Mental Qarun: Kere Pusing Sugih Flexing

Mental Qarun: Kere Pusing Sugih Flexing, ngemis online

Mental Qarun: Kere Pusing Sugih Flexing (Pixabay.com)

Qarun dan pelaku ngemis online itu sama saya pikir, sama-sama minta diakui

Saya sempet dongkol ketika melihat fenomena ngemis online yang viral beberapa waktu lalu. Sambil terheran-heran, “Buset, sekarang aja pengemis bisa WFH, loh.” Dan ada yang ngasih loh. Ngasihnya juga nggak sedikit. Dan setelah beliau itu trending dan dapat uang banyak, sampai-sampai diundang ke acara televisi. Saya berharap kegiatan ngemis online akan segera berhenti karena saya pikir sudah cukuplah untuk buka usaha dengan modal segitu. Tapi sepertinya belum ada semacam klarifikasi akan berhenti sampai di sana. Bahkan beliaunya sempat flexing kendaraan baru hasil ngemis online. Tidak main-main, beli cash dua motor sport sekaligus!

Saya jadi teringat kisah Qarun yang hidup di zaman Nabi Musa dulu. Qarun dari yang semula adalah pedagang miskin yang cerdas dalam mengelola usahanya, sambat pada Nabi Musa. Ia meminta Nabi Musa agar mendoakan dirinya dapat kekayaan yang berlimpah. Inilah cerdasnya Qarun, dia tidak ngemis ke Fir’aun atau Haman yang saat itu merupakan dua sosok penting dalam kerajaan. Tapi ke Nabi Musa, yang merupakan seorang utusan Tuhan. Dan Nabi Musa akhirnya berdoa pada Tuhan agar Qarun dikaruniai harta yang melimpah ruah. Dan walhasil, Qarun menjadi kaya raya.

Persamaan keduanya adalah, pertama dua-duanya sama-sama berawal dari miskin dulu. Jika kita menilik sejarah, Qarun merupakan orang miskin yang taat beribadah dan rajin melakukan pekerjaannya sebagai pedagang. Hal itu yang membuat Nabi Musa respect pada Qarun sehingga beliau akhirnya mau mendoakan Qarun agar diberikan kekayaan oleh Tuhan. Sedangkan the online beggar, dari beberapa unggahannya di media sosial, saya melihat sepertinya tidak miskin-miskin amat. Bahkan beberapa waktu lalu ia sempat mengunggah “ruang kerjanya” yang bahkan lebih bagus daripada kamar kos saya. Dari situ saya berasumsi bahwa orang ini tidak miskin secara materil, hanya mentalnya saja.

Kedua, dua-duanya memiliki bakat terpendam masing-masing. Qarun memiliki bakat terpendam di bidang ekonomi, dan the online beggar memiliki bakat sebagai host amatir reality show. Dan bakat ini yang mengantarkan mereka menuju pada kekayaan. Qarun dari awal adalah seorang pedagang yang terkenal karena rajin dan cerdas, selain itu ia juga taat beribadah. Hal ini yang membuatnya dipercayai banyak orang ketika itu. Dan kepercayaan adalah modal utama bagi pengusaha. Tanpa uang, seorang pengusaha bisa membuka kembali bisnisnya yang bangkrut. Tapi tanpa kepercayaan, habis. Sedangkan beliau the online beggar, dari beberapa cuplikan live streamingnya, beliau ini memiliki kemampuan sebagai host yang dapat menarik rasa simpati dari pemirsanya untuk memberi gift. Dan itu bukan sesuatu yang mudah, butuh skill seperti public speaking, komunikasi persuasif, dan lain sebagainya.

Persamaan yang ketiga, dua-duanya suka flexing alias pamer harta. Qarun flexing pada penduduk Mesir dengan membawa banyak para karyawannya ketika jalan-jalan di sekitar Mesir. Bahkan karyawannya disuruh membawa kunci-kunci gudang penyimpanannya agar semua warga Mesir tahu bahwa dirinya sangat kaya. Dan hal ini yang waktu itu sangat dibenci oleh masyarakat bani Israel sampai-sampai mereka melaporkannya pada Nabi Musa. Dan the online beggar, viral beberapa waktu lalu beliau flexing lewat media sosialnya dengan berfoto selfie bersama dua motor sport yang baru saja dibeli dengan uang hasil ngemis online. Banyak netizen yang akhirnya juga melakukan hal yang sama seperti bani Israel waktu itu, membuat laporan ke pihak-pihak terkait.

Akan tetapi perbedaannya adalah, Qarun tahu cara mengelola aset-asetnya, bahkan dia mengenalkan sistem perekonomian baru setelah ia berhasil memonopoli pasar waktu itu. Qarun tahu bahwa emas, logam mulia, dan tanah adalah aset yang akan terus naik harganya dan bukan defisit.  Akan tetapi yang terjadi pada beliau the online beggar ini agak lain. Saya pikir dia sudah merencanakan matang-matang apa selanjutnya yang akan ia lakukan setelah mendapat modal yang cukup. Ternyata, justru modalnya ia pakai untuk membeli barang yang nilainya defisit, bukan aset, apalagi memutarkan modalnya.

Kesimpulannya, dari segi ilmu pengetahuan saya pikir Qarun lebih cerdas, tapi keduanya memiliki kebutuhan mental yang sama; pengakuan dari orang lain atas kekayaan mereka.

Penulis: Zein Muchamad Masykur
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Memahami Apa Itu PMO yang Ramai Diperbincangkan di TikTok dan Cara Mengatasinya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version