Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya

Meterai Tempel Boleh Dipakai dalam Pendaftaran Seleksi CPNS 2024, Bukti Nyata kalau Pemerintah Hobi Nge-prank Warganya (Wikimedia Commons)

Setelah kemarin penggunaan e-meterai dalam seleksi CPNS 2024 diwajibkan, eh, sekarang pemerintah mengubah kebijakan sehingga meterai tempel boleh dipakai. Kenapa nggak dari awal aja, sih?

Menjelang satu hari sebelum penutupan pendaftaran seleksi CPNS 2024 kemarin (5/9) ada dua pengumuman penting yang mengejutkan. Pertama, pendaftaran ASN diperpanjang sampai tanggal 10 September dari yang awalnya 6 Sepember. Sebuah pengumuman yang disambut sukacita oleh mayoritas pejuang CPNS 2024. Setidaknya masih ada harapan untuk melanjutkan seleksi CPNS 2024 mengingat dalam beberapa hari ini sedang riuh dengan drama e-meterai.

Belum cukup sampai di situ, pemerintah masih punya kejutan kedua. Meterai tempel akhirnya boleh dipakai sebagai opsi untuk menggantikan e-meterai. Untuk keputusan yang terakhir ini respons masyarakat terbagi menjadi dua. Di satu pihak ada yang bersyukur karena mendapatkan kemudahan. Sementara pihak yang lain merasa kecewa karena pemerintah tidak bersikap adil.

Masyarakat kecewa lantaran pemerintah lamban memberikan solusi

Keputusan melonggarkan penggunaan meterai tempel disambut tawa getir. Pelamar yang sudah berjuang mati-matian demi e-meterai cuma bisa pasrah dengan keputusan lucu ini. Barangkali energi untuk marah saja sudah tidak punya. Sebab seluruh energi sudah tersedot habis untuk drama e-meterai. Merasa diprank pemerintah? Oh, sudah tentu.

Sebenarnya prahara e-meterai ini sudah bisa dirasakan bibit-bibitnya sejak tanggal 2 September 2024. Ekskalasinya semakin tinggi menjelang tanggal 6 September, jadwal awal penutupan pendaftaran. Ratusan ribu orang yang mengakses e-meterai secara bersamaan membuat server kewalahan.

Bukan hanya kesulitan membeli e-meterai, orang yang sudah membeli dari jauh-jauh hari pun dibuat stres. Pasalnya mereka nggak bisa mengakses e-meterai yang sudah dibeli. Orang-orang panik di sana sini. Mengingat waktu penutupan pendaftaran semakin mepet, sedangkan kelangkaan e-meterai belum ada solusinya.

Jika saja pemerintah sigap melonggarkan aturan saat suasana mulai chaos, saya yakin mereka nggak akan dihujat habis-habisan seperti ini. Masyarakat nggak akan kehilangan uang dan waktunya dengan sia-sia hanya untuk mengurusi e-meterai. Nggak sedikit lho yang rugi sampai ratusan ribu namun e-meterainya tetap nggak bisa dipakai. Tidak menutup kemungkinan ada yang sakit karena begadang dan stres perkara e-meterai. Nggak akan ada pula korban tipu-tipu calo yang dengan teganya masih mendulang untung di tengah kesulitan orang lain.

Keputusan mewajibkan e-meterai alih-alih meterai tempel memang sudah riskan dari awal

Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, pendaftaran seleksi CPNS kerap berujung diperpanjang. Alasannya klasik, server pemerintah nggak sanggup melayani pelamar yang membludak. Dari kasus yang terus berulang ini, seharusnya pemerintah sadar diri dengan kemampuannya.

Memang seharusnya penggunaan e-meterai dijadikan opsional saja dari awal, jangan diwajibkan. Nggak perlu memaksakan digitalisasi kalau server saja masih bapuk. Bukannya jadi praktis, rakyat malah dibikin mau nangis dengan kebijakan ini.

Lucunya, angan menerapkan digitalisasi ini terasa kurang serius. Sebab masih banyak instansi yang mempersyaratkan tanda tangan basah, bahkan menulis tangan dokumen untuk kemudian dibubuhi e-meterai. Aneh bukan? Mending sekalian saja pakai cara konvensional. Toh baik e-meterai dan meterai tempel punya legalitas yang sama.

Lagi pula kalau dipikir-pikir lagi, penggunaan meterai tempel bisa jadi solusi tengah bagi semua pihak. Pelamar nggak akan merasa dipersulit. Pemerintah nggak perlu repot-repot menyiapkan server yang powerfull.

Di sisi lain, keuntungan dari penjualan meterai tempel bisa dirasakan rakyat kecil. Sebab meterai tempel bisa ditemukan dengan mudah di fotokopian dan toko-toko kecil di pelosok pemukiman. Berbeda dengan e-meterai yang profitnya hanya berputar di kalangan atas saja.

Ralat dari pemerintah tidak akan bisa memuaskan semua pihak

Dari kasus ini, kita bisa melihat bahwa keputusan yang mencla-mencle itu akan terkesan serba salah. Sudah dimudahkan pun masih ada saja pihak yang nggak puas. Wajar sih karena pelonggarannya telat. Sebagian besar pelamar sudah terlanjur berjuang habis-habisan demi mematuhi persyaratan awal. Belum lagi masih ada potensi TMS (tidak memenuhi syarat) jika ada kesalahan dengan e-meterainya. Kekecewaan mereka tentu sangat bisa dimaklumi.

Berpikir masak-masak sebelum membuat kebijakan memang sangat diperlukan. Termasuk mempersiapkan upaya mitigasi untuk berbagai jenis kendala. Mengubah-ubah peraturan justru menunjukkan kalau pembuat kebijakan nggak kompeten. Lagi-lagi rakyat yang akan dirugikan dari penerapan aturan yang nggak jelas.

Banyak sekali bahan evaluasi dari pelaksanaan seleksi CPNS tahun 2024 ini. Nggak hanya soal perubahan kebijakan dari mewajibkan penggunaan e-meterai jadi bisa memakai meterai tempel. Pada akhirnya, segala sesuatunya sudah terlambat untuk disesali. Ikhlaskan saja kebijakan pemerintah yang kerap menguji kesabaran. Kita berdoa yang terbaik semoga para pejuang CPNS 2024 diberi kelancaran dalam setiap usahanya.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA E-meterai Cara Halus Pemerintah “Merampok” Duit dan Waktu Pelamar CPNS 2024.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version