Menjadi Karyawan Teh Poci Selama 1 Bulan Adalah Pengalaman Bahagia yang Paling Saya Syukuri Seumur Hidup

Menjadi Karyawan Teh Poci Pengalaman Terbaik Seumur Hidup (Unsplash)

Menjadi Karyawan Teh Poci Pengalaman Terbaik Seumur Hidup (Unsplash)

Es teh memang minuman bisa, tapi bagi saya istimewa. Istimewa versi saya ini beda. Melalui minuman tersebut, saya banyak belajar tentang kehidupan, terutama setelah menjadi karyawan Teh Poci.

Masa liburan perkuliahan semester 5 adalah salah satu masa terberat bagi saya. Ekonomi keluarga sedang diuji, dan es teh yang menyelamatkan hidup saya adalah Teh Poci. Tapi, di sini saya tidak ingin bercerita tentang kenelangsaan saya saat diuji, tapi kisah saya dengan Teh Poci.

Teh Poci memang minuman sejuta umat. Franchise bisnis mereka banyak sekali. Mulai dari di pinggiran jalan hingga masuk mall besar. Rasanya yang nikmat, kemasan menarik, dan harga yang terjangkau membuatnya dicintai masyarakat dan menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. Bagi saya, Teh Poci adalah teh pembawa berkah untuk banyak orang.

Owner outlet Teh Poci memang sebaik itu

Sebenarnya, tidak pernah terbesit dalam diri saya untuk bekerja selama masih bergulat dengan dunia akademik. Bahkan saat liburan saja saya lebih memilih membaca buku atau melakukan kegiatan lain. 

Bukan tanpa sebab, bagi saya, kedua hal tersebut sangat melelahkan jika dilakukan secara bersamaan. Tetapi semua berubah ketika realita menghadapkan saya untuk harus berani mencoba. 

Masih saya ingat, tanggal 19 Juli 2022, kali pertama saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di sekitar lingkungan rumah. Setelah mendengar kabar bahwa Teh Poci membutuhkan karyawati, saya memberanikan diri mendatangi rumah pemilik outlet.

Tidak disangka, si owner menerima saya dengan baik, bahkan langsung training. Mungkin itu memang hari hoki saya. Sebelumnya, memang ada sedikit wawancara seperti biasa. Di sana, saya bilang ingin bekerja selama 1 bulan dan langsung deal. 

Saya respect dengan si owner sebuah outlet Teh Poci. Dia tidak melihat latar belakang orang dan berani mengambil keputusan. Beliau hanya bilang bahwa syarat bekerja di outlet Teh Poci cuma 2, yaitu sungguh-sungguh dan jujur.

Kebaikan hatinya memang terlihat. Dia tidak melihat latar belakang sebagai penentu utama. Terlihat dari orang yang bekerja di Teh Poci dominan dari orang biasa, bahkan kalangan kelas bawah. 

Lebih lanjut, saat itu, tidak banyak usaha yang mau menerima orang bekerja dalam waktu singkat. Dari sini terlihat jelas bahwa salah satu owner outlet Teh Poci ini berniat menolong.

Atmosfer keluarga dalam pekerjaan

Ketika bekerja di salah satu outlet, saya memiliki tanggung jawab yang berbeda dengan karyawan lainnya. Saya hanya bekerja setengah hari, sementara lainnya sampai pukul 4 sore. 

Pekerjaan saya sendiri fokus untuk membuat pesanan pabrik, membersihkan tempat pesanan, dan menjaga outlet pada hari Sabtu dan Minggu. Saya sangat menikmati pekerjaan pertama saya tersebut. Berangkat 7.30 pagi dan pulang sekitar pukul 1 siang. Cukup melelahkan, tapi membuat saya bahagia.

Sebagai pemula, saya banyak belajar dari karyawan-karyawan lama. Bahkan rasanya nggak kayak belajar, karena semuanya dalam suasana santai. Oleh sebab itu, saya justru bisa belajar banyak dari pemilik dan karyawan salah satu outlet Teh Poci tersebut.

Latar belakang para pekerja berbeda-beda. Baik dari segi usia, latar belakang pendidikan, atau status perkawinannya. Perbedaan yang ada membuat saya mengerti cara berbaur dan berbicara dengan berbagai jenis manusia. 

Atmosfer kekeluargaan dibangun dalam ruangan pesanan Teh Poci, dari guyonan, curhatan tipis-tipis, dan pembicaraan biasa sehari-hari, seperti makan hingga masalah keluarga tumpah di ruangan ini. Dan hal tersebut membuat saya merasa harus lebih banyak bersyukur. 

Pekerjaan yang sangat berkesan

Selama satu bulan bekerja di Teh Poci, saya belajar banyak hal. Misalnya, belajar softskill dari mengambil keputusan, public speaking, tidak gengsian, dan belajar menjalin relasi. 

Ilmu-ilmu di atas yang paling ngena dan membekas di saya, ketimbang ketika ikut organisasi kampus. Dulu, saya malah kesulitan menyerap ilmu dari kegiatan organisasi karena lebih banyak capeknya. Selain itu, selama ikut organisasi, yang paling terasa hanya belajar hard skill.

Paling menarik bagi saya adalah ilmu tidak gengsian. Dan memang nggak ada kesempatan untuk gengsi atau jaim ketika bekerja di sana. Ada beberapa orang mencibir keputusan saya bekerja di Teh Poci karena lokasinya di desa. Namun, saya tidak mau mendengarkan suara negatif itu. 

Intinya, saya pernah membuat keputusan terbaik dalam hidup melalui bekerja di Teh Poci. Saya bangga pernah berada di situ dan membuat saya bahagia. Teh Poci memang pembawa berkah untuk banyak orang, baik yang bekerja dan atau penikmatnya. Itu jauh lebih penting.

Penulis: Desy Fitriana

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Es Teh Poci: Teh Kemasan Murah yang Jelas Nggak Murahan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version