Sudah tiga tahun lebih aku setia dengan motor bebek kesayangan. Meski jauh dari kata keren, motor bebek ini bisa diandalkan dalam kegiatan sehari-hari. Namun, tetap saja, di dalam lubuk hati ini sebenarnya ada perasaan ingin memiliki motor matic.
Keinginan itu muncul ketika melihat teman-teman perempuan bisa berkendara secara anggun dengan motor matic mereka. Di benakku pada waktu itu, motor ini sangatlah praktis, simpel, dan tentu bisa memberi sentuhan kesan feminin bagi pengendaranya. “Kapan ya, aku bisa punya motor matic juga?” batinku di dalam hati.
Akan tetapi, keinginan itu tidak bisa langsung terpenuhi karena kondisi ekonomi. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, aku menghibur diri bahwa suatu saat motor seperti itu akan menjadi milikku. Lucunya, setelah lama menunggu, beberapa waktu lalu mimpiku terwujud. Kakak membeli motor matic dan menyuruhku untuk memakainya.
Kaget ketika pertama kali pindah dari motor bebek ke motor matic
Satu hal yang tidak pernah terpikir olehku sebelumnya, ternyata mengendarai motor matic dan motor bebek itu berbeda! Selama ini, aku berpikir, seseorang yang bisa mengendarai motor bebek, pasti akan dengan mudah bisa mengendarai motor yang terlihat praktis itu. Ternyata, aku salah besar.
Awalnya, aku yakin motor ini akan jauh lebih mudah dikendalikan daripada motor bebek. Tidak perlu mengganti gigi atau memikirkan kopling. Namun, ekspektasi itu langsung terpatahkan begitu aku mulai menggunakannya.
Baca halaman selanjutnya: Masalah utama muncul …