Minta resep makanan ke penjual karena pengin bikin sendiri di rumah sama saja mematikan usaha orang lain. Kenapa nggak coba eksplorasi sendiri aja, sih?
Wisata kuliner adalah jenis wisata termurah yang bisa kita lakukan. Bermodal duit puluhan ribu saja kita bisa mendapat aneka macam makanan seperti sempolan, siomai, jasuke, dll. Itu baru makanannya, belum minumannya yang makin ke sini juga makin bervariasi. Ada es lumut, es semangka India, dan seabreg minuman kekinian lainnya.
Saat menemukan jenis kuliner yang pas lidah, tak jarang kita akan repeat order ke pedagang yang sama, bahkan merekomendasikannya kepada orang lain. Sah-sah saja, sih. Bukankah ketemu makanan enak itu juga suatu kebahagiaan? Dan kebahagiaan memang selayaknya dibagikan. Saya pun sering melakukannya.
Sayangnya, soal ketemu makanan enak ini, ada saja orang ndlogok yang dengan teganya bertanya resep makanan secara langsung kepada penjual. Niatnya sih supaya bisa bikin sendiri di rumah. Tujuannya tentu saja untuk menyelamatkan beberapa lembar rupiah. Dih. Kok ada ya orang kayak gitu?
Daftar Isi
Resep makanan adalah perjalanan panjang
Sungguh saya tak habis pikir di mana nalar orang yang dengan nggak tahu malunya bertanya resep rahasia suatu makanan secara langsung kepada penjual. Tidakkah mereka sadar bahwa resep bukan sekadar tulisan beraneka bumbu dan prosedur memasak semata? Lebih dari itu, resep adalah perjalanan panjang. Di balik suatu resep makanan yang enak, tersimpan cerita yang sering kali beriringan dengan luka dan air mata.
Saya ambil contoh satu, Bebek Kaleyo. Bagi kalian yang pernah makan Bebek Kaleyo, kalian pasti setuju bahwa bebek satu ini lebih enak dibanding kompetitornya. Nah, resep yang membuat si bebek ini terasa istimewa tentu nggak hadir begitu saja lewat mimpi, apalagi modalan tanya resep bumbu ke kompetitor. Nggak gitu.
Tak banyak yang tahu bahwa sebelum memutuskan membuka warung makan bebek, sang pemilik usaha telah melakukan banyak sekali rangkaian uji coba resep. Saat mencoba suatu resep, mereka akan melakukan blind test, begitu seterusnya, hingga mendapat hasil 10 dari 10 orang tester merasa bahwa bebek buatan mereka lebih enak.
Kalian tahu berapa kali percobaan yang telah mereka lakukan? 120 kali! Wah, ini kalau mentalnya nggak kuat, nggak mungkin bertahan untuk terus mencoba hingga ratusan kali. Untuk segala kegilaan, air mata, dan perjuangan itu, kok ada saja orang yang tega tanya resep rahasia satu makanan ke penjual langsung? Situ sehat?
Awalnya bikin buat dimakan sendiri, lama-lama…
Memang beberapa penjual mungkin akan membagikan resep makanan mereka saat ada yang bertanya. Mereka membagikan resep antara nggak enak karena yang tanya adalah orang yang mereka kenal atau meyakini bahwa resep yang sama akan menghasilkan rasa yang berbeda, tergantung siapa yang masak.
Masalahnya, manusia itu hatinya mudah sekali dibolak-balik. Setelah mendapatkan resep makanan, apa ada jaminan bahwa resep itu hanya akan berakhir untuk konsumsi pribadi sebagaimana yang dulu diniatkan? Belum tentu. Lama-lama tergoda juga untuk ikut-ikutan jualan. Apalagi profit margin bisnis kuliner ini nggak main-main. Angkanya bisa sampai 50 persen. Yakali nggak tergoda? Cuan, Bos!
Adalah benar bahwa orang lain bisa meniru usahamu tapi tak demikian dengan rezekimu. Benar juga bahwa rezeki itu sudah tertakar dan nggak akan tertukar. Tapi, manusia juga dibekali otak untuk berpikir. Mau dipikir sampai botak pun, bertanya resep rahasia makanan ke penjual itu nggak etis, entah untuk konsumsi pribadi apalagi sampai dijual. Titik.
Saya pernah baca di X pengalaman seorang pelaku kuliner yang membagikan resep makanan pada seorang kawan karena saat itu kawannya bertanya. Siapa sangka, beberapa waktu kemudian, bermodal resep itu, si kawan membuka usaha yang sama, dengan nama dan desain gerobak yang sangat mirip. Sejak saat itu, retaklah hubungan keduanya.
Daripada tanya resep, kenapa nggak coba eksplorasi sendiri?
Sebetulnya sah-sah saja ketika kita merasa cocok dengan rasa suatu makanan dan ada keinginan untuk membuatnya sendiri di rumah. Namun, caranya juga harus diperhatikan.
Alih-alih bertanya resep langsung kepada pemilik, kenapa nggak dieksplorasi sendiri saja? Caranya dengan mencoba mengurai resepnya berdasarkan apa yang lidah kita rasakan. Jika memang terbiasa dengan wisata kuliner, lidah kita pasti sudah kaya dengan khazanah rasa. Lidah bisa dengan mudahnya mengidentifikasi bahan dan bumbu apa saja yang ada di balik makanan tersebut.
Nah, jika sudah diidentifikasi, tinggal eksekusi di dapur. Persis dengan tantangan yang ada di MasterChef, yaitu menduplikasi makanan berdasarkan rasa. Perkara hasil yang didapat tak sama, ya itu risiko. Siapa suruh sok ngide bikin sendiri di rumah? Sudah enak tinggal beli saja kok royal.
Lagian tanya resep dengan tujuan supaya bisa bikin sendiri di rumah itu sama saja dengan mematikan usaha orang lain tahu. Terus, kamu tega gitu melakukannya?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 10 Resep Makanan Terbaik dari Devina Hermawan, Chef Kesayangan Kita Semua.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.