Mobil Timor, Satu-satunya Warisan Baik dari Orde Baru

Mobil Timor, Satu-satunya Warisan Baik dari Orde Baru

Mobil Timor, Satu-satunya Warisan Baik dari Orde Baru (Unsplash.com)

Apa warisan baik Orde Baru? Kalau Anda cuma bisa menjawab, “SD Inpres,” mending Anda cuci muka dulu. Kalau jawabannya, “Indonesia jadi macan Asia,” mending Anda sikat gigi dulu. Sebenarnya banyak warisan Orde Baru yang baik buruknya diperdebatkan. Tapi kalau saya ditanya apa warisan baik rezim Soeharto ini, saya akan menjawab: mobil Timor! Mobil yang ikut runtuh bersama Orde Baru ini satu-satunya warisan baik dari Orde Baru. Setidaknya setelah saya mencoba banyak mobil tua.

Bayangkan mobil tua yang mesinnya masih halus dan powerfull sampai hari ini. Sebuah mobil yang viral di tahun 90 dan masih minim kerusakan. Bahkan hanya dengan perawatan standar, mobil ini tetap bandel untuk perjalanan luar kota. Kira-kira seperti itu rasanya mengendarai mobil Timor. Sebuah mobil yang kini lebih murah daripada motor baru.

Mobil Timor, warisan Orba dan Tommy Soeharto

Nama resmi produsen mobil ini adalah PT Timor Putra Nasional (TPN). Beroperasi antara tahun 1996-2000, TPN lahir untuk menjawab Instruksi Presiden (Inpres) No. 2/1996 tentang Pembangunan Industri  Mobil Nasional. Selain Inpres, nuansa Orde Baru juga muncul di jajaran direksi. Apalagi Tommy Soeharto yang menjadi pendiri TPN. Putra mahkota Cendana ini juga memegang 99 persen kepemilikan perusahaan.

Karena termasuk proyek nasional, banyak privilese yang diterima perusahaan ini. Sehingga harga mobil Timor menjadi sangat murah. Padahal mobil ini tidak benar-benar diproduksi di Indonesia. Aslinya, Timor adalah produksi Kia Motor yang bermarkas di Korea Selatan. Namun sebagai mobil nasional, ia harus memiliki kandungan lokal minimal 20 hingga 60 persen tiap operasi.

Ada dua produk Timor: S5 (Sedan) dan SW516i (Station Wagon). Untuk seri S5, terbagi dalam S515 (SOHC karburator) dan S516 (DOHC injeksi). Untuk S516i (sedan) dan SW516i diproduksi terbatas. Seluruh seri ini sebenarnya tidak lebih dari rebranding mobil Kia.

Privilese yang dimiliki PTN antara lain bebas bea atas komponen impor dan bebas pajak barang mewah. Jadi wajar kalau Timor bisa dijual dengan harga sangat murah. Bahkan warisan murahnya terasa sampai sekarang. Namun perjalanan mobil Timor dan TPN mandeg pada tahun 2000, saat rezim Orde Baru runtuh berikut dengan gurita bisnisnya.

Memangnya boleh semurah itu?

Mungkin Anda bertanya-tanya, memangnya seberapa murah sih harga jual mobil Timor sekarang. Untuk seri S516i dan SW516i, harganya masih mahal. Sekitar 20 hingga 30 jutaan. Tentu tergantung kualitas, kelengkapan surat, dan orisinalitas. Maklum, dua seri ini memang barang langka dan collectible. Apalagi seri SW516i yang memang sangat terbatas.

“Harga 30 jutaan kok dibilang mahal?” Mungkin Anda bertanya seperti itu. Jadi gini, untuk seri reguler S5, harga paling mahal di marketplace sekitar 20 jutaan. Tapi harga termurahnya adalah 10 juta rupiah! Bayangkan, beli mobil yang masih lebih murah daripada motor ngabers.

Saya sendiri pengguna Timor S515. Dan benar, mobil ini saya beli seharga 10 juta. Surat lengkap dan pajak hidup. Tapi memang kondisi mobil ini tidak 100 persen prima. AC mati, rem seret, dan kaki-kaki keras adalah masalah utama. Toh jika saya servis semua, paling mahal cuma nambah 5 jutaan. Namun dari bodi, kelistrikan, dan tentu saja mesin, boleh lah diadu mobil tua lain.

Mobil Timor bandel dan irit bensin

Dengan harga semurah itu, apakah kualitasnya layak? Itu yang menjadi pertanyaan saya sebelum membeli mobil Timor. Pemilik mobil sebelumnya menjawab dengan atraksi. Dia membawa mobil ini dari Karanganyar sampai Jogja tanpa towing dan dalam waktu beberapa jam untuk membuktikan mobil ini memang bandel dan sehat. Oke, atraksi ini cukup membuat saya percaya.

Tapi pembuktian terbaik tentu adalah pemakaian sehari-hari. Dan saya merasakan bahwa mobil ini, meskipun dari luar seperti sampah, masih segagah kuda pacu. Untuk ngebut masih mampu lah sampai di atas 100 km/jam. Untuk naik turun Pegunungan Menoreh juga kuat pakai gigi 2. Waktu saya kondangan ke daerah tersebut, mobil Timor butut ini berani mengejek mobil LCGC lain. Menyalip dengan ringan tanpa sibuk pindah-pindah gigi.

Perawatan mobil Timor butut ini juga mudah. Semenjak saya beli tahun lalu, mungkin baru ganti busi satu kali. Sedangkan kaki-kaki yang bermasalah memang masih saya biarkan. Toh masih cukup nyaman kalau untuk perjalanan di kota. Yang sempat bikin hampir boncos adalah masalah rem. Tapi, masih cukup murah karena bisa kanibal dari mobil keluaran Mazda dan tentu saja Kia.

Tapi kalau mogok bikin repot

Masalah utama mobil ini adalah ketika mogok. Dan ini menjadi pengalaman paling bajingan selama saya memiliki mobil ini. Mogoknya bukan karena rusak mesin dan hal parah lain, tapi karena saya lupa mematikan lampu mobil saat parkir. Akhirnya akinya tekor. Sebenarnya ada solusi mudah: dorong mobil saat gigi netral, lalu masukkan gigi 1 atau 2 tiba-tiba.

Masalahnya, body mobil Timor bukan kaleng, melainkan tebal dan sudah pasti berat. Akhirnya kami sekeluarga ganti-gantian mendorong mobil. Saya sih tidak ikutan mendorong bukan karena malas, tapi karena cuma saya yang bisa nyetir mobil manual.

Terlepas dari pengalaman mogok tersebut, tidak ada yang menyebalkan dari mobilnya Tommy Soeharto ini. Paling hanya problem sepele di atas dan sejarah mobil yang penuh nepotisme ini. Sisanya, memiliki mobil ini cukup menyenangkan dan memanjakan dompet. Jadi, sebenci-bencinya saya pada Orba, terima kasih atas mobil nasional yang bandel ini.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Toyota Agya Bekas, Mobil Pertama Terbaik untuk Pengemudi Pemula.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version