Mie Gacoan Bikin Saya Antre Nungguin Orang Lain Selesai Makan, Bukan Antre Nungguin Pesanan Datang

Di Mie Gacoan, Kita Nggak Antre Nungguin Pesanan Datang, Kita Antre Nungguin Orang Selesai Makan

Di Mie Gacoan, Kita Nggak Antre Nungguin Pesanan Datang, Kita Antre Nungguin Orang Selesai Makan (Unsplash.com)

Makanan fenomenal itu bernama Mie Gacoan. Soal bagaimana rasanya, tentu saja balik kepada selera masing-masing. Kalau saya yang ditanya, ya saya jawab biasa saja. Dalam penilaian saya yang doyan jajan ini, Mie Gacoan tipikal mi yang… apa, ya, istilahnya? Saya sih menyebutnya kelet. Ya gitu, minya lengket, saling menempel satu sama lain. Kalau saya sih nggak suka.

Namun, sepertinya wong Tegal yang nggak suka makan Mie Gacoan kayaknya cuma saya, deh. Buktinya, tiap kali lewat oulet Mie Gacoan cabang Tegal, ramenya kayak antre sembako murah. Antrean pembeli panjang bener kayak struk belanjaan tanggal muda. Sementara parkirannya, tumpah sampai ke bahu jalan. Padahal area parkiran Mie Gacoan Tegal ini luas, lho. Bisa-bisanya nggak muat untuk menampung kendaraan pembeli.

Bukan antrean memilih menu baru

Kembali lagi ke soal antrean pembeli Mie Gacoan yang mengular. Berdasarkan pengalaman ikut mengantre di Mie Gacoan sebanyak 3 kali, saya berkesimpulan bahwa para pembeli yang mengantre sejatinya bukanlah sedang mengantre untuk memilih menu atau menunggu pesanan datang.

Begini. Kalau kamu pergi tempat makan pada umumnya, misalkan Rocket Chicken, dan kamu harus mengantre, sejatinya kamu sedang mengantre untuk memilih menu apa yang akan kamu pesan. Iya apa iya?

Nah, di Mie Gacoan nggak gitu. Lha, wong menunya bisa di scan barcode, kok. Scan barcode-nya pun terpampang nyata. Jadi, meskipun kamu datangnya terakhir, kamu tetep bisa maju untuk scan barcode, lalu baru bergabung ke dalam antrean. Sambil ngantre, sambil pilih-pilih menu, deh.

Baca halaman selanjutnya: Ada antrean apa di Mie Gacoan?

Antrean apa di Mie Gacoan?

Lantas, jika di Mie Gacoan bukan antre karena pilih menu, apakah antre karena menunggu pesanan datang? Ah, nggak juga. Pesanan datang relatif cepat, kok. Apalagi kalau kamu cuma pesen mi. Mungkin karena mereka masak minya sekalian dalam porsi banyak kali ya, sehingga bokong pembeli baru nempel kursi bentaran aja, pesanan sudah datang.

Jadi, orang-orang pada ngantre apa dong di Mie Gacoan?

Jawabanya adalah mereka ngantre orang selesai makan.

Lho, kok bisa?

Begini. Katakanlah kamu ada di antrean nomor satu. Kamu udah selesai pilih menu. Harusnya kan tinggal duduk manis menunggu pesanan datang. Iya apa iya? Sialnya, kursi di outlet Mie Gacoan itu selalu aja penuh, apalagi di jam-jam orang lapar. Kalau kamu datang pas jam makan, dijamin nggak akan kebagian tempat. Akhirnya mau nggak mau, kamu harus tetap berdiri dalam antrean untuk menunggu ada orang yang selesai makan dan meninggalkan kursinya untukmu.

Drama kursi

Nggak berhenti sampai di situ. Kalau ndilalah yang selesai makan adalah pembeli di meja dengan kapasitas 2 orang, sementara kamu datang berempat, yang boleh masuk ya cuma dua orang. Kamu nggak bisa minta tambahan kursi. Kalau mau kekeuh berempat, kamu harus merelakan jatah antreanmu untuk pembeli di belakangmu, yang saat itu datang berdua.

Terus gimana? Ya, kamu harus menunggu ada pembeli di meja dengan kapasitas 4 orang yang selesai makan. Nah, lho, keburu lebaran onta nggak, tuh?

Begitupun sebaliknya. Saat kamu datang berdua dan antrean di belakangmu juga datang berdua, lalu ada pembeli di meja dengan kapasitas 4 orang cabut, pelayan Mie Gacoan akan menawarkan kamu untuk satu meja dengan orang yang antre di belakangmu. Biar genap 4 orang gitu. Kalau semua setuju, ya boleh masuk. Kalau nggak setuju dengan alasan kenyamanan, ya kayak tadi itu.

Weslah. Pokoknya di Mie Gacoan tuh beneran definisi pembeli antre bukan karena menunggu pesanan atau makanan datang, tapi menunggu pembeli lain kelar makan. Sungguh suatu keadaan yang membuat orang berhati lemah kayak saya jadi makin lemah.

Makanya pas giliran dapat kursi dan pesanan datang, saya nggak bisa menikmati makanan dengan sepenuh hati. Hawanya pengin buru-buru udahan. Main telen aja udah. Wong dilihatin terus sama pembeli lain yang lagi ngantre. Sorot mata mereka seolah berkata, “Cepetan, woy!!!”

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mie Gacoan, Tolok Ukur Kemajuan Suatu Daerah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version