Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur (Unsplash.com)

Dari data BPS Jawa Timur 2023, Sumenep menduduki peringkat ketiga sebagai kabupaten di Jawa Timur dengan penduduk miskin terbanyak. Nggak usah sedih, sebab ada hal-hal berikut yang bisa kita syukuri bersama.

Hidup di Sumenep mungkin bakal terasa membosankan bagi Anda yang datang dari kota besar seperti Bandung, Surabaya, Bali, Jakarta, atau bahkan Jogja. Sebab, Sumenep ya biasa-biasa aja. Kota ini cukup sederhana, beda dengan kota-kota besar lainnya yang tiap malam nyaris nggak pernah sepi dan terlihat mewah dengan gedung-gedung menjulang tinggi. Sementara Sumenep? Ya sebaliknya. 

Sumenep memang hanya sebuah kota kecil, tapi saya bangga hidup di sini. Sebab, ada beberapa hal yang bisa saya syukuri saat tinggal di sini

Nggak terlalu ramai, nggak macet, cuma miskin aja

Saat berselancar di media sosial, tak jarang saya menemukan keluh kesah dari warganet yang tinggal di kota besar macam Surabaya, Jogja, Jakarta, dll. Mereka sering tercekik di jurang kemacetan. Perjalanan yang mereka tempuh setiap hari untuk bisa sampai ke kantor atau sekolah kerap terganggu karena kemacetan. 

Sementara itu di Sumenep nggak ada dong yang namanya macet-macetan kayak gitu, wong di sini nggak sepadat di kota besar, kok. Sehingga durasi perjalanan warga sini yang hendak menuju ke tempat lain terasa singkat. Inilah yang perlu disyukuri dari Bumi Sumekar ini.

Yang perlu disyukuri selanjutnya—meski harus segera ditindaklanjuti—adalah kemiskinannya. Menurut data BPS Jawa Timur, Sumenep menduduki peringkat ketiga sebagai kabupaten dengan penduduk miskin terbanyak, di bawah Bangkalan dan Sampang yang berhasil menduduki peringkat pertama dan kedua. 

Lho, kenapa kemiskinan juga perlu disyukuri? Ya soalnya Sumenep “cuma” duduk di peringkat ketiga. Artinya, kalau dibandingkan dua kabupaten lainnya, Sampang, dan Bangkalan, Sumenep nggak miskin-miskin amat. 

Hanya punya satu taman wisata yang sepi, tapi pas untuk merenung dan berdoa

Sumenep hanya punya satu taman wisata, yakni Taman Adipura, yang bahkan kondisinya sepi. Saking sepinya, nenek saya yang dari Jember sampai kaget waktu ke sini. Ya kalau dibandingkan dengan alun-alun yang ada di Jember, jelas aja kalah jauh. 

Akan tetapi, suasana taman yang sepi justru ideal untuk merenung. Baik untuk merenungi nasib kenapa Sumenep bisa masuk peringkat ketiga sebagai kabupaten termiskin di Jawa Timur ataupun mau meratapi persoalan bantuan pemerintah yang kerap salah sasaran.

Selain untuk merenungi nasib, Taman Adipura juga cocok untuk jadi tempat berdoa. Sebab, taman ini tepat berada di depan Masjid Agung Sumenep. Bayangkan, betapa mulianya Anda jika merenungi hal-hal yang ada di Bumi Sumekar di taman ini. Sama saja seperti Anda merenung di depan halaman masjid. Setelah merenung, Anda bisa berdoa, mengharapkan hal-hal baik.

Baca halaman selanjutnya

Biaya hidup murah…

Biaya hidup murah

Di Sumenep bukan berarti semua harga barang nggak pada naik, ya. Saya perlu bersyukur tinggal di sini karena biaya hidupnya masih terjangkau ketimbang di kota lain. Biaya kos dan kontrakan, biaya kuliah, hingga karcis untuk masuk ke tempat wisata masih bersahabat dengan isi dompet. 

Nggak kekurangan sekolah, pondok pesantren, dan kampus

Nggak usah takut soal pendidikan di Sumenep. Di sini ada banyak sekolah, baik sekolah swasta maupun negeri. Pondok pesantrennya pun banyak dan nggak kecil. Paling yang perlu diperbaiki dan diperhatikan selain gaji guru honorer adalah fasilitas di sekolah seperti pembaruan buku di perpustakaan. 

Oh iya, di Sumenep juga nggak kekurangan kampus bagus, lho. Jangan mentang-mentang Sumenep termasuk kota kecil dan masuk kabupaten termiskin di Jawa Timur sampai dikira nggak ada kampus berkualitas di sini. Enak aja! Di sini ada Universitas Wiraraja, Universitas KH Bahaudin Mudhary, dll., lho. 

UMK Sumenep tertinggi se-Madura

Tahun 2023 ini Sumenep menyabet titel UMK tertinggi se-Madura. UMK di sini naik menjadi Rp2.176.819 dari sebelumnya Rp1.978.927. Ini merupakan hal lain yang perlu saya syukuri selama tinggal di sini. 

Mensyukuri hal-hal di atas, bagi saya adalah sebuah keharusan. Alhamdulillah… Artinya, di balik predikat kabupaten termiskin ketiga di Jawa Timur, setidaknya masih ada hal-hal baik yang bisa saya dapatkan di sini. Lagi pula, sebuah kota atau daerah pasti punya sisi gelap masing-masing, termasuk angka kemiskinan itu sendiri. Tinggal bagaimana kita sebagai warga yang tinggal di daerah tersebut menyikapinya.

Penulis: Zubairi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sumenep: Pantainya Diserbu Investor, Rakyatnya Diratakan Kemiskinan.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version