekerja sebagai beauty influencer, punya alasan mengapa memulai bisnis ini. Katanya, ia merupakan pengonsumsi kopi garis… doyan banget. Ia bisa minum kopi berkali-kali dalam sehari. Sayangnya, kopi-kopi yang selama ini ia konsumsi itu nggak ada yang betul-betul pas di lidahnya.

Ya, namanya juga sultan, nggak ada kopi yang cocok, yaudah, bikin aja sendiri. Selain bisa dijual ke orang lain, ia juga bisa minum kopi sepuas-puasnya tanpa perlu ribet. Apalagi, ia akan selalu diutamakan sama baristanya. Yaiyalah, namanya juga orang yang menggaji baristanya, masak harus ikut antrean kayak lainnya?

Ternyata kehebohan itu membuahkan hasil. Dalam tiga hari saja, penjualan dari kopinya sudah 10 ribu+++ cup. Padahal, itu belum buka cabang loh, Cyin. Bayangkan~

Bahkan ada yang dengan selonya ikut bantuin ngitung butuh berapa lama Tasya balik modal. Akun Instagram @rizkyhf, dia menghitung kalau dalam tiga hari terjuan 10 ribu cup dengan range harga Rp20-30 ribu (ambil tengahnya Rp25 ribu). Jadi, omset tiga hari 10.000 x Rp25.000 = Rp250 juta. Kalau modal Tasya itu Rp2 miliar, hanya butuh waktu 24 hari modal Tasya itu kembali. Dengan hitungan, Rp2 miliar : Rp250 juta = 8. Lalu, 8 x 3 hari = 24 hari. Ya, begitulah, kira-kira, Beb.

Kopi yang sangrai oleh coffee roaster nomor tujuh di dunia dalam kompetisi brewer ini juga dibagi-bagikan ke circle selebgramnya. (Lagi-lagi) namanya juga sultan, bukannya dibagikan dengan dimasukkan boks, kopi-kopi tersebut justru dikirim beserta kulkas mini (((untuk menjaga kemurnian satu cup kopi))) dari bakteri-bakteri jahat yang memengaruhi cita rasanya. Eh, nggak, ding. Kayaknya, mah, biar si kopi ini tetap bisa diterima dalam keadaan dingin aja.

Namun, saya jadi nggak habis pikir, sebenarnya Tasya Farasya ini mau bagi-bagi kulkas apa kopi, sih?

Andai saja, kalau bonus kulkas ini juga berlaku ke semua konsumennya. Kan saya juga pengin, dengan membeli kopi yang harganya nggak jauh beda sama kopi kekinian merek lainnya, saya bisa dapat bonus kulkasnya. Ah, betapa saya langsung kaya raya dengan menjual lagi kulkas-kulkas tersebut. Sungguh, sebuah ladang bagi-bagi santunan dari Tasya Farasya dengan cara yang beda.

Ah, tapi apa pun cara “mahal” yang dipakai oleh Tasya Farasya untuk menarik perhatian. Fenomena ini merupakan sebuah bukti sahih bahwa nggak sulit bagi influencer untuk jualan produk-produknya. Ya iyalah, lah wong barang yang mereka endorse aja bisa laku keras. Apalagi kalau barang itu bikinin mereka sendiri.

BACA JUGA Menjawab Apakah Harga Kopi Mahal Itu Sepadan dan tulisan Audian Laili lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version