Menyimak Perdebatan Penikmat Djarum Super dan Gudang Garam yang Tak Ada Habisnya

ICJ satuan waktu sak ududan perokok anak kecil djarum super mojok mulut asbak

perokok anak kecil djarum super mojok mulut asbak

Setelah berdiam diri di depan laptop karena bingung menentukan tema untuk menulis. Akhirnya saya terinspirasi melihat teman yang malu untuk meminta rokok Gudam Garam Filter saya karena dia menghisap rokok Djarum Super. Memang rasa dari kedua merek ini berbeda, tapi ada kesamaannya seperti filternya manis, bau khas minyak cengkeh yang harum dan ada bunyi “kretek-kretek” saat dihisap.

Karena kejadian itu, saya merasakan adanya rivalitas antara penghisap rokok Gudang Garam Filter dan Djarum Super. Hampir di semua tempat nongkrong pasti selalu saja menemui perokok Djarum Super atau Gudang Garam Filter atau yang biasa dikenal Garpit dan merasakan ketidakakuran dari penghisap kedua merek rokok tersebut.

Sebelum melanjutkan, kita harus tahu sedikit sejarah dari kedua merek rokok ternama ini.

Pada tahun 1958, Surya Wonowidjojo membuat pabrik rokok yang kemudian ia namai Gudang Garam yang lokasinya di Kediri. Nama Gudang Garam tadi ia dapatkan saat sedang bermimpi dari tidurnya dan melihat sebuah gudang dan pemandangan yang sekarang menjadi logo perusahannya.

Gudang Garam memiliki tarikan yang keras karena termasuk tipe rokok berat dan mengandung tar dan nikotin yang cukup tinggi. Wajar kalau para perokok pemula terbatuk-batuk menghisap rokok ini.

Nah kita sekarang beralih ke Djarum. Pada tahun 1951, Oei Wie Gwan mendirikan pabrik rokok yang dinamai Djarum yang berlokasi di Kudus. Sebelum mendirikan pabrik rokok, Oei Wie merintis usaha dengan membuat rokok untuk para militer.

Djarum tidak jauh berbeda rasa dengan Gudang Garam, tapi tarikannya lebih tajam seperti namanya. Rokok ini juga termasuk rokok berat karena memiliki Tar dan Nikotin yang tinggi.

Kalau membandingkan rasa Garpit dan Djarum Super memang akan terasa berbeda. Penghisap Garpit menyebut Djarum Super seperti rokok kecoa atau menyan karena aromanya. Sebaliknya, penghisap Djarum Super menyebut Garpit sebagai rokok cabe karena rasa pedas di tenggorokan. Selain itu, Garpit juga sering disebut rokoknya tukang becak dan kuli.

Padahal mah, Djarum juga disebut rokok kuli sama penikmat rokok putihan.

Menurut penjelasan teman saya yang penikmat Djarum Super dan Garpit, dia mengatakan Djarum Super memiliki filter yang manis, aromanya nikmat, dan lembut. Berbeda dengan Garpit yang rasa filternya manis-manis asin dan tidak terlalu panjang ukurannya tapi nyegrak.

Jadi saya ambil kesimpulan Gudang Garam memiliki cita rasa yang luar biasa dibantu dengan rasa filter yang khas bagi penggunanya termasuk saya. Tidak terlalu panjang dan baunya tidak menyengat. Tapi rasanya sudah mulai berbeda semenjak Garpit mengganti desain bungkusnya dengan yang baru. Berbeda dengan Djarum Super yang memiliki rasa lebih lembut dari Garpit, tidak nyegrak dan memiliki ukuran rokok yang panjang.

Penghisap Djarum Super dan Garpit juga mempunyai aturan yang berlaku di tongkrongan seluruh Indonesia. Penikmat Garpit tidak akan menghisap rokok keluaran Djarum Super. Begitu pun sebaliknya. Saat salah satu ada yang kehabisan rokok, mereka akan saling mengejek dan berseteru. Dan akhirnya, mau tidak mau meminta rokok yang disebutnya tidak enak.

Kalau keadaan itu terjadi, akan muncul ejekan-ejekan seperti “Katanya Garpit rokok kuli tapi lu embat juga”. Hanya ada satu hal yang kemungkinan mereka sepakati. Mereka sepakat bahwa kedua merek rokok dan bahkan semua merek rokok tidak baik untuk kesehatan dirinya sendiri.

Biasanya, perdebatan antar rasa rokok ini hanya terjadi di kalangan penikmat kretek. Karena cita rasa dari rokok putihan yang hanya gitu-gitu saja. Ditambah merek rokok kretek ada banyak sekali seperti Sukun dan Sriwedari, sehingga membuat kesan rasa rokok kretek menjadi beragam.

Kalau dilihat dari harga, perbedaannya pun tidak terlalu signifikan. Hanya bedanya Garpit bisa dijual secara ketengan sedangkan Djarum Super hanya beberapa toko yang mau menjualnya secara batangan. Itu yang menyebabkan Gudang Garam Filter lebih sering dibeli oleh pekerja harian.

Meskipun begitu, apapun merek rokok, harga, cita rasa, dan ego yang kita pertahankan, kemungkinan besar akan runtuh kalau kamu tidak memiliki rokok saat sedang nongkrong. Ujungnya, kalian bakal meminta rokok teman yang sebelumnya sering diejek. Dan pada akhirnya kita akan memilih menurunkan ego daripada tidak merokok.

Apapun rokok yang kamu hisap, hargailah perokok lain karena setiap rokok merek rokok punya cita rasa yang berbeda-beda dengan kekhasannya masing-masing. Terakhir, merokoklah dengan bijak.

BACA JUGA Sudah Tahu Bakal Sakit Hati, Malah Masih Kepo Mantan Berulang Kali dan tulisan Risky Priadjie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version