Muaragembong adalah nama sebuah kecamatan yang sebenarnya cukup terkenal di wilayah Kabupaten Bekasi. Kondisi geografisnya cukup unik karena berada di ujung utara Kabupaten Bekasi, daerah yang terkenal dengan abrasi parahnya. Hal ini menjadi anomali di daerah Bekasi yang terkenal dengan kawasan padat penduduk dan industri besar yang menjamur sejak lama.
Jika dibandingkan dengan daerah lain di Bekasi, walaupun masih satu daratan dengan Pulau Jawa, sebenarnya Muaragembong masih terhubung dengan jalan darat pada umumnya. Tapi uniknya, kalau ke Muaragembong lebih worth it dan waras jika naik kapal kecil dibandingkan naik motor apalagi mobil.
Ya, pergi ke sana memang berasa seperti menyeberang pulau padahal nggak sama sekali. Bukan, ini bukan kayak taksi air yang ada di Jakarta yang dulu pernah ada dan jadi janji cagub yang katanya mau dihidupkan lagi itu. Di Muaragembong memang beneran naik kapal kalau mau cepat sampai kemari.
Muaragembong menawarkan pemandangan berbeda dari kecamatan lainnya di Kabupaten Bekasi
Seperti yang sudah saya singgung di atas, letaknya yang jauh di utara Bekasi membuat kawasan Muaragembong terpinggirkan dari aksesibilitas apalagi infrastruktur dengan kecamatan lain di Kabupaten Bekasi. Akses darat ke sini rasanya seperti pergi ke daerah antah berantah dengan jalan rusak, sempit, dan kalau sedang “beruntung” di saat tertentu warga akan bertemu banjir rob.
Berbeda dengan wilayah lain di Bekasi yang biasanya penuh dengan perumahan elite maupun subsidi, Muaragembong justru menawarkan pemandangan antimainstream dengan banyaknya tambak ikan, kapal nelayan yang hilir mudik, pantai, hutan bakau, rumah di atas air, dan tentu saja kampung yang tenggelam karena abrasi yang sering jadi bahan berita di TV. Lengkap pokoknya.
Baca halaman selanjutnya: Biasanya orang bepergian di Bekasi…
Bayangkan saja, biasanya orang bepergian di Bekasi memperdebatkan jalan mana yang bagus atau jalan mana yang macet atau nggak. Selain itu moda transportasi yang dipilih bisa naik bus, KRL, LRT, atau kendaraan pribadi. Nah, di Muaragembong nggak ada percakapan semacam itu. Jangankan transportasi umum, jalan saja sudah banyak yang hancur lebur karena air laut. Kalau mau ke daerah ini memang lebih cepat diakses dengan kapal kecil atau perahu nelayan dibanding nekat naik motor. Apalagi kalau kalian belum pernah ke sini, beuh, dijamin bikin frustrasi!
Nggak cuma buat transportasi antarkampung ya, kapal di Muaragembong sudah kayak ojol yang menjamur untuk jadi transportasi keluar dari kawasan ini, terutama buat warga yang hendak bepergian ke Jakarta. Iya, kalian ngggak salah dengar, dengan kondisi infrastruktur sejelek ini, kawasan Muaragembong Bekasi dekat dengan Jakarta. Tapi ya itu tadi, Muaragembong seolah punya “dunia sendiri”.
Lebih cepat sampai kalau naik kapal
Bukan tanpa alasan kenapa naik kapal lebih worth it jika dibandingkan dengan naik motor apalagi mobil di Muaragembong. Buat sampai ke sana dari Bekasi, bisa menghabiskan waktu 2-4 jam tergantung kondisi dan pastinya situasi. Apalagi dari Jakarta. Bukan karena jauhnya, tapi karena akses daratnya aduhai banget. Sudah saya bilang tadi kan jalannya rusak parah.
Sementara kalau naik kapal, cukup menempuh waktu 1 jam perjalanan. Ada kapal kecil reguler yang berangkat setiap hari dari Jakarta ke Muaragembong, tepatnya di Cilincing Jakarta utara. Makanya kenapa saya bilang lebih worth it naik kapal ke Muaragembong Bekasi. Tambah lagi tarifnya cuma Rp25 ribuan sekali jalan. Jauh lebih waras ketimbang naik motor apalagi naik mobil ke Muaragembong dengan segala risikonya.
Sebenarnya, kecamatan satu ini punya potensi besar, lho. Karena letaknya di pesisir, Pemkab Bekasi bisa saja memanfaatkan sumber daya perikanan yang menjadi mata pencaharian penduduk, atau memanfaatkan pantai-pantai di sana untuk dijadikan tempat wisata.
Akan tetapi lagi-lagi realitasnya kadang tak seindah kawasan yang anomali di bekasi ini dari dulu nggak ada perubahan sama sekali. Walaupun sering masuk berita di TV karena abrasi dan aksesnya yang rumit, Muaragembong tetap seolah nggak terkoneksi dengan Bekasi itu sendiri.
Penulis: Mohammad Arfan Fauzi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Hunian Murah di Bekasi yang Tidak Murah: Renovasi Rumah Harus Setor ke Akamsi, Aturan dari Mana Ini?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.