Pada salah satu platform streaming digital terkemuka, serial Midnight Diner: Tokyo Stories dirilis pertama kali pada tahun 2016 dengan 3 Season. Bagi kalian yang sangat menyukai masakan Jepang dan budaya negeri sakura, serial ini tidak boleh dilewatkan. Midnight Diner sendiri merupakan mini serial, artinya setiap episode yang dikeluarkan merupakan edisi yang berbeda-beda.
Serial ini diadaptasi dari komik dengan judul Shinya Shokudo, yang memiliki arti sama dengan nama versi Inggrisnya. Cerita dari serial ini berpusat pada kedai atau diner di sebuah kawasan Shinjuku, Tokyo yang bernama Meshiya. Kedai kecil tersebut hanya buka dari pukul 12:00 dini hari hingga sekitar pukul 07:00 pagi.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, siapa yang mencari makan di larut malam seperti itu? Yap, budaya Jepang yang super sibuk membuat kedai semacam ini kerap bermunculan, terutama di kota besar seperti Tokyo. Kalau di Indonesia, mungkin Meshiya lebih mirip seperti warmindo (warung makan indomie) atau warkop (warung kopi).
Tidak seperti kedai pada umumnya, Meshiya tidak memiliki banyak menu yang ditawarkan kepada pelanggannya. Master, karakter utama dalam serial ini, merupakan koki dan pelayan bar yang menjalankan rumah makan. Dia selalu menawarkan pelanggannya untuk memesan apa saja dan akan membuat menu yang dipesan selama memiliki bahan-bahan yang dibutuhkan. Kadang-kadang, beberapa pelanggan malah membawa sendiri bahan yang mereka minta untuk dimasakkan oleh Master.
Cerita yang disuguhkan dari serial Midnight Diner berfokus pada para pelanggan yang datang ke kedai makan tersebut. Serial ini merupakan drama slice of life berformat antologi. Pelanggan yang datang rata-rata membawa masalahnya ke warung makan tersebut. Masalah yang dinarasikan pun beragam, mulai dari kesepian, patah hati, masalah rumah tangga, dan masalah-masalah umum kehidupan lainnya.
Setiap episode dinamai dengan hidangan yang biasa dipesan oleh pelanggan yang akan menjadi poros cerita di episode tersebut. Awal adegan dari Midnight Diner: Tokyo Series ini dimulai dengan pembicaraan yang dilakukan oleh pelanggan di Meshiya. Hingga akhirnya, penonton pun diajak untuk mengetahui lebih lanjut kisah hidup dari karakter tersebut.
Secara umum, setiap episode khusus untuk membahas satu masalah pelanggan. Kisahnya juga memiliki genre tersendiri. Ada yang bertujuan untuk menyampaikan pesan haru kepada pemirsa. Ada pula yang dari awal sampai akhir hanya berjalan sebagai cerita konyol. Mengisahkan tokoh-tokoh yang tidak biasa, seperti seorang transpuan.
Karakter Master dalam serial ini digambarkan sebagai sosok yang misterius, dihormati karena bakatnya dalam memasak, tetapi tidak memiliki latar belakang yang jelas. Master memiliki bekas luka jelas pada wajahnya. Diceritakan dalam satu episode bahwa luka tersebut akibat sabetan pedang dari masa lalunya, namun detail lengkapnya tidak dijelaskan.
Master digambarkan sebagai sosok yang simpatik. Terlepas dari berbagai masalah pada pelanggannya, dia tidak pernah terlibat terlalu jauh dalam urusan tersebut. Secara umum, Master tidak terlibat pada adegan-adegan dengan mereka, kecuali di restorannya. Master menolong dengan memasak makanan dan memberikan saran.
Karakter yang terbangun pada Master adalah pemberi saran, dari tokoh-tokoh lain yang mengungkapkan ketidaknyamanan atau masalah kepada Master untuk berdiskusi dan merenungkan masalah dengan Master. Master tidak terlibat dalam pembicaraan yang mendalam, walaupun begitu pemikiran bijak yang dia ungkapkan memiliki pengaruh.
Dibandingkan terlibat secara langsung dalam masalah pelanggannya, Master biasanya menawarkan saran. Sebagian besar waktunya dia lakukan untuk memasak, membersihkan piring, dan merokok.
Master memiliki beberapa aturan, dia membatasi tiga minuman per orang, dan jika terjadi perkelahian harus dilakukan di luar.
Serial ini tidak bertele-tele dalam mengisahkan setiap narasi kehidupan pelanggannya. Durasi satu episode Midnight Diner: Tokyo Series ini kurang lebih hanya 25 menit. Durasi tersebut cukup untuk memberikan perkenalan, memasuki konflik, dan mengatasi konflik.
Salah satu hal yang menarik di sini ialah penonton akan disuguhkan makanan rumahan ala Jepang seperti nasi goreng, ramen, udon, telur dadar, yang direkam secara close-up dan memperlihatkan bahan-bahan segar yang digunakan. Selain artistik, tentu saja ini akan membangkitkan selera makan penonton. Cocok lah kalau ditonton saat makan malam selepas kerja.
Bagi kita orang Indonesia, mungkin bisa jadikan warkop atau warmindo sebagai tempat untuk melepas penat dan lelah, tapi yaaa menunya Indomie lagi Indomie lagi…
Sumber Gambar: digitallydownloaded.net
BACA JUGA 5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner